Maaf ya kagak bisa bls coment satu - satu, gak mau terkirim sinyal susah eh hujan - hujan padah udah 4G. Tapi aku baca kok coment kalian semua. Makasii smart readerku sayang
Ketcup basah muaachh 💋
***
Terduduk diam menghapus sisa - sisa air matanya Alena menatap kosong kearah depan. Hatinya hancur, bukan karena kata - kata Dewi tadi tapi terlebih karena merasa harga dirinya terinjak - injak, kehilangan semua yang begitu diimpikannya.
"Aku gak bisa tetap di sini!" ujarnya kemudian bangkit. Berpikir sebentar kemana dia harus pergi, menjauh dari semua perkara rumit ini. Alena tidak mau lagi memikirkan Dairus ataupun Dewi. Baginha semuanya sudah cukup, dia tidak ingin tertipu dan dihina lebih dari ini lagi.
Memutuskan meninggalkan Jakarta di rasa lebih baik. Kemana? Kembali ke kampung halaman? Tapi Alena tidak punya siapa - siapa. Alena mendesah pelan dan mengelus perut ratanya. Sejenak bebannya merasa terangkat. Ada calon anaknya berada di perutnya salah satu alasannya untuk bertahan hidup, melanjutkan hidup yang jauh lebih baik. Calon anak inilah alasannya untuk bisa merasakan bahagia setelah kebahagiaan semu yang dirasakannya bersama Dairus beberapa tahun belakangan.
Alena menatap meja makan yang belum dirapikan setelah makan malam perayaan Valentine beberapa hari lalu. Teringat akan kado Valentine yang diberikan Dairus.
"Itali, yup! Itali!" seru Alena. Tinggal di Indonesia bukanlah hal yang mudah, Alena sudah di kenal banyak orang jika sekarang dia hamil tanpa suami maka namanya akan tercoreng. Lebih baik pergi keluar negeri dimana hamil di luar nikah sudah hal biasa.
Alena bangkit dan merapikan pakaian yang akan dibawanya. Tidak semua karena beberapa costume yang digunakan untuk photoshoot tidak lagi diperlukannya. Dia hanya membawa barang seperlunya saja. Setelah semuanya siap, Alena melangkah keluar dari apartemen ini. Melangkah menuju masa depannya bersama anak yang dikandungnya. Meninggalkan Dairus dan segala kepedihan tentang pria itu.
***
Plak!!
"Untuk apa kamu nemuin Alena hah?"
Dewi menatap Dairus tajam, dia memegangi pipinya yang memerah karena tamparan keras Dairus
"Untuk mengusirnya dari hidupmu!!" teriak Dewi
"Shit! Harusnya kamu yang saya usir dari hidup saya!!" bentak Dairus keras. Dairus mengacak rambutnya frustasi, bagaimana keadaan Alena? Pasti sangat terpukul apalagi karena ulah wanita yang masih sah sebagai istrinya ini.
"Untuk apa sih kamu mikirin perempuan itu! Jelas - jelas dia hanya selingkuhan kamu Dai" Dairus menatap Dewi dengan tatapan kesal
"Kalau bukan karena aku pemilik Magazine Internasional dan harus menjaga Image baikku, sudah ku ceraikan saja dirimu!!" ujar Dairus melangkah pergi
"Dai! Tunggu!!" Dewi berusaha menahan lengan Dairus
"Mau apa lagi, hah?"
"Ku mohon Dai, demi anak - anak. Kita sudahi semua ini. Kita mulai semua dari awal Dai. Saling memaafkan. Aku akan memaafkan perselingkuhan kamu ini, kita kembali dari awal membina rumah tangga"
Dairus menatap tajam Dewi "Lucu? Kamu sedang melawak hah? Saling memaafkan! Sayangnya aku tidak akan memaafkanmu!!" ujar Dairus
"Dai! Kamu tau kan itu semua salah paham, gak bener itu semua Dai. Ada yang menjebakku!"
Dairus tertawa "Bermain serong dengan sahabat baik suamimu kau bilang jebakan? Bagaimana saat kau mendesah dibawah tubuh sahabat baikku? Apa itu jebakan pula? Apa yang aku lihat 5 tahun lalu sebuah kesalah pahaman??" Dewi menelan liurnya pelan
"Jangan salahkan aku jika semua berubah! Aku muak menghadapi sikapmu! Menghamburkan uangku, menghianatiku, dan menghancurkan kisah cintaku bersama Alena!! Sial kau Dew!" bentak Dairus. Dairus berbalik dan hendak pergi namun Dewi bersimpuh memeluk sebelah kaki Dairus
"Dai aku mohon..." Dewi mulai terisak Dairus hanya menghela napasnya malas, terlalu drama! "Lupakan semua yang terjadi, aku memaafkanmu yang menghamili wanita lain. Demi anak - anak Dai, kita mulai semua dari awal" rengek Dewi
"Demi anak - anak? Tentu! Karena mereka aku tidak menceraikanmu! Minggir!!" Dairus mendorong tubuh Dewi menjauh dan melangkahkan kaki keluar dari rumah yang bagai neraka untuknya.
Dewi duduk bersimpuh dengan air mata yang terus membanjiri kedua pipinya "Dai, ku mohon semua itu salah paham!" lirih Dewi "Bagaimana caranya membuktikan padamu Dai, aku.." Dewi memejamkan matanya sejenak
"Aku diperkosa sahabatmu itu.." Dewi menangis terisak.
Dairus berjalan cepat di lorong gedung apartemen tempat tinggal Alena. Sesampainya di depan kamar Dairus menekan bel berulang kali namun tak juga mendapat jawaban. Dairus kembali turun ke lobby dan bertanya pada Front office di sana
"Kamar 504, atas nama Alena Zahra sedang kosong? Pemiliknya dirumah atau bagaimana? Bisa tolong di sambungkan?" tanya Dairus
"Maaf pak, kamar 504 kosong sementara waktu. Ibu Alena memberikan kunci duplikat apartemen itu untuk di carikan orang yang akan menyewa apartemennya"
"Di sewakan?"
Fo itu mengangguk "Iya pak"
"Lalu Alena kemana?"
"Maaf pak, Ibu Alena tidak bilang akan kemana.."
Dairus mengacak rambutnya frustasi dan melangkah keluar dari apartemen itu. Merutuki kesalahannya yang membiarkan Alena pergi begitu saja. Harusnya Alena yang diperjuangkan. Bukan Dewi! Kenapa, saat Alena memintanya menikahinya Dairus masih ragu? Apa benar karena karir? Atau takut pemberitaan buruk tentang mereka berdua? Atau mungkin Dairus masih mencintai Dewi?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My SON (end)
RomanceTulisan ulang - Ayah untuk Anakku @missintan Kalau kamu menyakitiku, itu hal biasa. tapi jika kamu menyakiti anakku, maka aku tak akan membiarkannya - Alena Zahra Dia juga anakku, kamu gak berhak menjauhkan dia dariku. biar bagaimanapun aku ayah bio...