Peluklah Sepi

104 16 17
                                    

Malam ini aku kembali menerka. Akan kah aku terus berlari dari sepi, membunuh rasa yang dulu tumbuh dalam hatiku. Apakah semua harus sesulit ini, aku yang dulunya bersusah payah meyakinkan hatiku bahwa kamu hadir mengobati luka dengan sebuah cinta. Namun kenyataan memaksaku menelan pahit untuk kedua kalinya, kamu hanya datang membuat hatiku semakin robek. Membunuh semua harapan yang ku hadirkan di tengah KITA .

Kini langkahku semakin melemah, kata "KITA BERDUA" yang dulu sering kita ucapkan kini berubah menjadi "KITA DAN JALAN MASING-MASING". Aku bahkan tak tahu bisakah hati ini kembali mencinta, mampukah jiwa ini kembali merindu. Sedangkan dulu caramu mematahkan sangatlah sempurna.

Aku tak pernah ingin hidup bersama sepi, namun kehilangan mengajakku hidup berdampingan dengannya. Ini sulit, namun rasa ikhlas itu hadir. Membuka mataku akan takdir yang kuasa.

Cintamu hadir tak seindah senja, tak bersinar seterang mentari. Ia hanya langit mendung yang di warnai dengan gelap gulita, seolah awan tak mampu lagi menampung butiran hujan. Air itu perlahan menetes dimataku, kenangan tentangmu mengoyak hatiku yang lalai.

Perlahan aku mulai sadar hanya sepi yang setia menemaniku saat kamu beranjak pergi dari cerita kita. Ia hadir bukan untuk sebuah keterpurukan, namun untuk menghapus luka yang terukir. Sepi mengajarkanku tak ada yang kebetulan dalam kisah ini, pelukan hangat akan terasa saat kamu mampu berdamai dengan sepi.

Bukankah setelah hujan lebat, hening selalu hadir menyambut datangnya pelangi. Dan burung kembali berkicau indah, bunga mekar dengan anggun. Bumipun mulai kembali tersenyum dengan kehidupannya. Lantas apa lagi alasan untuk berdiam diri, peluklah sepimu. Nikmati heningmu, berdamailah dengan semuanya lalu tersenyumlah pada dunia. Yakinlah cinta yang pergi akan membuka jalan baru untuk kasih sayang yang jauh lebih baik.

Created by : Nurlia Hardin
#TentangKita

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang