Aku pernah mencintaimu begitu dalam. Menanamkan ketulusan dalam setiap doa, mengharap engkau diujung penghijrahanku. Bahkan namamu terucap disetiap sujudku. Sampai akhirnya kenyataan membawaku pada titik yang membuat kau melebur bersama tetesan air yang semakin mederas dipelupuk mataku.
Ini lebih menyakitkan daripada sebuah tikaman diujung jantung, kau hadir dengan semua kesempurnaan hati yang terlukis menawan. Namun menyisakan pilu yang teramat mengiris jiwa dan logika, bagaimana bisa kau tak lagi nyata dalam indahnya dunia ini.
Apakah kehadiranmu dalam coretan takdirku hanya sesingkat ini, mengapa aku tetap saja mengores semua tentangmu dalam setiap sentuhan kataku. Apa rasaku padamu mampu mengukur seberapa banyak air mata yang menetes setiap kali aku mengenangmu.
Kau yang kubahasakan cinta tak beraga, kau yang kusebut rindu tanpa tuan. Lihat aku disini, lengkungan dibibirku masih terlukis meski kau pasti tahu setiap malam. Mulut ini tertutup hanya untuk menahan suara tangis yang tercipta dalam benakku.
Kutatap langit kosong tanpa bintang, ditengah belaian angin malam. Aku merajuk pada dunia, berharap takdir berpihak padaku. Kumohon kali ini, bisakah semua kembali kemasa 20 Oktober, tentang semua rintik hujan yang membawamu pergi bersama indahnya lantunan adzanmu.
Created By : Nurlia Hardin
#Tentang Kita
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG KITA
RandomSaat kita JATUH CINTA, HARAPAN akan menjadi sahabat sejati yang akan menemani. Namun sering kali kita lupa bahwa di depan sana mungkin saja PERPISAHAN telah menanti. Kadang kita salah menanggapi semua itu, kita sebut dia LUKA. Padahal ia adalah jala...