Akulah Rembulan Itu

20 2 0
                                    

Aku sedang berusaha menepis semua bayangmu, membakar habis semua harapanku. Layaknya hujan yang datang lalu pergi menyisakan pelangi, meski derai itu hadir dipelupuk mataku berulang-ulang kali. Namun hari ini aku mampu tersenyum saat ku saksikan kau baik-baik saja.

Bukan aku menyerah dan tak mencintaimu lagi, melainkan mencoba ikhlas pada takdir Sang Kuasa. Memaksakan aku menjadi tulang rusukmu hanya akan membuat salah satu dari kita retak. Tak apa jika yang retak adalah aku. Namun bagaimana jika yang retak itu kamu, melihatmu terluka oleh tangan yang lain saja sudah membuatku merintih pedih setiap kali kulihat mendung diwajahmu.

Aku diam disini, tak akan maju sebelum kau mengulurkan tangan padaku dan mengajakku berjalan disampingmu. Jika pun pada akhirnya kau akan melangkah jauh tanpa aku, semua juga harus kuterima. Ini langkahku, ini pilihanku, ini cintaku.

Bukan ego untuk bersama yang ingin kuhidupkan, namun kebesaran hati untuk melihatmu memilih bahagiamu sendiri.

Berlarilah jika memang kau tak bersedia menjadikanku tempat pulangmu, namun kumohon berhati-hatilah saat ingin memilih rumah barumu. Karena banyangku hidup dihatimu, seluruh hatiku terbawa olehmu. Lukamu akan menyakitiku juga, setetes air mata yang hadir dipelupuk matamu akan merenggut lagi warasku.

Melangkahlah, jika kau kesulitan maka berbaliklah. Selalu ada aku yang bersedia membantumu meski pada akhirnya aku juga akan kembali mundur. Menetap pada tempatku, menatap kau sepanjang asa. Menitip cinta pada senja yang bersinar indah meski kelak ia akan berganti dengan pekatnya malam.

Jika kau temukan rembulan diujung jalanmu, entah itu bersamaku atau pun dengan yang lain. Maka semesta akan jadi saksi, bagaimana aku terus bercahaya dan menetap disatu tempat meski hening malam menyelimutiku.

Created By : Nurlia Hardin
#TentangKita

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang