Lelaki Pesilatku

57 6 6
                                    


Malam ini angin berhembus tepat dihadapanku, membelai lembut wajahku. Tetesan air mulai membasahi pipiku, langit sepertinya mengerti isi hatiku. Ia pun ikut menangis saat tahu aku kembali merindukanmu.

Tak pernah sedikitpun ku sesali pertemuan kita, akupun sadar saat bersamamu aku sempat merasakan bahagia. Namun sampai saat ini  selalu terlintas sebuah pertanyaan di benakku.

Bagaimana mungkin bisa kamu mengabaikan perjuangan,mimpi,harapan dan kenangan yang kita bangun bersama. Apakah caraku mencintaimu yang salah atau karena sejak awal kamu hadir bersama dusta. Ku akui, jika kamu memandang antara aku dan dia. Dia jauh lebih sempurna.

Namun butakah hatimu, tak terlihatkah aku yang berdiri tegar di hadapanmu meski kamu menghantamku dengan seribu luka dan kekecewaan. Aku bisa apa selain mencintaimu dengan baik.

Ingatkah kamu bagaimana caramu membuangku seolah aku tak ada nilainya dimatamu, tahukah kamu seberapa keras aku mencoba berjalan menjauh dari kenangan kita. Caramu menyakitiku membuat hatiku lumpuh, aku bahkan sempat tak mampu kembali mencinta. Tahun, bulan, minggu, hari, jam bahkan setiap detik yang kulalui terasa begitu menyesakkan.

Hingga akhirnya waktu mempertemukanku dengan dia, meski tak hadir sebagai cinta yang baru. Namun ia menyadarkanku bahwa hidup ini perlu bantingan agar kamu tahu bagaimana caranya untuk bangkit kembali, bukan soal siapa pemenangnya. Namun tentang bagaimana kamu menghargai sebuah perjuangan, jika kamu ingin terus meraih sabuk yang baru maka kamu harus bertanding dengan beberapa orang hingga mampu menggapai pucak.

Apa yang kamu hadapi hari ini bukan suatu kebetulan, namun itu adalah peraturan yang harus kamu patuhi. Lawanmu tak mungkin dia yang jauh di atasmu melainkan dia yang setara denganmu. Semua sudah cukup adil, maka jangan risau. Teruslah bertarung atau kalah sekarang dan semua berakhir selamanya.

Created By : Nurlia Hardin
#TentangKita

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang