○ tiga

24.5K 4.1K 125
                                    

Dari seribu orang yang bernama Jasmine, gue tidak menyangka kalau pacar laki-laki yang gue temui tadi adalah Jasmine musuh bebuyutan gue saat SMA dulu.

Gue baru tahu fakta itu saat gue mengawasi kafe miliknya yang sedang ada sengketa sama Park Group. Dia ada disana sedang menjalankan tugasnya sebagai petugas kasir.

"Lo satu almamater dong sama Rey?" Tanya Barri ke gue.

"Iya, tapi gue gak pernah ketemu. Saat gue masuk, dia lulus kayanya." jawab gue singkat.

"Lo kok bisa satu sekolah sama mereka yang dari kalangan biasa gitu git?" Tanya Barri yang membuat gue mendelik tajem kearah dia.

"Kasta di keluarga gue gak mengijinkan gue untuk sekolah di sekolah bisnis yang sama sama Kris," jawab gue.

"Tapi lo bisa sampai titik ini buktinya, walaupun sekolah lo bukan berlatar belakang bisnis tapi sekolah umum biasa," kata Barri entah memuji atau merendahkan.

"Perjuangan gue untuk sampai ketitik ini gak mudah Bar, dan gue gak akan berhenti sebelum sampe puncak. Sampe keluarga gue sadar kalau perempuan sama laki-laki kedudukannya sama. Sampe bokap gue bisa nerima gue jadi anaknya."

"Gue selalu iri sama lo selama ini, Git. Tapi gue tarik kata-kata gue lagi setelah gue bener-bener kenal lo."

"Gak ada yang perlu lo iriin dari gue Bar, hidup gue gak ada bedanya sama laki-laki tadi. Gue juga berjuang meskipun keluarga gue kaya."

Dari dalam mobil gue bisa melihat laki-laki sombong tadi masuk ke dalam kafe dan memeluk Jasmine yang langsung menyambutnya dengan senyuman sumringah.

Gue muak liat Jasmine dan wajah sok polosnya yang selama ini selalu jadi topeng dia.

Melihat keduanya membuat gue berdecak tanpa sadar, dan hal itu disadari oleh Barri .

"Lo... ada masalah sama cewek itu?" Tanya Barri ke gue.

Banyak Bar, banyak.

"Telepon Jevera, gue mau ketemu dia sekarang juga."

*****

Jasmine itu queen bee di saat gue sekolah dulu, di mana ada Jasmine disitu ada dayang-dayang yang mengikuti dia.

Awalnya gue sama sekali tidak mempermasalahkan kehadiran dia. Tapi semua berubah saat buku tugas gue menghilang, dan gue menemukan buku tugas gue sudah di kumpulkan di meja guru dengan nama Jasmine.

Jasmine adalah anak rajin, pintar, dan juga kaya raya yang di sukai oleh semua orang disekolah. Gue tidak menyangka dia melakukan hal itu sama buku tugas gue.

Sejak saat itu gue mulai mengibarkan bendera perang ke dia, gue menegur dia langsung tetapi dia sama sekali tidak mau mengakui kalau dia mencuri buku tugas gue. Jasmine dengan wajah sok polosnya bilang kalau gue orang jahat yang hanya mengaku-aku dan ingin menghancurkan image dia.

Seorang 'queen' yang di sukai banyak orang versus gue si anak introvert sombong menjadi buah bibir satu sekolah. Dan tentu saja Jasmine keluar sebagai pemenangnya. Semua orang percaya sama kebohongan yang dia buat. Termasuk pacar gue waktu itu, Bobby.

Bobby memutuskan hubungan kami gue sesaat setelah berita itu meledak, dan yang paling gue benci dari itu semua adalah Jasmine menjalin hubungan dengan Bobby tidak lama setelah kami putus.

Jasmine mengambil semua yang gue punya, di saat gue gak punya apapun waktu itu.

Dia berlindung di balik topeng anak baik-baik miliknya, sementara gue mengalami mimpi buruk selama menjalani sisa hari-hari gue saat SMA dulu. Tidak ada yang percaya sama gue satu orang pun, semua karena Jasmine. Dan gue gak akan pernah melupakan hal itu sampai sekarang.

Gue gatau kenapa keluarga Jasmine bangkrut sampai hanya meninggalkan kafe kecil ini untuk Jasmine, dan membuat dia berakhir sama laki-laki tadi. Yang jelas gue akan mencaritahu hal itu nanti.

"Lo mau ngapain ketemu Jevera, Git?" Tanya Barri .

"Ngebebasin sengketa lahan kafe tadi," jawab gue.

"Lo serius? Baik amat lo ngebantuin ngebebasin lahan itu," tanya Barri tidak percaya.

Gue hanya menyunggingkan ujung bibir gue sebagai respon.

Jasmine dan laki-laki itu akan menyesal karena sudah berurusan sama gue...

[Sudah Terbit] Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang