○ sebelas

18.9K 3.8K 177
                                    

Ini masih pagi dan bel apartemen gue sudah berbunyi secara brutal. Siapapun orang yang datang pasti tidak tahu diri untuk bertamu sepagi ini.

Baru gue membuka pintu apartemen gue, pintu itu langsung di dobrak yang membuat gue sedikit terhuyung ke belakang.

"Kris?! Lo apa-apaan sih?!" Teriak gue begitu sadar orang yang melakukan itu adalah sepupu gue, Kris.

"Lo katanya mau nikah? Siapa orangnya?!" Tanya Kris dengan tidak santai.

"Apa peduli lo?! Gak usah ikut campur urusan gue!"

"Gue sepupu lo! Berenti bertingkah seolah gue adalah saingan lo git!"

"Ada apa sih pagi-pagi udah ribut?" Kata Rey yang baru keluar dari dalam kamar dengan suara serak dan juga rambut acak-acakan khas orang bangun tidur.

Ini orang keluar di saat yang gak tepat banget sih!

"Jadi dia orangnya?! Kalian udah tinggal bareng?!" Tanya Kris, dia kelihatan begitu kaget.

"Apa urusan lo?!" Balas gue dengan nada tidak kalah tinggi.

Gue bisa melihat Kris berjalan ke arah Rey dan menarik kerah baju tidurnya yang membuat Rey hampir tercekik.

"Kris! Lo gila?! Jauhin tangan lo dari dia!" Teriak gue sambil berlari ke arah mereka.

"Lo mau manfaatin sepupu gue?!" Kata Kris dengan emosi.

Enggak. Rey sama sekali gak manfaatin gue. Yang ada gue yang manfaatin dia.

"Kris lepasin!" Teriak gue sambil ngelepasin tangan Kris dari kerah baju Rey.

Tapi memang dasar laki-laki, tenaga Kris jauh lebih besar di bandingkan perempuan seperti gue. Usaha gue untuk melepaskan tangan Kris berakhir dengan sia-sia.

"Kris!" Teriak gue, tapi Kris malah menepis tubuh gue dengan mudahnya sampai gue terhuyung dan jatuh.

Rey yang awalnya tidak bereaksi apa-apa sekarang mendorong Kris sehingga tarikan Kris pada kerah bajunya terlepas.

"Jangan kasar sama perempuan!" desis Rey tajem sambil membantu gue untuk berdiri.

"Kenapa lo gak pernah bilang?" Tanya Kris dengan tatapan menilai ke arah gue sama Rey.

"Karena lo gak perlu tau," balas gue sambil memeluk Rey dari samping.

Oke gue tau ini gila, tapi sepupu gue jauh lebih pintar dari om gue. Jadi gue harus lebih hati-hati bertingkah di depan dia.

Rey sempat memberontak, tapi gue sedikit menghentak tubuhnya untuk mengikuti skenario gue. Sepertinya ia mengerti dan tangannya mulai merengkuh tubuh gue setelahnya.

"Lo kan bisa bilang sama gue Git, biar gue bisa nilai gimana calon suami lo kaya gimana. Bukan dengan ngedadak gini," Kata Kris sedikit frustasi.

Kris itu anak om Nara, ya usianya memang lebih tua dari gue karena om gue nikah lebih dulu daripada Ayah yang gila kerja itu.

Gue masih belum bisa menilai Kris itu jahat sama gue atau enggak, tapi dia selalu bertingkah seakan-akan dia paling berhak atas gue melebihi Ayah gue sendiri.

"Gue gak pernah mengganggu hubungan lo sama Jeane jadi jangan ikut campur sama urusan gue!"

"Tapi Git..."

"Keluar dari apartemen gue!" Teriak gue.

Kris mengacak rambutnya frustasi sebelum mendorong tubuh Rey.

"Lo akan berurusan sama gue kalau gue tau motif asli lo," desis Kris tajam ke Rey. Dan setelahnya dia keluar dari apartemen gue dengan membanting pintu.

Gue pun melepaskan pelukan gue, begitupun dengan Rey yang melepaskan rengkuhannya di tubuh gue.

"Bisa jelasin tadi itu siapa dan kenapa dia marah-marah gak jelas ke gue?" Tanya Rey frustasi.

"Sepupu gue," jawab gue.

"Lo tuh bener-bener ya! Sama bokap gak akur, sama saudara gak akur juga. Biang masalahnya pasti lo nih di keluarga lo. Gue belum nikah sama lo aja udah keseret-seret gini ke dalem masalah lo. Mana gue gatau apa-apa lagi kaya orang bego, seharusnya lo jelas-"

"Gue emang biang masalah di keluarga gue, dan lo harus tahan akan hal itu." Potong gue dengan nada yang cukup tinggi yang membuat Rey mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Gue meninggalkan Rey di ruang tengah apartemen gue untuk masuk ke dalam kamar mandi. Satu-satunya tempat yang menyediakan privasi untuk gue.

Orang yang baru mengenal gue saja sudah menganggap gue biang masalah, gue merasa miris sendiri.

Di dunia ini, tidak ada seorangpun yang berpihak pada gue.

*****

Sementara itu Rey di ruang tengah ...

"Gue salah ngomong ya? Kok dia kaya ngambek gitu sih?"

[Sudah Terbit] Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang