Gita's POV
Setelah dua tahun tidak ke sini, akhirnya gue menginjakan kaki ke sini lagi di hari peringatan kematian Andra, cinta pertama gue. Andra adalah orang yang paling menghargai hidup yang pernah gue kenal, mungkin karena dia tau hidupnya tidak akan lama.
Sejak kecil Andra sudah di diagnosis dengan penyakit Lupus. Hal itu membuat dia mudah lelah, mengalami nyeri pada persendian dan juga terkadang mengalami ruam pada kulitnya yang banyak mengganggu aktivitas bahkan pendidikannya.
Andra satu-satunya orang yang ada disamping gue di saat semua orang memusuhi gue di SMA dulu karena ulah Jasmine. Di saat gue menjalani hubungan dengan Bobby, semuanya terasa berbeda dengan Andra. Bobby memang pacar gue, tapi gue sadar kalau gue tidak mencintainya. Apalagi semenjak Bobby meninggalkan gue dan lebih memilih untuk bersama Jasmine, gue semakin sadar kalau perasaan gue ke Bobby dulu hanyalah sebuah bentuk kekaguman sesaat, bukan cinta.
Andra dan gue sudah kenal sejak jaman SMP, tapi gue tidak pernah menyadari perasaan gue sebelumnya karena gue takut membedakan rasa cinta dan juga empati karena penyakit yang Andra derita.
"Maaf aku baru bisa kesini lagi Ndra," ucap gue dengan menyesal. Selama ini gue terlalu fokus mengejar tujuan hidup gue, hal itu membuat gue belum bisa menyempatkan waktu untuk pergi ke sini.
Sepertinya orangtua Andra baru aja datang karena ada bunga mawar putih di samping bunga Lily yang gue beli. Andra suka warna putih, karena itu gue memilih bunga Lily putih yang berarti persahabatan ini.
Ya, friendzone juga lah yang membutakan mata gue akan perasaan gue sama Andra sampai menerima Bobby waktu itu. Andra akan selalu ada di samping gue di saat gue membutuhkan dia kapanpun, kecuali di saat dia sedang kambuh. Kalau sudah seperti itu gue akan merasa sendirian di dunia ini.
Mengingat masa lalu membuat batin gue menjerit histeris. Kalau bukan karena Andra, mungkin gue sudah tidak ada di dunia ini. Akibat ulah Jasmine gue sering dapet terror dan juga di bully di sekolah sehingga gue menjadi stress. Tidak di pandang di dalam keluarga dan juga mendapatkan tekanan di sekolah membuat gue hampir mengakhiri hidup gue hari itu. Untungnya Andra datang tepat waktu ke atap sekolah dengan wajah pucatnya sesaat sebelum gue melompat dari atap. Dan Andra menjelaskan semua pandangannya tentang hidup yang membuat gue sadar kalau gue jauh lebih beruntung dari dia. Andra bilang kalau gue harus menghargai hidup yang sudah di kasih untuk gue. Sesusah dan seburuk apapun itu.
Andra mengajarkan gue kalau setiap nyawa yang lahir ke dunia pasti akan mempunyai tujuan hidupnya sendiri yang akan membantu dirinya maupun orang lain. Dan ia juga bilang kalau setiap kehidupan yang diberikan itu berharga, meskipun sebentar. Karena ucapan Andra, gue memiliki tujuan hidup yang sebelumnya tidak pernah gue pikirkan.
Andra yang di diagnosa tidak mempunyai umur panjang saja masih punya semangat dan tujuan hidup, sedangkan gue hampir menyia-nyiakan hidup gue.
Hari-hari gue terasa lebih baik disaat Andra terus menerus berada di samping gue dan membuat gue semangat meskipun banyak tatapan mencemooh yang dilayangkan kepada kami berdua.
Gue menemukan semangat hidup baru sejak saat itu. Tetapi ternyata ada yang tidak suka dengan senyuman yang terkembang di wajah gue.
Hari itu ada pot yang terlempar dari atap sekolah yang hampir mengenai gue yang sedang mengambil bola di pinggir lapangan saat pelajaran olahraga. Pot itu akan tepat mengenai kepala gue kalau saja Andra yang memang tidak mengikuti prlajaran olahraga dan menunggu di pinggir lapangan tidak mendorong tubuh gue saat itu. Pot itu mengenai pelipis Andra yang membuat Andra mengalami pendarahan hebat.
Gue merasa shock akan kejadian itu dan berteriak histeris, pihak sekolah langsung membawa Andra ke rumah sakit. Andra sempat sadar dan mengobrol dengan gue. Gue marah karena Andra udah melakukan hal itu untuk menolong gue. Dan jawaban Andra saat itu gak akan pernah gue lupakan.
"Hidup lo masih bisa panjang, sedangkan umur gue pun udah gak akan lama. Gak usah ngerasa bersalah karena gue pengen ngeliat lo hidup bahagia git..."
Dua hari setelahnya kondisi Andra semakin drop dan Andra meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.
Semua karena Jasmine yang sudah menuduh gue memfitnah dia, padahal kejadian yang sebenarnya adalah sebaliknya. Jadi semua orang membenci gue yang memang seorang introvert ini.
Jasmine mungkin tidak menyangka kejahatan kecilnya berakhir dengan merubah jalan hidup orang lain. Hal itulah yang membuat gue membenci Jasmine sampai detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Dua Sisi
General FictionUntuk saat ini keduanya mungkin tidak menyadari telah berperan terlalu jauh dalam kehidupan masing-masing. Kita tidak tahu siapa saja pemeran utama di dalam kehidupan kita selain diri kita, yang mungkin bisa muncul kapan saja di sepanjang kehidupan...