○ dua lima

18.9K 3.7K 141
                                    

Gita's POV

Gue sama Rey semakin hari semakin terbiasa menjalani hari-hari tanpa cekcok. Lagipula kalau cekcok dengan teman hidup pasti akan ribet seperti waktu kita awal menikah dulu.

Rey menepati janjinya untuk memberikan gaji pertamanya ke gue. Tapi gue memberi sebagian ke dia untuk uang sakunya. Awalnya dia menolak karena emang tidak pernah jajan juga di kantor. Tetapi setelah gue paksa akhirnya dia mau menerima.

Dia bahkan mengajak gue makan ke salah satu restaurant ternama untuk makan, tentu saja dengan uang hasil kerja dia.

Sekarang pasti setiap jam pulang dia sudah menunggu di depan kantor gue dengan mobilnya. Kata dia kalau gue membawa mobil sendiri akan boros untuk bensin. Jadi dia yang antar jemput gue setiap harinya dengan mobil yang diganti-ganti. Kadang memakai punya gue kadang punya dia.

Setelah Rey melakukan hal itu, Kris tidak pernah ngusik gue lagi untuk nanya-nanya tentang Rey. Om gue juga masih kalem sama gue, tapi seperrinua dia jadi kesal sama Kris karena Kris lebih memilih liburan waktu itu di bandingkan untuk melakukan pemaparan proyek, saat rapat gue memergoki Kris yang menunduk saat ayahnya melihat ke arahnya dengan tatapan gak enak.

Gue sama Rey juga jadi jarang makan malelam di rumah, kata dia capek kalau harus membeli dan nyuci piring dan membereskan peralatan makan setelahnya. Jadi kami lebih sering makan di luar dibanding untuk di bawa pulang atau malah membuat sendiri makan malam di apartemen.

Malam ini Rey memilih salah satu restaurant seafood yang cukup terkenal dengan menu kepiting dan kerang andalannya, dan gue hanya mengiyakan saja keputusannya. Karena gue bukanlah orang yang pemilih untuk soal makanan.

Semua masih berjalan lancar sampai gue melihat sosok Jasmine yang masuk restaurant ini.

Gue jadi bisa menebak darimana Rey bisa tau restaurant ini sekarang.

Gue melihat ke arah Rey yang cukup terkejut juga saat melihat sosok Jasmine yang masuk restaurant ini.

"Jasmine.." gumam Rey dengan pelan, tapi gue masih bisa mendengar dengan jelas.

Gue benci melihat tatapan memuja yang dia layangkan untuk Jasmine, hal itu membuat gue merasa gagal untuk membuat dia menderita.

"Gue udah selesai, ayo pulang," ajak gue ke Rey yang sama sekali tidak direspon sama dia, dia masih terdiam dan melihat kearah Jasmine.

Gue pun mengambil kunci mobil yang Rey taruh di meja dan pergi dari sana. Untungnya restaurat itu bukan tipe restaurant yang bayar belakangan, etapi duluan.

Gue masuk ke dalem mobil tanpa memperdulikan Rey, dan begitu gue menyalakan mesin mobil, Rey sudah masuk ke dalem mobil.

Dia selalu menjujung tentang harga diri dia sebagai seorang suami, tetapi di saat melihat Jasmine dia masih sepertu itu?

Apa itu yang disebut suami?

"Gue yang nyetir," kata dia sambil menahan tangan gue yang mulai memegang kemudi.

Gue masih diam di tempat, tidak menggubris omongannya sama sekali. Tidak lama Rey keluar dan membuka pintu disamping gue dan membawa tangan gue untuk keluar dari mobil.

"Gue minta maaf," kata dia pelan.

Di saat yang bersamaan Jasmine keluar dari dalam restaurant dan melihat ke arah kami.

Gue pun tidak membuang kesempatan ini untuk langsung memeluk Rey dan juga mencium bibirnya, awalnya dia sempat menolak. Tapi lama kelamaan dia malah membalas ciuman gue.

Gue tidak peduli ini tempat parkir, yang jelas Jasmine harus merasakan sakit hati.

Gue melepaskan pagutan gue setelah cukup lama, dan Jasmine sudah tidak ada di sana.

Gue masuk ke dalam kursi penumpang depan sementara Rey masih terpaku di tempatnya.

"Ayo pulang," ajak gue.

Rey pun akhirnya masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobil untuk membelah jalanan ibukota yang cukup padat.

"Maksud lo tadi apa?" Tanya dia setelah keheningan panjang di dalam mobil.

"Anggap aja itu sebagai penerimaan permintaan maaf lo."

[Sudah Terbit] Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang