Rey's POV
Gue heran dengan diri gue sendiri, di saat gue mempunyai kesempatan untuk bertemu dan menjelaskan semuanya ke Jasmine, gue malah mengabaikan kesempatan itu dan mengejar istri gue ke tempat parkir tadi.
Gue sudah biasa ngeliat wajah kesalnya, tapi saat tadi melihat dia seperti itu lagi gue malah panik sendiri. Akhir-akhir ini dia sudah jarang terlihat kesal, jadi kalau dia kesal bawaannya gue panik.
Dan soal ciuman tadi ... gue tidak tahu kenapa gue sama sekali tidak protes, padahal kami melakukan itu di tempat umum. Gue awalnya hanya kaget, tapi pada akhirnya gue cukup menikmati. Lagipula itu bukan yang pertama.
Ya, gue akui gue pernah mencuri satu ciuman dari dia saat dia tertidur, gue laki-laki biasa yang bisa tergoda saat melihat bibir merah menggoda ada di depan mata gue, seperti saat ini.
Dia tidur dengan wajah mengadap gue, rambut hitamnya yang sedikit berantakan malah menambah kesan menggoda tersendiri untuk gue.
Dia selalu menggunakan lipbalm strawberry sebelum tidur karena bibirnya memang sering kering. Dan malam itu saat dia tidur menghadap ke arah gue seperti sekarang ini, gue mencuri satu kecupan di bibirnya yang manis dan wangi strawberry itu.
Tidak ada salahnya untuk mencium istri sendiri kan? Yang salah di sini adalah gue bukan suami dia yang sebenarnya.
Gue bisa melihat tidurnya yang mulai gelisah, gue tidak tahu kenapa yang jelas dia sangat sering mengigau sampai terkadang membuat gue terbangun pada malam hari. Dia banyak menyebut nama di dalama igauannya, ibunya, ayahnya, Andra, dan juga Jasmine.
Dan untuk pertamakalinya gue mendengar nama gue disebut dalam igauannya kali ini.
......
Pagi ini gue merasa ada yang berubah dari sosoknya, selain dia bangun lebih pagi, dia juga membangunkan gue dengan pakaian rumah dan juga apron miliknya.
"Lo gak kerja?" Tanya gue heran begitu melihat dia dengan kostum yang tidak biasa.
Gue bisa melihat dia menggeleng dan mendengus geli setelahnya.
"Ini hari sabtu, lo lupa?" Jawab dia yang membuat gue tersenyum kikuk.
"Sana mandi," titahnya yang gue angguki.
Sebelum dia melangkah lebih jauh dari pintu kamar gue, gue memutuskan untuk bertanya.
"Lo masak?" Tanya gue dengan ragu.
Dia menganggukan kepalanya dengan malu-malu yang membuat gue juga ikut malu.
Mungkin gini ya rasanya kalau nikah beneran?
Setelah membersihkan diri gue pun beranjak ke ruang makan dimana dia sudah menunggu gue.
Gue bisa melihat mukanya sedikit cemas saat melihat gue.
"Gue cuma nyari resep dari internet, dan gue gatau hasilnya gimana," kata dia dengan senyuman kaku.
Gue pun melihat menu yang dia buat di meja, gue tidak yakin itu bubur atau sup. Warnanya sih putih dan bertekstur.
"Lo bikin apa?" Tanya gue yang membuat dia cemberut.
"Cream soup," jawab dia.
Gue pun menganggukan kepala gue sebagai respon.
Entah mengapa mencoba masakan dia membuat gue deg-degan sendiri.
"Lo gak ngeracunin ini kan?" Tanya gue dengan curiga.
Reaksi dia sama sekali diluar dugaan gue. Dia langsung mengangkat mangkuk yang ada di depan gue untuk di bawa ke dapur.
Gue pun mempercepat langkah gue untuk menghalangi dia.
"Gue belum makan, mau dikemanain?"
"Mau gue buang," jawab dia dengan ketus.
Dia bergerak ke kanan dan kekiri untuk menghindari gue, dan gue melakukan hal yang sama untuk menghalangi dia.
"Awas!" Bentak dia yang membuat gue cukup kaget.
Oke gue emang salah karena sudah kelewatan saat bercanda, gue bisa melihat banyak peralatan dapur yang habis di pakai sama dia, dan juga kondisi dapur yang berantakan. Sepertinya dia sangat berjuang untuk memasak pagi ini.
Gue pun mengambil mangkuk yang ada di tangannya dan merangkulnya untuk kembali ke meja makan.
Setelah mendudukan dia di kursi, gue pun mengambil tempat di depan dia dan segera mencoba sup buatannya.
Gue tahu diam-diam dia melirik ke arah gue dengan sudut matanya untuk menunggu reaksi gue.
Gue pun tetap bergeming sampai sup itu habis.
"Gimana rasanya?" Pada akhirnya dia gak tahan untuk bertanya ke gue dengan wajah penuh harap.
Gue cuma mengambil sendok dia dan menyuapi dia dengan sup yang ada di mangkuknya.
Tidak lama gue melihat dia langsung mengambil air putih yang ada disampingnya dan meminumnya sampai tandas.
"Gimana?"
"Asin," jawabnya sedih.
Dia langsung pergi ke dapur dan mengambil botol air yang cukup besar.
"Lo kok kuat sih gak minum?" Tanya dia sambil menuangkan air ke gelas gue yang baru saja gue habiskan karena tenggorokan gue terasa begitu tidak enak setelah menghabiskan sup buatannya.
"Karena gue menghargai usaha lo untuk bikin sarapan untuk gue, makasih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Dua Sisi
General FictionUntuk saat ini keduanya mungkin tidak menyadari telah berperan terlalu jauh dalam kehidupan masing-masing. Kita tidak tahu siapa saja pemeran utama di dalam kehidupan kita selain diri kita, yang mungkin bisa muncul kapan saja di sepanjang kehidupan...