Karena Rey yang radang, gue sebisa mungkin memberikan dia sarapan yang tidak mengandung minyak. Pilihan gue jatuh kepada susu dan sereal. Untungnya dia tidak banyak protes.
"Seharusnya lo gak makan supnya sampe abis," kata gue ke dia saat sarapan.
"Kita udah bahas ini kan sebelumnya? Gak usah dibahas lagi," kata Rey yang bikin gue diam.
Iya kemarin memang Rey bilang kalau itu salah satu cara dia menghargai usaha gue yang sudah berperan jadi istri buat dia. Tapi tetap saja gue merasa tidak enak.
"Mood gue mungkin akan berantakan dalam beberapa hari ke depan."
"Lo pms?" Tanya Rey yang gue jawab dengan gelengan.
Dia tau kalau siklus bulanan gue akan dateng gue akan lebih sensitif, jadi dia akan lebih menjaga sikap ke gue.
"Baru kemarin gue selesai haid, bukan itu."
"Terus?" Tanya Rey penasaran.
"Kalau gue tertekan pasti mood gue berantakan. Pemaparan ini membuat gue tertekan," kata gue jujur.
"Konsep proyek lo udah semateng itu, lo harus percaya diri dong, jangan sampe sakit aja yang bikin kondisi lo gak fit saat presentasi nanti," kata Rey mencoba menyemangati.
"Gue harap mereka mempunyai pemikiran yang sama kaya lo," timpal gue penuh harap.
"Percaya diri git, dan percaya kalau yang lo lakukan itu udah yang terbaik," kata dia yang membuat gue sedikit lebih tenang sekarang.
"Emang kapan presentasinya?" Tanya Rey.
"Lusa, tanggal lima belas," jawab gue yang membuat Rey termenung.
"Sekarang berarti tanggal tiga belas?" Tanya Rey yang gue jawab dengan anggukan.
Raut wajah Rey yang tiba-tiba berubah membuat gue bertanya-tanya tentang apa yang sedang dipikirkannya sekarang.
Dan hari ini Rey benar-benar berubah, dia tidak banyak bicara seperti biasa. Cendrung pendiam malah. Bahkan saat gue menanyakan menu makan malam dia hanya menjawab dengan kata terserah, tidak seperti biasanya yang langsung mengambil keputusan.
***
Keesokan harinya ketika gue sedang menikmati jus pisang strawberry kesukaan gue saat istirahat siang, Kris dengan tiba-tiba membuka pintu ruangan gue dengan sedikit kasar.
"Pernah diajarin sopan santun untuk mengetuk pintu sebelum masuk ruangan orang lain?" Tanya gue sarkas.
"Lo nikahin suami macem apa?!" Ucap Kris dengan nada yang sangat tinggi dan cendrung membentak.
Gue bisa melihat muka Kris yang emosi sekarang, dia bahkan mengabaikan kalimat sarkas gue barusan. Dan mengapa dia bawa-bawa Rey saat ini?
"Apa maksud lo?!" Timpal gue tidak terima.
Kris pun melempar sebuah amplop coklat yang berada di tangannya ke meja gue.
Dengan ragu gue pun membuka amplop itu, dan di dalamnya banyak foto Jasmine dengan Rey.
"Awalnya gue ngebiarin dia ketemu perempuan itu disaat tiga hari sebelum pernikahan kalian, tapi beberapa foto baru diambil tadi pagi."
Kris tidak bohong, gue bisa mengingat dengan jelas pakaian yang Rey gunakan tadi pagi. Dan di beberapa foto ini, Rey mengenakan pakaian yang sama persis dengan yang tadi pagi gue liat di apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Dua Sisi
General FictionUntuk saat ini keduanya mungkin tidak menyadari telah berperan terlalu jauh dalam kehidupan masing-masing. Kita tidak tahu siapa saja pemeran utama di dalam kehidupan kita selain diri kita, yang mungkin bisa muncul kapan saja di sepanjang kehidupan...