○ dua tujuh

20.6K 3.7K 220
                                    

Gita's POV

Gue masih sibuk untuk mengurus pemaparan minggu depan. Benar kata orang, kalau niat jahat pasti ada saja ganjarannya. Para pemegang saham tidak menerima proyek om gue, jadi gue sama Kris disuruh memberi pemaparan ulang dengan proyek kami masing-masing.

Ini bagaikan kesempatan kedua untuk gue, makanya tadi pagi gue berbuat baik sama suami gue. Ya, walaupun ujung-ujungnya kita harus ke dokter karena Rey tiba-tiba sakit radang setelah makan sup buatan gue.

Kata Rey yang penting niatnya, eksekusinya gagal tidak masalah.

Jadi gue kembali meluruskan niat gue untuk pemaparan proyek kali ini. Gue hanya ingin kesetaraan derajat di keluarga gue antara perempuan dan laki-laki.

Sepupu gue yang lain yang berjenis kelamin perempuan hanya berakhir menjadi ibu muda sosialita dan menikah dengan pewaris perusahaan lain hanya untuk memperluas jaringan perusahaan keluarga kami. Makanya saat gue memilih Rey yang notabenenya dari kalangan biasa, mereka cukup banyak memberikan komentar pedas tanpa tahu jika semua yang gue lakukan itu untuk mereka juga.

"Lo gak tidur?" Tanya Rey dengan suara yang sedikit aneh akibat radang yang sedang di deritanya.

Gue menggelengkan kepala gue dan menjawab dengan kata tidak.

Tidak lama dia menyalakan lampu kamar kami yang membuat semua ruangan menjadi terang. Lampu meja yang menerangi gue sejak tadi terkalahkan cahayanya dengan lampu utama kamar kami. Gue memang sengaja mematikan lampu kamar agar Rey bisa tidur lebih nyenyak setelah meminum obatnya tadi.

"Lagi ngapain sih?" Tanya dia penasaran.

"Udah lo tidur aja, lagi sakit kan? Nanti gak fit, lusa kan senin."

"Lo juga nanti bisa sakit, ini udah lewat tengah malem," jawab dia.

"Ini malem minggu," timpal gue.

"Orang malem minggu jalan keluar, lo malah belajar."

"Gue perlu menguasai semua materi ini agar terlihat meyakinkan. Proyek ini bisa dibilang harapan gue satu-satunya."

"Untuk?"

"Untuk ngebuktiin ke semuanya," Jawab gue.

Dia matiin lampu meja dan mengambil tablet yang berisi bahan-bahan yang gue harus pelajari, kemudian dia duduk di kasur.

"Lo bisa lebih rileks kalau baca di kasur, kalau lo ketiduran nanti gue jadi gak repot mindahinnya. Lo tau tangan gue udah gak berfungsi secara sempurna lagi kan?"

Kalau dia udah mengungkit hal itu, entah mengapa gue tidak bisa berkutik. Gue cukup merasa bersalah sebenarnya. Gue pikir dia laki-laki angkuh dan egois yang dibutakan dengan perasaannya sama Jasmine. Ternyata dia memang orang yang tulus, hal itu lagi-lagi membuat gue merasa iri sama Jasmine yang mendapatkan keberuntungan jauh lebih banyak dari gue untuk di cintai sama laki-laki seperti Rey.

Gue akhirnya mulai mendudukan diri gue di kasur.

"Sekarang gue tanya, lo ngelakuin ini semua untuk ngebuktiin ke siapa?" Tanya Rey.

"Ke Ayah, om dan juga keluarga gue," jawab gue jujur pada akhirnya.

"Kenapa?" Tanya Rey.

"Keluarga gue jauh lebih rumit dari yang lo kira Rey, dan gue sulit untuk menjelaskan hal itu." Kata gue yang membuat Rey memandang gue dengan pandangan meminta penjelasan lebih lanjut.

"Setiap orang punya tujuan hidup kan?" Tanya gue yang di jawab anggukan oleh Rey, "dan inilah tujuan hidup gue. Untuk membuktikan ke mereka semua."

"Membuktikan apa?" Tanya dia masih bingung.

"Udah gue bilang kan sebelumnya, akan ada saatnya untuk lo tau, tapi gak sekarang," jawab gue.

Gue melihat wajah kecewa Rey setelahnya, tapi gue tidak bisa melibatkan dia lebih jauh ke dalam kekacauan keluarga gue.

"Pemegang saham lo gak ngerti akan proyek lo ini kan?" Tanya dia tiba-tiba yang gue jawab dengan anggukan.

"Kalau gitu lo presentasiin proyek ini sampai gue ngerti, dengan itu pasti kemampuan lo di depan mereka nanti gak usah di ragukan."

"Tapi kan lo lagi sakit."

"Lo bilang ini buat tujuan hidup lo kan? Gue yakin kalau itu adalah hal yang sangat penting buat lo. Jadi gue harus dukung lo."

Di saat dia sakit dia masih memikirkan gue gini, lagi-lagi gue merasa terharu sekaligus iri sama Jasmine.

Betapa beruntungnya Jasmine untuk di cintai orang seperti Rey, andai saja Andra masih ada, mungkinkah gue akan merasakan hal yang sama?

"Gue harus ngambil proyektor dan pointer," kata gue sambil beranjak pergi, tapi Rey sudah menahan tangan gue dan sedikit menarik tubuh gue untuk lebih dekat kearahnya.

"Gausah pake proyektor dan pointer, cukup pakai tablet dan juga jari lo," jawab Rey sambil merangkul tubuh gue untuk mendekat kearahnya.

Dan malam itu, gue menghabiskan waktu untuk mengupas tuntas semua proyek gue yang akan gue presentasikan dalam waktu empat hari kedepan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan malam itu, gue menghabiskan waktu untuk mengupas tuntas semua proyek gue yang akan gue presentasikan dalam waktu empat hari kedepan.

[Sudah Terbit] Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang