Barri :
Selamat menikmati hasil kerja gue! 😉😉
Gue mendengus geli ngeliat pesan yang Barri kirim ke gue, selamat menikmati? Emangnya makanan?
Gue harap Barri tidak mendandani Rey dengan yang aneh-aneh mengingat malem ini gue harus ketemu sama orang tua gue untuk membicarakan tentang rencana pernikahan gue.
Gue pun masuk ke dalem apartemen gue dan ngeliat Rey yang lagi duduk di sofa dengan sebuah majalah di tangannya dengan muka yang masih saja kusut.
Barri tau selera gue, gue suka cowok rapih dan wangi. Dan untungnya dia menerapkan hal itu ke Rey.
"Malem ini kita ketemu keluarga gue," kata gue yang sama sekali di gubris sama Rey.
Gue lebih memilih untuk tidak peduli dan masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.
Gue membuka lemari gue, dan sudah banyak perubahan di dalemnya. Di dalem lemari gue, tidak hanya ada baju gue. Sekarang udah ada beberapa potong pakaian laki-laki dan juga aksesorisnya.
Tidak lama kemudian pintu kamar gue terbuka dan Rey masuk ke dalamnya.
"Lo gak menyediakan kamar dan lemari untuk gue, jadi jangan salahin gue kalau menggeser tempat lo."
"Gue gak masalah asal lo gak menyentuh barang yang gak seharusnya lo sentuh," jawab gue santai.
Rey masih bergeming di tempatnya yang membuat gue merasa risih.
"Gue mau mandi," ucap gue bermaksud mengusir.
"Terus apa hubungannya sama gue? Lo bisa mandi sendiri kan?"
"Keluar dari kamar gue!" Teriak gue yang membuat Rey sedikit terkejut. Dan tidak lama kemudian, dia keluar meninggalkan gue di dalam kamar.
Gue pun keluar dari dalam kamar setelah bersiap-siap memakai pakaian yang sedikit formal dan juga polesan make up.
"Lo bisa bawa mobil gak?" Tanya gue ke Rey.
"Tinggal request mau kecepatan berapa," timpal Rey.
Oh iya gue lupa dia stuntman, kayanya kalau kebut-kebutan dia udah biasa.
"Cukup selamat sampai tujuan, dan jangan sampai dandanan gue ancur saat sampai rumah," jawab gue.
"Gak ada yang perlu gue apalin nih? Skenario ketemu pertamakali dan kapan mulai pacaran misalnya?" Tanya dia.
"Gue suka sama inisiatif lo yang udah menanyakan hal itu. Tapi tenang aja. Orang tua gue gak akan menanyakan hal itu karena mereka gak akan peduli."
****
Rey's POV
Orang tua mana yang gak peduli sama latar belakang calon pendamping anak perempuannya? hanya orangtua aneh yang seperti itu.
Kalaupun orang tua gue masih hidup, mereka pasti akan peduli. Dan gue pasti akan mengenalkan Jasmine dengan bangga sama mereka.
Entah gue harus bersyukur atau tidak karena orangtua gue yang sudah meninggal, jadi mereka gak perlu jantungan melihat gue berakhir di pelaminan sama perempuan gila itu.
Gue menajalankan mobil sesuai dengan instruksi perempuan itu, enggak ngebut dan juga enggak lelet. Perempuan itu udah mengatur gps di mobilnya jadi gue tidak perlu banyak bertanya mengenai tujuan kami.
Satu yang gue sadari, semenjak berangkat perempuan itu terlihat lebih gelisah dari sebelumnya. Gue bisa ngeliat dari pergerakan dia yang lebih banyak dari biasanya. Tidak seperti waktu pertemuan-pertemuan kami sebelumnya.
Gue masuk ke rumah dengan gerbang yang cukup tinggi yang terbuka secara otomatis, yang membuat gue berdecak kagum dalam hati. Gue kira rumah seperti ini hanya ada di film doang, ternyata enggak.
Begitu gue keluar dari dalem mobil, perempuan itu tiba-tiba menggandeng gue yang membuat gue reflek melepaskan gandengannya dengan risih.
"Lo lupa kalau lo calon suami gue disini?!" Desis dia dengan mata melotot yang membuat gue ingin mencolok matanya pakai garpu.
Dengan berat hati gue mengambil tangannya untuk menggandeng kembali tangan gue.
Rumah besar ini terkesan sepi dan juga dingin. Gue bahkan tidak melihat orangtua perempuan yang ada di samping gue ini.
"Tuan sama nyonya sudah ada di meja makan non," kata salah seorang pelayan dengan balutan seragam berwarna hitam yang khas.
Gue cuma menyeimbangkan langkah gue dengan perempuan itu sampai ke ruang makan. Disana udah ada seorang perempuan dan juga laki-laki yang gue yakini sebagai orang tua perempuan itu sedang duduk.
Begitu kami sampai, laki-laki tua itu melihat kearah jam yang berada di tangannya.
"Kamu udah lupa jam berapa makan malem di lakukan di rumah ini karena udah tinggal lama di luar?" Tanya Ayah perempuan itu dengan nada yang sama sekali tidak ramah.
Gue bisa merasa cengkraman perempuan itu menguat di baju gue.
Well, sepertinya mereka bukanlah keluarga yang harmonis.
Gue bisa melihat sang ibu tersenyum menenangkan dan menghampiri kami berdua.
"Mungkin mereka ada urusan lebih dulu yah sebelum pergi kesini," ucapnya membela kami.
Si ibu menghampiri kami dan memeluk kami bergantian, tapi wajah perempuan di samping gue sama sekali tidak berubah. Gak ada senyuman yang tersungging di bibirnya selayaknya jika seorang anak bertemu dengan orangtuanya.
Sebenernya ada apa sama keluarga ini? Tanpa perlu waktu lama gue pun udah menyadari kalau ada yang salah di antara mereka.
Apa ini salah satu penyebab perempuan itu jadi berlaku gila dan juga seenaknya?
Gue harap gue gak terlibat lebih jauh dalam urusan keluarga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Dua Sisi
General FictionUntuk saat ini keduanya mungkin tidak menyadari telah berperan terlalu jauh dalam kehidupan masing-masing. Kita tidak tahu siapa saja pemeran utama di dalam kehidupan kita selain diri kita, yang mungkin bisa muncul kapan saja di sepanjang kehidupan...