14 : Kenyataan memang pahit

286 27 1
                                    

Mimi's PoV

Akyu masih tak percaya, akyu telah mengeluarkan kekuatan keperawanan abadi ku tapi... Sangat lemas. Aku Aku harus belajar mengendalikan nya.

Ratu Siyahrini datang menghampiri ku. "Ayo ikut aku ke dapur" Ia menarik tangan ku manjhaa.

"Mau apa kita ke dapur? " Tanyaku sesampainya di dapur. Ruangan itu cukup luas dengan lantai berwarna coklat tanah dan dinding di penuhi tanaman merambat.

"Kita akan membuat ramuan healm"
Ratu Siyahrini mengambil bahan bahan dari tanaman yang bergerak masuk melalui jendela. Itu adalah salah satu kekuatan peri hutan.

"Ramuan apa itu dan mengapa kita membuatnya?" Ratu menghela nafas berat seakan kesal harus menjelaskan segala sesuatu yang tidak ku ketahui karena akyuh masih suci.

"Ini adalah ramuan yang dapat mengembalikan energi pasti kau sangat lemas kan" Aku mengangguk manjhaa.

"Ini potong daun lebah ini" Ratu menyodorkan beberapa lembar daun besar berwarna belang kuning hitam.

"hmm.. Apa daun ini juga menyengat seperti lebah? "

Ketika memotongnya tak sengaja pisau itu mengenai tangan mungilku hingga mengeluarkan darah suci ku.
Aku hanya menghisap jariku agar tak di lihat ratu. Aku tak ingin membuatnya khawatir.

Pasti ada maksud dari hal ini, tiba tiba saja aku merasa ada sesuatu yang buruk terjadi di kahyangan. Mungkin hanya perasaan ku saja.

Kami pun selesai mengolah bahannya lalu ratu menumbuk semua bahannya dan merebusnya. Lalu air rebusannya di masukkan kedalam sebuah botol lonjong kecil.

"Ini" ia memberikannya padaku.

"Kau simpan ini, dapat kau gunakan ketika kau terluka. Minumlah ini" Ia menyodorkan sendok besar berisi ramuan healm tadi.

Aku pun meminumnya dan langsung merasakan khasiat nya, aku merasa segar bugar sehat jasmani dan rohani. "Terimakasih ratu Siyahrini"

***

Author's PoV

Istana ratu Siyahrini sangat luas, bahkan hingga beberapa lantai di bawah tanah.

Di sebuah ruangan, ruangan yang sangat indah. Lantainya berwarna coklat tanah dengan dinding yang dipenuhi tanaman merambat, sama seperti dapur tapi ruangan itu lebih luas.

Bagian langit langit ruangan itu hanya beratapkan kaca yang bening. Hingga sinar matahari bisa masuk. Ruangan itu bernuansa hijau, seperti taman mini lengkap dengan kupu kupu dan kunang kunang.

Di tengahnya hanya terdapat satu meja batu bundar dengan rongga di tengahnya. Rongga itu berisi air namun aneh air itu tak bergerak meski angin cukup kencang masuk lewat jendela besar di sisi dinding itu.

"Mau apa kita disini? " tanya mimi. "ini adalah ruang penghubung, di meja itu ada sebuah genangan air. Kita akan melakukan Vidkhal"

"untuk apa? " Mimi melirik kedalam genangan itu.

"Aku merasakan firasat buruk, aku akan menghubungi salah satu pelayan di istana kahyangan" ucap ratu Siyahrini lalu mengucapkan mantra aneh.

Seketika air di genangan itu merubah pantulan bayangan Mimi dan ratu Siyahrini menjadi seorang wanita berpakaian gaun pelayan kahyangan.

"ratu...! Ada hal buruk yang terjadi di sini! " pelayan itu panik.

"sudah kuduga... Apa yang terjadi" tanya ratu Siyahrini.

"ratu clarion....ratu.... " wajahnya menjadi murung.

"Ibunda? Ada apa dengan ibunda ratu clarion!!" Mimi ikut menjadi panik.

"Dia telah... Meninggal! "

Kata 'meninggal' seakan bergeka di kepala Mimi, hati nya seakan tertusuk ribuan tusuk sate. Air matanya keluar tetes demi tetes. "Apa?! Tak... Tak mungkin... TAK MUNGKIN!!!!! "

Ratu Siyahrini mencoba menenangkan Mimi. "Katakan apa yang terjadi?" tanya nya pada pelayan.

"Entahlah, putri Anizyah bilang bahwa ratu terkena racun kulit pisang ketika dalan perjalanan kembali ke istana kahyangan, putri bilang ia tertembak" jelasnya.

Tapi penjelasan itu justru membuat tangisan Mimi semakin menjadi jadi. Air matanya semakin deras.

"mengapa!!! Mengapa ibunda!!! Akyuh kan masih mungil dan manjhaa!! Kenapa ibunda meninggalkan ku!!! Kenyataan memang pahit!!!! Aku masih tak percaya!!! IBUNDA!!!! " batin mimi dalam tangisnya.

Mimi bangkit dari pelukan ratu Siyahrini mencoba untuk tegar karena Mimi tahu menangis tak akan merubah apa apa.

"Akyuh ha... Harus ke.. Kemb.. Bali ke...kah.. Ya.. Yangan.. Hiks hiks... " Ucap Mimi tergagap gagap.

To be continued...

***

Jangan lupa vote dan comment yak! SALAM SAPHAA MANJHAA...

Mimi Peri Rafunzele [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang