26 : Ibunda ratu!?

187 12 0
                                    

"Zyan!" Sehun datang ditengah peperangan. Semua prajurit dan moree berhenti bertarung dan terus menyaksikan pertarungan sengit itu.

"Sehun? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya zyan.

"Kalian seharusnya memberitahuku bahwa kalian akan perang, aku pasti bisa membantu" Sehun melanjutkan, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Anizyah dan Mimi sedang bertarung"

"Apa!? Ki.. Kita harus menolongnya" Sehun mencoba pergi namun zyan menahannya.

"Ini pertarungan keluarga, kita tak seharusnya ikut campur" Sehun hanya menurut perkataan Zyan meski agak ragu.

"Lihat!" Awkering menunjuk dua pasang sayap yang sedang terbang dilangit. Itu adalah Mimi dan Anizyah.

Lesatan cahaya putih terlontar kearah Anizyah. Anizyah pun membalas dengan melontarkan bola mens pada Mimi. Pertarungan sangat sengit hingga langit berulang-ulang menjadi gelap dan terang.

Anizyah melesatkan bola mens raksasa pada Mimi membuat Mimi terlontar manjhaa. Tubuh mungilnya tak dapat menahan ketidak-sucian yang telah didapatkan dari bola mens raksasa itu.

Keperawanan abadinya pun melemah dan akhirnya Mimi terjatuh. Tepat sebelum wajahnya menapak ditanah, Awkering berhasil menembakkan anak panah kearah Mimi hingga ia men-teleport dirinya kebawah Mimi lalu menangkapnya. Awkering kembali dengan cairan teleportnya kearah Zyan dan Sehun.

"Mimi!" Zyan dan Sehun berteriak secara bersamaan, namun hal itu tak dihiraukan. "Mimi! Sadarlah!" Mimi tergeletak tak berdaya disana. Matanya terututup tenang dengan bibir yang terbuka lebar. Zyan mencoba menekan dada mungil Mimi untuk membantunya bernapas sedangkan Sehun mencoba mengobati luka kecilnya dengan membalutnya dengan pembalut medis.

Anizyah datang ketengah kerumunan prajurit. "Kalianhh... Hh.. Akan memberikanku.. Hh.. Kehhkuatanhh.. Hhh.." Anizyah tersenyum kejam lalu mendekati salah satu prajurit. "Kemari kau" Ia mendekatkan wajahnya pada prajurit itu. Lalu perlahan asap biru keluar dari mulut dan hidung prajurit itu hingga tubuhnya mengering, matanya memutih, dan kulitnya mengelupas. Jiwanga telah dihisap. Tinggal raga kosong yang terbujur kaku.

"Selanjutnya.. Hhh.. Kalianhh.. Hahhhaaahhaaa!!!" Anizyah tertawa yang lebih terdengar teriakan histeris atau tertawa histeris manjhaa. 

Para prajurit mencoba kabur namun mereka malah mengambang diudara lalu jiwa mereka diserap satu persatu.

"Sehun, Awkering! Bawa Mimi ketempat yang aman! Cepat!" Awkering terlihat tidak setuju. "Lalu kau! Aku tak ingin kehilangan kau lagi!"

Zyan terhenti dan terdiam sesaat. Ia berbalik kearah Awkering lalu memegangi pipinya hangat. "Dengar, Aku tak akan pergi. Aku akan selalu bersamamu, bersama kalian semua. Jika ragaku hancur, maka jiwaku akan selalu bersamamu. Disini, dihatimu, dihati kalian semua" Zyan memeluk Awkering seaakan itu saat terakhirnya.

Lantas Zyan lari menuju Anizyah yang sedang bermain-main dengan para prajurit. "Zyan!!" Awkering meneteskan air mata tulus bukan buaya. "Kau pergi membawa sebagian dari diriku, Zyan. Aku akan menunggumu kembali membawa bagian dari diriku yang kau bawa" Awkering langsung membawa Mimi ketempat yang aman bersama Sehun.

***

Dibawah pohon kelor emas yang rindang. Tersandar seorang wanita. Rambutnya kuning emas beruban terurai tanpa mahkota seperti biasanya.

Mimi tersadar sedang duduk disamping wanita itu. "I.. Ibu!!!" Mimi melongo tak percaya hingga meneteskan air mata.

Ia memeluk wanita yang ia panggil ibu itu dengan erat melepas rindu yang terpendam.

"Mimi? Mengapa kau berada disini?" Tanya wanita itu sambil mengusap lembut manjhaa rambut emas Mimi.

"Apa!? Di.. Dimana ini? Apa aku sudah.." Wanita itu menutup mulut Mimi dengan jarinya.

"Shhss.. Belum saatnya kau datang kesini, masih banyak yang perlu kau selesaikan didunia" Ucapan itu justru tambah membuat Mimi bingung.

"Apakah ini-" wanita itu bangkit. "Ini alam roh, dan kau tak seharusnya disini sayang, kembalilah"

"Ta.. Tapi aku ingin disini! Bersamamu ibu" Wanita itu menatap Mimi dalam lalu tersenyum manjhaa.

Ia mengambil dua lembar daun kelor. "Lihat, apa menurutmu ini tajam?" Ia menunjukkan daun kelor yang ada ditangan kanannya.

Mimi menggeleng.

Lalu ia memukulkan daun itu kedaun yang satunya hingga tersobek. "Kau tahu kenapa daun ini sobek?" Mimi kembali menggeleng.

"Daun ini sobek karena terkena daun yang satunya, bukan karena daun itu tajam, namun karena daun itu kuat, penuh semangat dan bergairah"

"Kau pun harus begitu, jadilah seperti daun, yang Kelihatannya lemah namun sebenarnya kuat dan bergairah. Kau mengerti?" Mimi menggeleng lagi.

Wanita itu membelai pipi Mimi hangat. "Initinya, kau harus kembali dan menyelesaikan urusanmu, sayang. Ingat mereka membutuhkanmu diatas sana"

Tiba-tiba beberapa perahu lewat. Perahu itu berisikan dua orang wanita. "Apa itu-" kedua wanita itu berbalik. Itu adalah mamah dan abdelwati.

"Jangan sia-siakan pengorbanan kami" ujar mamah. "Aku tahu kau dapat diandalkan Mimi" Tutur abdelwati.

"Ayahmu akan sangat bangga padamu nak" Mimi melihat ibunda ratu juga disebuah perahu. "Ibunda!"

"Kembalilah, ibu akan menunggumu disini" Seketika pohon kelor emas itu bercahaya hingga Mimi jatuh pingsan.

Sebelum ia hilang kesadaran dengan samar ia dengar, "Ingatlah satu-satunya cara melepaskan pembalut itu adalah membuat lingkaran soptex"

***

"Ia mulai bernapas!" Ucap Awkering. "Kau benar! Mimi! Sadarlah!" Sehun mengguncang tubuh mungil Mimi manjhaa.

Perlahan mata Mimi mulai terbuka. Ia mencoba bangkit dengan perlahan. "Mari kita selesaikan ini"

***

Yawlo ni ada 700san kata :v asiq ide lagi ngalir :v

Jan lupa vot dan komen yak :v

SALAM SAPHAA MANJHAA

Mimi Peri Rafunzele [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang