Prolog

2.2K 174 200
                                    

Pagi yang cerah di hari yang cerah. Mimi membuka mata indah cetar membahana bagai badai di tengah rumah.

Burung berkicau bagai bernyanyi mengiringi mimi berjalan keluar dari rumah mungilnya.

"selamat pagi!" ucapnya dengan ceria kepada seluruh alam. Alam pun membalas dengan meniupkan angin manjhaa ke wajah cantik alami mimi hingga membuat rambut mimi berkibar bagai bendera.

Mimi berjalan manjha ke dalam rumah mungilnya. Ia melirik ke dapur dan mendapati bahwa bahan makanannya sudah habis.

"wah wah, sepertinya aku harus kepasar untuk membeli persediaan makanan. Aku akan siap siap"

Mimi pun mengganti baju piyamah berwarna putih itu menjadi dress manjhaa dari daun pisang berwarna hijau ke coklatan, meski dari daun pisang tapi sudah terkesan mewah.

Ia menuju ke cermin di kamarnya dan memandangi tubuh mungil berhias payudara mungil kenyotable.
Ia menyeringai manjhaa.

Mimi pun berjalan ke pasar dengan kaki jenjang miliknya.

***

Mimi memasuki pasar dan mulai berjalan mendekati salah satu penjual.

Meski mimi merasa risih terus di pandangi oleh kaum adam di pasar kahyangan, ia tetap bersikap biasa dengan menutupi sebagian wajah cantik alaminya dengan topi lebar manjhaanya.

"bi ini harganya berapa" ucap mimi menunjuk mi kuah rasa anggur. Setidaknya seperti itulah salah satu rasa mi yang ada di kahyangan.

"oh ini harganya 3 rupyah, tapi buat nona mimi bibi kasi 2 untuk 3 rupyah" balas penjual itu dengan senyuman sinis. Entah apa maksud di balik senyuman sinis itu.

"oh terimakasih, semoga dewi membalas kebaikanmu" mimi mengambil mi itu dengan tangan lembut bersinar menyilaukan.

Setelah mimi membayar, mimi berjalan masuk lebih dalam ke pasar. Hingga beberapa saat ia telah membeli persediaan makanan seperti mi rasa anggur, ekstrak diamond, gula batu, dan lain lain.

Tapi, ada yang aneh. Ia memandang mencari cari bibi tadi yang menjual mi rasa anggur tadi, tapi dia sudah tidak ada. Tempat yang ditempati bibi tadi menjual kini tempati sudah ditempati orang lain.

"permisi, penjual yang tadi ada di sini kemana yah? " tanya mimi pada gadis botak yang menjual kepala eh kelapa botak eh batok kelapa.

"hei, wanita sok cantik! Aku sudah sejak jam 4 subuh di sini menunggu orang untuk membeli! Lalu kau tanya siapa yang tadi menjual disini!" gertakannya hampir membuat mimi mengeluarkan caci makian.

Untungnya mimi dapat mengontrol emosinya. Mimi hanya pergi menjauh dari penjual jahat itu. Sungguh kejam.

Mimi berlari sambil menangis penuh kebingungan. Lalu di mana bibi yang baik hati nan tua itu?

***

Mimi pun sampai di rumah mungilnya. Untuk menghilangkan kesedihan bercampur kebingungannya ia pun memasak mi rasa anggur yang ia beli.

Mimi menghirup mi yang ia masak tadi hingga hidung mungilnya kepanasan.

"au ah panas!" desahnya

Ia melahap mi nya dengan manjhaa hingga ia kemanisan. Ia pun meminum es kari yang tadi dibelinya.

Glup...

"ah...  Segarnya, terasa di pegunungan..."

"tunggu... Ahh.... Kenapa tiba tiba kepala ku pusing... Ahhh sepertinya aku... Akan... "

Mimi pun jatuh pingsang, tanpa ada yang mengetahui kepingsanannya.

...

Mimi Peri Rafunzele [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang