Suasana menjadi sangat tenang. Kami hanya beradu tatap dengan para prajurit kahyangan. Hingga Anizyah keluar dengan zirah joger perangnya. "Jadi, kau benar-bebar menginginkan ini, Mimi?" Anizyah turun dari yunikorn hitamnya. "Bukan akyuh, tapi kau!" Aku menaikkan tangan mungilku memberi tanda pada pasukanku untuk bersedia. Para moree menegakkan tubuhnya, lalu keluar Moree mungil dari lubang lubang ditubuh Moree besar. Zyan sudah memegang erat pedangnya dan Awkering sudah menyiapkan busurnya. Aku dapat melihat senyum jahat dimuka Anizyah. Anizyah lalu naik kembali keatas yunikorn-nya lalu berteriak dengan kencang, "SERAAANGGG!!" Sambil mengeluarkan pedangnya. Segera para prajurit kahyangan maju serentak menyerang kami.
Aku segera memegang payudara mungilku lalu meminta doa keselamatan pada dewi kahyangan. "SERAANGGG!!" teriak Zyan memberi aba-aba pada Moree untuk menyerang. Meski kami kalah jumlah pasukan, aku bisa melihat semangat manjhaa membara dimata para moree, Zyan, maupun Awkering.
Kami terus bertarung ditanah lapang istana kahyangan. Meski keperawanan abadiku sedikit ketakutan tapi Aku harus tetap berjuang.
Aku memukulkan tongkatku ditanah hingga membentuk lingkaran mungil ditanah. Lalu perlahan dinding bening melindungi tubuh mungilku. Aku tak segan-segan menyerang prajurit yang mengkhianati ibunda ratu. Aku terus bertarung dengan sekuat tenagaku. sesekali prajurit nakal mencoba menusuk keperawanan abadiku dengan tombak, untungnya aku menggunakan gembok pengaman keperawanan yang dapat dibeli dikios terdekat dirumah anda.
Bahkan tak sedikit yang mencoba memeras kekuatan payudara mungil nan kenyotableku. Hingga dinding pelapis tubuh mungilku pecah dan membuat kaki lentikku tergores manjhaa. Zyan segera menghampiriku, "Mimi! Kau baik-baik saja?!" Aku hanya membalasnya dengan senyuman manjhaa.
Seorang prajurit mencoba menebas Zyan yang tengah menolongku. Tindakan itu dibatalkan oleh anak panah Awkering yang pas mengenai jantung prajurit itu, ia memang pemanah hebat. Zyan terlihat senang dan tersenyum pada Awkering sebagai tanda terimakasih, dari mata mereka aku mulai melihar benih-benih cinta yang mulai tumbuh.
Peperangan terus dilanjutkan hingga puncaknya aku berhadapan dengan Anizyah. Ia memasang kuda-kuda sambil memegang pedang. "Kau tak berpikir aku akan menyerah, bukan?" Ucap Anizyah dengan senyuman aneh. Aku mengayunkan tongkatku hingga memanjang dan mengenai perut buncit Anizyah. "Rasakan itu, buncit!" Ucapku kesal, meski terdengar nakal manjhaa.
"Apa kau bilang!" Anizyah berlari kearahku sambil mengayunkan pedangnya kearahku.
Tchiiinggg.. Percikan api keluar ketika pedang Anizyah berhasil kutangkis dengan tongkatku. "Dari mana kau belajar itu, pendek!?"
"Apa! Aku tidak pendek! Aku ini mungil!" Seketika keperawananku mengeluarkan cahaya terang hingga Anizyah terhempas kebelakang.
***
Zyan's PoV
Huh, ini benar-benar merepotkan. Andai saja aku punya kekuatan keperawanan seperti mimi, pasti kita sudah menang daritadi. Pukulan pedang salah seorang prajurit mengalihkan lamunanku tentang keperawanan.
Mataku seketika tertuju pada Mimi yang tengah terjatuh ditengah kerumunan prajurit. Aku berlari untuk menolongnya. "Mimi, kau baik-baik saja?" Tanyaku sambil menbantunya berdiri. Ia hanya tersenyum manjhaa seperti biasanya. Mimi memang gadis perawan yang kuat.
Tanpa kusadari sesosok prajurit jatuh kearahku dengan anak panah menancap dijantungnya. Aku berbalik kebelakang dan melihat Awkering sedang mengeker dengan busurnya. Ia pasti yang memanah prajurit bodoh ini. Ia tersenyum memperlihatkan senyuman indah yang lama tak pernah kulihat lagi. Aku membalas senyumannya dengan senyuman yang sama ketika kita masih bersama. Entah mengapa seperti kenangan indah bersamanya tergiang dikepalaku lagi.
"Apa dia sudah berubah?"
***
Hae hae :v oke ini uda dekat dekat tamat :v jan lupa vote dan comment yak :v
Btw disini kok karakter mimi beruba gitu yak :v ntah la :v
SALAM SAPHAA MANJHAA
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimi Peri Rafunzele [TAMAT]
FanfictionJauh dari kehidupan yang naif di bumi, di atas nya, di dimensi yang berbeda, sebuah dunia yang lebih indah dari bumi, negeri kahyangan. Hiduplah seorang peri mungil nan majhaa, dia adalah Isabella arumi rafunzel, ia kerap di sapa mimi. Gadis yang hi...