Kami telah berada ditanah lapang didaerah hutan mor. Angin berhembus sangat kencang. sesekali drezz manjhaaku tertiup angin hingga menampakkan paha putih nan kenyalku.
Tanpa basa-basi ratu langsung mulai menjelaskan. "Kau pertama Awkering," Ratu menghampiri Awkering. "Panahmu ini bukan panah biasa, ini adalah panah seorang kesatriawati kerajaan mor, ia adalah pemanah yang handal dan berhasil menyelamatkan kerajaan mor dari kekalahan pada perang pribumi I. Nenekku ratu Tietied poespa memberkatinya dengan memberi panah ajaib ini" Jelas ratu.
"Panah ini memiliki bagian basah diujung busurnya, kau dapat menggunakan cairan itu untuk membuat panah teleportasi, cocol saja anak panah itu lalu tembakkan" Ratu memperagakannya lalu beralih ke Zyan.
"Zyan, ini adalah pedang platinum yang dapat melukai peri maupun periah, tapi ketika terkena kulit, pedang ini akan membakar kulit itu, maka berhati-hatilah menggunakan pedang ini"
Ratu menghampiriku. "Mimi, ingat! Kalung ini harus tetap kau kenakan, kalung itu sebagai pelindung keperawanan dan juga sebagai alat pengendali para Moree yang nanti akan kuberikan padamu" Jadi begitu, aku akan menyelipkan kalung ini diantara payudara mungil manjhaaku ini agar tak terjatuh.
Ratu melanjutkan, "Sedangkan tongkat ini, kau dapat gunakan sebagai senjata untuk berjaga-jaga. Ini adalah tongkatku dulu yang diberikan kakekku ketika aku masih belia. tapi kini, ini adalah milikmu" Tongkat ini berwarna perak dengan kedua ujungnya membentuk bulat dengan cahaya kuning didalamnya. Tongkat yang indah, cocok dengan diriku yang indah ini.
"Oiya, ingat! Aku tak bisa ikut serta dalam perang ini karena aku harus menjaga kerajaan mor, maaf ya"
"Tak apa, kau telah sangat membantu" Ucapku dengan senyuman manjhaa pada ratu.
Kami pun menuju danau dimana kami dapat naik kekahyangan. Aku pun bersiul manjha memanggil yunikornku. Sedangkan Awkering dan Zyan menaiki Moree terbang, begitu juga dengan para Moree lainnya.
Kami pun tiba dikahyangan. Tepat didepan pintu gerbang kahyangan. Entah mengapa suasana disini sangat sepi. "Mimi? Kemana semua rakyat kahyangan?" Tanya Awkering padaku.
"Hmm, akyuh tak tahu..." Belum juga kuselesaikan kata-kataku, bunyi terompet mengalihkan perhatian kita semua. "Apa itu?" Gumam Zyan bingung.
Masih dengan wajah manjhaa penuh tanda tanya, satu regu pasukan keluar dari gerbang istana kahyangan. Mereka menggunakan zirah perang berwarna biru muda belia dengan menaiki yunikorn berponi.
"Ah!? Anizyah itu sudah menyiapkan segalanya!" Teriak Awkering. Baiklah kalau begitu, kami juga sudah mempersiapkan segalanya. Aku menggunakan gaun perangku, praboticus drezz yang terbuat dari kulit durian halus dengan sebuah panci emak dibagian perut dan dada, itu untuk melindungi payudara mungil nan kenyotableku, juga sebuah gembok besar didaerah keperawananku, meski abadi akyuh tetap harus menjaganya.
Zyan menggunakan zirah berwarna perak yang terbuat dari platinum dengan sebuah batu akiq menyala ditengahnya. Tubuh tegapnya ditutupi oleh juba yang sewarna dengan batu akiqnya.
Payudara melond Awkering ditutupi dengan baju jala-jala berwarna putih yang terbuat dari emas putih dengan rok mini dari kulit kuda albino. Rambut panjangnya dibiarkan berkibar bagai bendera. Sepatu hak tinggi merek kawe anti kw.
Dengan bantuan Moree kami sudah siap untuk berperang. Inilah saatnya, Kami berjuang.
"Ibunda ratu, neneq carolina, mamah dede, abdelwati, dan yang telah berkorban untukku, akyuh tak akan menyia-nyiakan perjuangan kalian!!"
***
Hae, yay sique akirnya jadi juga ni kapter :v maap awtor apdetnya lama :v oke jadi kan ini uda mau perang, nah nanti kalo udah selesei perangnya rencananya mo di tamatin :v itu baru rencana doang si, soalnya awtor ga tau, ini mo jadi happy ending apa bad ending.
Ya kalo happy ending ya mimi menang dan jadi ratu, kalo bad ending ya semaunya dimatiin aja kaliaya :v kek hujan meteor gitu semua mati /plak/ :v
Oke jan nyider yak, typo bertebaran sampe lebaran :v, kalo mau gapapa dikritik sekali ama sarann yak :v
SALAM SAPHAA MANJHAA
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimi Peri Rafunzele [TAMAT]
FanfictionJauh dari kehidupan yang naif di bumi, di atas nya, di dimensi yang berbeda, sebuah dunia yang lebih indah dari bumi, negeri kahyangan. Hiduplah seorang peri mungil nan majhaa, dia adalah Isabella arumi rafunzel, ia kerap di sapa mimi. Gadis yang hi...