29: Couler

2.6K 518 41
                                    

29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

29

Jam satu dini hari dan gue masih terjaga.

Emang sih biasanya jam 1 kayak sekarang juga masih bangun, cuma kali ini lebih banyak lagi setan-setan yang berkeliaran di pikiran gue.

Ngeliatin layar handphone, gue mendengus.

Yang tadi beneran Jaehyun?

Ini bukan kali pertamanya Jaehyun ke club kok, tau gue.

Cuma kali ini dia gak cerita, gak ngomong atau ngasih info sama gue kayak biasanya.

Oke, mungkin gue berlebihan.

Tapi ya kayak yang gue bilang tadi, kalau lagi sensi, semuanya bisa dibaperin.

Jam satu dini hari dan akhirnya gue nelepon Jaehyun.

Mungkin gue juga butuh denger suara dia, makanya gue lebih milih langsung telepon daripada chat.

Make sure kalau dia masih hidup sehat walafiat. Kesel banget gak ada kabar berhari-hari.

Di nada sambung ketiga, akhirnya Jaehyun ngangkat.

Suaranya parau, itu pun gak cukup besar buat ngalahin lagu-lagu EDM yang lebih mencolok di belakangnya.

Minum-minum ya, Jay?

Jangan sampe mabok.

Nantu yang nganterin kamu pulang siapa?

"Jaehyun ...,"

"Hm?"

Suara yang tadi gue kangenin, juga suara yang bikin gue pengen banting kepala ke bantal dan nangis kenceng-kenceng.

"Hm" doang ya, gapapa.

"Kamu di mana?"

Dia diem.

Gue diem.

Dia gak bisa bohong kalau dia lagi di rumah ketika yang bisa gue denger saat ini cuma suara riuh manusia & musik-musik berisik itu.

"Di Fable."

Gue buang napas kasar.

Bener kan.

Gak punya pilihan selain jujur juga lagipula.

"Oh ... Sama siapa aja?"

Dia diem lagi.

Seriously, Jay. Ini kita teleponan banyakan diemnya daripada ngomongnya.

Gue gak masalahin pulsa deh, serius.

Cuma tanggapannya itu loh.

Emangnya DJ-DJ atau pengunjung lain yang lagi heboh ini dibayar buat jadi juru bicaranya Jaehyun?

Ya gue aja gak ngerti mereka lagi ngomong apaan, ya Allah help.

"Tal,"

Finally!1!

Gantian gue yang diem, penasaran sama hal yang bakal dia sebutin setelah ini.

"Talitha ...,"

Oh, wait. I miss his voice so bad.

"Kenapa?" Jawab gue pada akhirnya.

"Maaf."

Huh?

"Aku minta maaf."

"Tujuan kamu tuh apa minta maaf sekarang?"

Dibanding "Iya gak apa-apa" apalagi "Aku kangen kamu," kalimat itu yang malah keluar dari mulut gue.

Ketus banget iya.

Tapi sekarang dia masih di Fable.

Bisa jadi gue gak akan tau dia ke mana kalau aja gue gak cek Instagram dalam satu hari kedepan.

Dan mungkin Jaehyun gak akan ngasih tau dia ke mana kalau aja gue gak tanya.

Lets speak the truth, who am i to you now, Mister Jaehyun Prayogo Bramasta?

"Kenapa kamu gak cerita-cerita kalau mau ke sana?" Tanya gue lagi.

Dua pertanyaan untuk Jaehyun dan dia gak bisa jawab satupun.

Emangnya sesusah itu ya pertanyaan gue?

"Aku gak peduli mau kamu ke semua club di Jakarta, hak kamu. Tapi beneran kita gak ada komunikasi lagi loh sejak minggu lalu? Kamu bahkan gak tau aku ke mana dan sama siapa kan hari ini? Pergi sampai jam berapa?"

Hanya ada suara berisik dari seberang sana.

Dia masih sadar kan ya? Belom teler?

Makin stress gue kalau ternyata dari tadi ngobrol sama orang tidur.

"Jaehyun, are you still there?"

"Iya."

Sependek itu jawabannya.

Padahal kalimat gue yang sebelum-sebelumnya udah kayak pidato :))

"Kita pacaran tapi gak ada komunikasi. Bahkan orang LDR masih lebih mending dari ini," gue menghela napas. "Terus, kita tuh apa?"

Setelah itu, gue makin pengen meledak dalam tangisan.

Tapi lagi-lagi gue ngomong sama angin.

Dikira gampang ya ngomong itu sampai cuma dibales sama keheningan?

"Jaehyun Bramasta, jawab dulu kek."

"Keluarin aja semua unek-uneknya, aku dengerin."

Anjir??

Maksudnya apa ya tolong?

Sengaja banget bikin minta ditampar apa?

Atau sengaja biar cepet-cepet putus?

"Jaehyun Bramasta ...," mungkin suara gue udah kedengeran shaking banget di seberang sana. "Brengsek ya lo."

Dan gue beneran nangis di tengah telepon ini.

Ini bakal malu-maluin banget.

"Ta, kamu nangis?"

Pake nanya lagi lo, anjir.

Huhuhu udah sekesel ini.

"Jangan gini."

"Yang buat kayak gini tuh siapa ya?" Suara gue mengeras. Mungkin juga cukup keras buat nembus pintu atau dinding kamar.

Sampai ada yang ketok kamar gue sambil nanyain kenapa gue teriak-teriak, Jaehyun harus tanggung jawab.

"Aku--"

"Terserah deh, Jay. Mau kamu minum grappa sampai gak bisa pulang juga bodo amat serius."

Lalu gue mutus panggilan itu.

Segampang itu apa buat diem pas gue udah sekesel ini?

I might have said that you better just listen when i start confessing, telling you everything that bothers my mind.

But now it's different.

Jam satu dini hari dan akhirnya gue meledak untuk kesekian kalinya.

"I Choose ...."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang