35: どうもありがとう

2.7K 488 42
                                    

35

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

35

"Enggak kok. Cuma buat deadline pribadi untuk mulai ngebatesin diri sama lo."

Ngelebarin mata sendiri, bodo amat sih sama komuk.

Siapa juga yang peduli di saat-saat kayak gini?

"Maksud lo apaan sih?"

Karena gue bener-bener pengen mukulin Kak Johnny saat ini juga.

"Gue gak mau ngerasa sebagai perusak hubungan temen gue sendiri, sesimpel itu."

"I thought we are friends ...."

"Siapa yang bilang bukan?"

"You!" Gue nunjuk dia, ngelupain adat sopan-santun untuk orang yang lebih tua. "Lo yang bilang mau ngebatesin diri sama gue."

"Demi kalian dan demi gue juga. Lo gak mau kan liat gue galauin cewek orang terus?"

Gue speechless.

Bener-bener kehilangan seluruh kalimat yang pengen gue keluarin saat itu.

"Gue gak mau kalian kenapa-kenapa hanya karena gue."

"Tapi bukan berarti harus batasin diri juga kali, Kak. Gila apa lo."

Dia ngehela napas.

"Batasin diri di sini kan bukan berarti menghilang, Tal. Lo mau chat gue juga bisa, Line dan nomor gue gak ganti."

"Tapi 'ngebatasin' tuh seakan-akan lo punya niatan untuk pergi dan gue gak bisa terima kalau lo emang punya niatan buat pergi. Kita temen loh."

Kalau aja ini adegan di cerita yang sering gue tulis atau baca, mungkin gue bakal langsung shouting, "Ow, friendzone!"

Sedikit gak percaya kalau orang semacam gue bisa nge-friendzone-in cowok juga.

Tapi itu bukan penghargaan.

Itu kabar buruk karena itu berarti gue bisa aja matahin hati orang dengan tingkah yang gue lakuin.

"Intinya mulai Agustus, gue gak bakal sering-sering ngajak lo jalan karena kita bakal ketemu juga di kampus, yang ada bosen."

Gue maksain diri buat senyum.

"Well, would you do me a favor?" Tanya Kak Johnny tiba-tiba.

"Apa?"

"Izinin gue buat meluk lo."

Mengerjap,

kebaikan macem apa ya, Kak?

"Dalam rangka apa?" Tanya gue.

"Membatasi diri tadi, permintaan terakhir."

Sumpah, Kak Johnny ini lama-lama minta gue lakban mulutnya.

Semua omongannya dari tadi sukses bikin gue bawa perasaan sendiri.

"Would you?"

Gue akhirnya menghela napas, "Ya ... silahkan."

Dan dia langsung narik gue ke dalam pelukannya. Gue juga bisa ngerasain salah satu tangannya yang ngelus rambut gue.

Pelukannya hangat, gak kalah hangat dari Jaehyun.

"Baik-baik sama Jaehyun. You guys deserve each other."

If i were him, those sentences may be the most heartbreaking things i've ever said to my crush.

Semacam foto dengan latar hitam bertuliskan, "Yang penting lo bahagia. Gue mah besok, gampang." Yang gue pernah save di jaman SMP.

Yang bikin gue mau melonjak saking kagetnya adalah pas bibir "art"nya itu nyentuh dahi gue, cepet.

"Gue udah bilang ke Jaehyun tadi buat standby di Cloud jam setengah 12. Lo coba telepon aja dia sekarang."

Tapi gue masih membeku.

"Kalau udah sampai rumah bilang. Gue duluan, kapan-kapan jalan-jalan lagi."

Dengan senyum miringnya, Kak Johnny ngelambain tangannya sambil muter badan lalu jalan menjauhi gue yang masih mematung di sana.

Natap punggungnya yang makin menjauh.

Mungkin memang seharusnya kayak gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin memang seharusnya kayak gini.

Mungkin memang sewajarnya seperti ini.



***

a.n: last chap in ... 1 ... 2 ... 3 ... days.

 days

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I Choose ...."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang