special: and the story begin

1.5K 161 9
                                    



First of all, thank you for the 100k readers!! It kinda shocked me gimana ternyata masih banyak yang mau baca "I Choose ...." bahkan setelah rampung dengan gaya bahasa yang masih sangat jauh dari kata baik.

"I Choose ...." has always been the reason on why i am here. Jawaban atas "kenapa masih nulis fanfiction sampai sekarang?" maupun "kenapa lo harus cinta sama diri lo sendiri?" Karena "I Choose ...." nunjukin kalau nyatanya, aku enggak sendirian, bahkan di saat "terburuk" sekalipun. Ngasih tau kalau ternyata, aku punya sesuatu untuk dibanggkan dan bisa menyenangkan orang lain (untuk pertama kalinya). Jadi secara tidak langsung ... ya, terima kasih kepada kalian yang udah jadi alasan kenapa aku bertahan.

I'm sorry that i can't give you anything but this, bagian yang aku tulis dari lamaaa banget, jadi penulisannya masih berantakan dan probably, freak banget dan enggak ngefeel.

Again, thank you so much for all the support, i'll work harder to provide better stories next time. Please don't forget to support my boy, Jaehyun and his NCT!










Hidup itu penuh kejutan.

Tiap harinya, bakal banyak kejutan yang bakal lo dapetin dengan hal yang udah pasti berbeda-beda. Entah lo bakal dapetin labu berisi emas dan belian atau malah ular yang siap menghabisi lo. Berasa bawang merah bawang putih banget ya?

But nevermind.

Ambil contoh dari apa yang baru gue rasain sekarang.

Pas lo optimis UAS Bahasa Perancis dapet 100 dan untuk pertama kalinya ngerjain UAS PJOK dengan jumlah ngarang kurang dari 5. Olahraganya itu loh. Soalnya gue enggak pernah di atas KKM dari SD.


"Tal! Abis ini lo ada rencana ke mana gitu gak?"

Gue yang masih beresin barang-barang tempur —UAS, gue langsung nengok ke arah sumber suara. Di situ udah ada Cibey yang lagi duduk di kursi depan gue.

Lantas gue ngangkat kedua bahu, "jadi gak sih nonton?"

"Gak tau. Tapi bukannya Lyn sama Mita pengen langsung ke Central Park?"

"Jauh-jauh banget deh, anjir."

"Gatau. Ada opening apa gitu katanya, lupa gue."

Gue langsung ngedengus. Mungkin emang takdirnya gue enggak jalan-jalan ya?

Baru ketika gue udah mengaitkan tas gue di bahu, gue bisa mendengar suara Cibey (lagi) yang memanggil gue.

"Eh, nanti ke kelas dulu, Tal." Ujarnya tiba-tiba.

"Ngapain?"

"Mana gue tau. Ini Manrel ngomong di grup."

Gue langsung ngecek handphone gue.

Iya, notifikasi dari grup kita yang salah satu pesannya minta buat berbanyak dari kita untuk ke kelas.

"Untung kita belom balik." Ujar gue.

Enggak lama sampai akhirnya kita berdua jalan menuju ruang kelas kita sendiri, dan ketika gue masuk, di situ udah ada yang lain juga. Manse, Lyn, Atik dan lainnya. Yang membuat gue gak habis pikir adalah ketika kami semua menghabiskan bermenit-menit untuk ngomongin liburan yang bikin gue kayak ... woi? Biasanya juga lo semua ngomonginnya di grup? Cuma yaudah, gue nurut aja. Meratiin mereka semua ngomong, terkadang cek handphone.


"Eh Ta, ada yang nyariin tuh!" Seru Manrel tiba-tiba sambil nyikut gue.

Ngeliat ke arah pintu dan di situ udah ada dia, orang yang mungkin gue tungguin notifikasinya dari tadi.

It's no one but Jaehyun.

"Diri dong!"

"Ih ngapain?"

Pas gue ngomong gitu, mungkin udah ada tiga orang yang narik gue buat menuju depan kelas. Ngebuat gue dan Jaehyun saling menatap di depan situ. Ya Salam, ngapain sih?


"Hei!"

"Halo juga ... Jay."

Lalu suara "ciee" dari temen-temen bikin gue cuma bisa mengumpat dalam hati.

Sumpah, cuma say hi aja diciein?

Gak lama sampai gue notice bucket bunga yang dia pegang dengan tangan kanan. Dia enggak menyembunyikannya kayak di film-film, hanya sejajar sama pahanya.

Oh.

Jadi itu yang dicie-ciein?





Eh?


Bentar-bentar.


Terus ...


Itu buat siapa ....


Gue baru ngelebarin mata karena nemuin kesimpulan yang sebenernya GR banget pas Jaehyun memperpendek jaraknya sama gue.

Cuma beda dua ubin kelas gue ini.

"Eng ... Tal,"


Bentar-bentar.


Sumpah ini serem banget ....


"Aku ...," dia ngegantungin kata itu cukup lama. Nolak kontak mata dengan gue cukup lama juga.

Sampai akhirnya gue bisa denger dia ngehela napas lalu angkat kepala, mata kita bertemu.


"Tal, aku rasa kamu udah tau kalau aku punya perasaan sama kamu."


Gue langsung freezing di tempat.

Okay, he may be obvious. Tapi gue mana ekspektasi Jaehyun bakal confess kan?? Tapi ... ya, masih dengan pandangannya yang gak bisa lepas dari gue, Jaehyun lanjut ngomong. Sambil menyodorkan buket bukanya dengan tangan kanannya, "Be my girl?"


GUE AMBYAR DI TEMPAT.


Gue mulai mengatur napas, berusaha mengontrol diri gue agar bisa balik normal lagi.


TAPI ENGGAK BISAA.


INI GIMANA MAU JAWAB KALO GUENYA AJA SPEECHLESS BANGET I BARELY EVEN THINK WHAT SHOULD I DO NOW?!


JAEHYUN. PRAYOGO. BRAMASTA. NEMBAK. TALITHA. KHALISYA. RAMADHINA.


"Jawab dong, Tal!"

"Diem berarti iya."

"Iya! Iya!"


But Jaehyun is still standing there, semacam nunggu jawaban langsung dari gue yang sebenernya gak bisa diharapkan sama sekali.

"Uhm ... Jay?"

Dan muka Jaehyun langsung berubah jadi lebih tegang lagi. Atmosfer yang gue rasain pun enggak jauh beda dengan atmosfer ketika guru mau membagikan hasil ulangan harian minggu lalu.

Setelah pergulatan dengan tubuh yang gak bisa diajak kompromi, yang bisa gue lakuin cuma ngangguk. Tapi ngangguk itu juga yang bikin Jaehyun langsung ngelebarin matanya dan riuh di sekeliling kita. Gue yang udah kembali ke alam sadar langsung ngeraih bucket bunga itu dari tangannya.

Jauh dari apa yang mungkin elo atau bahkan gue bayangin. Gak ada adegan pelukan kayak orang-orang lakuin abis jadian, apalagi ciuman. Cuma ada gue dan Jaehyun dengan muka tegang, canggung, senyum dan semburat merah di wajah masing-masing. Lagipula ini masih di sekolah, enggak lucu gue dapet poin hanya karena pelukan sama Jaehyun di hari pertama kita jadian. Oh, no no! Boro-boro hari, menit aja masih bisa dihitung.


"TALITHAA, PJ YA!!"

"Gila, Jaehyun beneran nembak Talitha."

"Pelet, fix."


Gue langsung memicing ke sumber suara, ngeliatin dengan tatapan tajam yang sebenernya sangat kontras dengan keadaan gue saat ini, udah jadi puyo.

"Tal ...,"

Gue angkat pandangan gue lagi, ngeliat Jaehyun dengan muka yang masih tegang cuma maksa untuk tetap tersenyum.

"Iya?"

"Nanti ... pulang bareng ya?"

"I Choose ...."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang