Jiyong menatap sebuah foto yang ia ambil beberapa tahun yang lalu. Itu adalah fotonya dan kekasihnya, dulu. Ia menghela nafas berat sebelum menyimpan satu satunya foto yang ditinggalkan oleh kekasihnya dulu.
Sepasang lengan melingkar di pinggang Jiyong. Pria itu sedikit terkejut, “Lama menunggu?” suara lembut seorang wanita membuatnya tersenyum. Ia menyimpan tangannya di atas tangan wanita jangkung itu.
Jiyong menarik nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan singkat wanitanya. “Hanya beberapa menit yang lalu” gumamnya, Jiyong melepaskan lingkaran tangan wanita itu lalu berbalik, kemudian mencium pelipis wanita di pelukannya.
“Aku merindukanmu” gumam wanita di pelukan Jiyong, suaranya teredam oleh kaus yang dikenakan Jiyong.
Jiyong menghela nafas sebelum menjawabnya “Aku juga merindukanmu” gumam pria itu menyimpan pipinya di puncak kepala wanita di depannya.
Keduanya larut dalam kehangatan yang diberikan oleh pasangan mereka masing-masing. Mizuhara Kiko, seorang model yang kini menjadi kekasih seorang Kwon Jiyong. Seorang wanita yang menemaninya saat sang kekasih yang dulu ia cintai meninggalkannya. Bukan wanita itu yang mencampakkannya, itu adalah kesalahannya.
Dan jika seseorang bertanya apakah Jiyong ingin kembali dengan kekasihnya yang dulu, ia akan menjawab dengan kata ‘Ya’. Karena perasaan bersalahnya masih terngiang di kepalanya. Bagaimana gadis itu tersakiti oleh beberapa skandalnya dengan wanita lain. Dan bahkan dengan gadis yang berada di pelukannya kini.
Tidak, Jiyong tidak pernah berselingkuh. Itu yang ia ingat. Ia tidak pernah memiliki niatan untuk mengkhianati kekasihnya itu. Ia sangat sangat mencintai kekasihnya, namun kebodohannya yang membuat ia mengkhianati kekasihnya sehingga gadis itu pergi meninggalkannya.
“Aku merindukannya” gumam Jiyong masih memeluk tubuh Kiko. Dan Kiko tahu betul siapa dia yang Jiyong maksud. Walau sakit, Kiko hanya bisa mengeratkan pelukannya dan menjaga hati pria itu selama ia memiliki waktu.
~ ~
Sandara memasuki ruang kerjanya. Chaerin yang berjalan di belakangnya ikut memasuki ruangannya dan duduk di kursi dihadapannya. “Ini adalah laporan mengenai penjualan baju rancangan kita musim kemarin. Apakah kau telah menyiapkan untuk musim sekarang?” tanya Chaerin.
Dara mengangguk menjawab pertanyaan Chaerin, ia mengeluarkan beberapa kertas dan memberikannya kepada Chaerin. Ia akan mendiskusikan rancangan mana yang akan ia keluarkan untuk musim ini.
Chaerin menatap tumpukan kertas dihadapannya, “Berapa banyak rancangan yang akan kau peragakan dalam fashion show nanti?” tanya Chaerin mengambil kertas yang berada di urutan paling atas. Ia memperhatikan hasil rancangan Dara yang berada di tangannya.
Dara memikirkan berapa banyak rancangan yang akan di peragakan di dalam fashion show-nya musim ini. Dengan waktu yang cukup dekat Dara tidak akan membuat banyak rancangan. Terlebih ia tidak pernah menampilkan banyak rancangan. Walaupun ia membuat sangat banyak rancangan, namun hanya 50 yang akan ia ambil untuk peragaan busana dan 15 untuk photoshoot.
“Sama seperti sebelumnya, hanya 50 yang akan aku keluarkan, dan oh aku hanya akan membuat masing-masing rancangan 500 buah untuk setiap negara. Jadi siapkan segalanya”
Chaerin mengangguk mengerti, ia lalu mengambil satu lagi rancangan yang Dara buat. “Bagaimana dengan tanggal fashion show dan photoshoot untuk majalah?” tanya Dara.
Chaerin mendongak bertemu tatap dengan mata Dara, “Tanggal telah ditentukan dan tempatnya masih belum ditentukan” jawab Chaerin, ia berhenti sebentar “Untuk photoshoot, beberapa majalah telah menerima izin yang kami kirimkan” ucap Chaerin.
Dara mengangguk mengerti, ia memang telah memutuskan dimana ia akan menyelenggarakan fashion show-nya kali ini.
“Eonni” Dara mendongak menatap Chaerin yang kini juga menatapnya, “Anak-anakmu ingin pergi berlibur” ucap Chaerin melanjutkan ucapannya.
Dara membuka buku agendanya, “Setelah fashion show-ku” jawab Dara setelah melihat agendanya yang cukup padat.
Chaerin menghela nafas pelan, “Mereka ingin berlibur saat hari natal, mereka ingin merayakan natal diluar negeri” ucap Chaerin memberi lebih clue kepada Dara.
Dara kembali mendongakkan kepalanya, “Kapan fashion show akan dilaksanakan?” tanya Dara kini memperhatikan agendanya.
“Tanggal 17 Desember” jawab Chaerin masih menatap wajah kakak perempuannya.
“Kita berangkat tanggal 19 Desember dan kembali pada tanggal 26 Desember, aku fikir satu minggu cukup untuk mereka berlibur” ucap Dara memberikan agenda itu pada Chaerin.
“Dan itu telah termasuk ke dalam hari natal dan tambahan satu hari sebelum kita kembali ke Paris pada tanggal 27 Desember” jelas Dara.
Chaerin mengangguk, “Kemana mereka ingin berlibur?” tanya Dara, Chaerin membulatkan matanya mendengar pertanyaan Dara. Dara mungkin akan mengizinkan mereka untuk berlibur tapi ia ragu jika Dara tahu kemana destinasi mereka sebenarnya.
“Chaerin?” Dara kini menatap Chaerin karena tidak mendapat respon dari lawan bicaranya. Chaerin tersadar dari lamunannya dan mulai menggigit bibir bawahnya, masih merasa ragu untuk mengatakan tujuan mereka ingin berlibur. “Kau tidak akan mengatakan tujuan kalian?” tanya Dara.
Chaerin menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan Dara, “Tapi... berjanjilah untuk tidak menarik izinmu untuk berlibur” Dara menyipitkan matanya, Dara tahu apa maksudnya itu. “Mereka ingin pergi ke Korea Selatan” jawab Chaerin.
Dara menghela nafas berat lalu menatap Chaerin, memfokuskan pikirannya pada gadis di hadapannya itu, “Kau tahu bukan mengapa aku sangat melarang kedua anakku untuk pergi ke negara itu?” tanya Dara, Chaerin hanya mengangguk.
Dara menatap Chaerin lebih tajam, “Apakah alasanku tidak cukup jelas Lee Chaerin?” tanya Dara. Ia akan sangat sensitive jika itu berhubungan dengan negara kelahirannya.
“Kau ingin mereka meninggalkanku?” tanya Dara, “Kau ingin mereka meninggalkanku sama seperti ayah mereka yang meninggalkanku?” tanya Dara lagi.
Chaerin menggeleng, “Aku sangat yakin mereka tidak akan meninggalkanmu, dan jangan pernah berfikir itu akan terjadi” ucap Chaerin mantap.
Chaerin sangat yakin bahwa ayah kandung dari Jihyeon dan Jiwon tidak pernah ingin meninggalkan Dara. “Dan aku sangat yakin jika kau masih bertahan padanya, ia akan tetap bersamamu. Aku yakin dia tak sebodoh itu eonni” ucap Chaerin
“Kau kini membelanya, apakah kau kini berada di pihaknya Lee?” tanya Dara sarkastik, oh tidak. Mungkin ini terdengar gila, namun ini memang benar terjadi. Dara akan sangat berbeda jika itu melibatkan masa lalunya. Masa lalu yang ia tinggalkan di Seoul.
Chaerin menghela nafas berat “Kau selalu seperti ini eonni, kau terlalu buta oleh kebencianmu sendiri” ucap Chaerin, “Jangan terlalu membencinya eonni, karena aku yakin kau masih sangat mencintainya, walau kau mengelaknya” ucap Chaerin.
Dara menatap Chaerin tajam, “Kau tidak tahu apapun Lee, dan ini tentang perasaanku. Hanya aku yang tahu bagaimana perasaanku terhadapnya” desis Dara
Chaerin menyeringai mendengarnya, “Seseorang bahkan akan tertipu oleh perasaannya sendiri. Jadi kau tidak perlu terlalu percaya diri bahwa kau telah melupakannya. Kumohon untuk tidak menjadi seorang pengecut Dara”ucap Chaerin seraya beranjak dari tempatnya.
Dara diam di tempatnya, tangannya mengepal mendengar ucapan Chaerin. Ia memang sering mengatakan itu dan Dara selalu membenci hal itu, itu hanya akan membuat Dara semakin bingung pada perasaannya. “25 rancangan telah aku pilih, dan aku telah menandai 5 rancangan yang aku pilih untuk photoshoot” ucap Chaerin lalu berlalu pergi.
Dara menatap pintu yang baru saja tertutup. Dara mendesah pelan, ia menutup matanya erat. Menyapu tangannya di wajah lalu menyisir rambutnya dengan jemarinya. Ini benar-benar membuatnya tertekan. Ia tidak dapat selamanya menutupi kedua anaknya, cepat atau lambat mereka akan meminta Dara untuk memberi tahu siapa ayah mereka yang sebenarnya.
---TO BE CONTINUE---

YOU ARE READING
We Belong Together
FanfictionSebuah kisah membosankan yang menceritakan tentang kehidupan Sandara dengan dua anak kembarnya. Dan masa lalu yang membuatnya enggan kembali ke negara kelahirannya. Dengan kedua anaknya ia merasa cukup, namun tentu saja keduanya merasa penasaran den...