Dara memasuki ruangan yang disiapkan Jiyong untuk kedua anaknya. Mereka tengah berbaring dengan Jiyong berada di tengah mereka. Dara mendekati keduanya dengan cangkir berada di kedua tangannya.
Jiyong menangkap sosok wanita yang ia cintai berjalan menghampiri mereka. Pria itu tersenyum, lalu berbisik ke telinga dua anak yang berada di sampingnya "Susu kalian sudah siap" ucap Jiyong pelan. Jihyeon dan Jiwon beralih pada sosok yang Jiyong tunjuk dengan dagunya.
"Yippiiiii gomapta eommaaa" teriak keduanya bangkit dari pelukan Jiyong. Jiyong beranjak dari tidurnya. Duduk di tengah tempat tidur melihat wanita yang ia cintai memberikan gelas susu pada dua anaknya, ada perasaan bersalah dan menyesal di dalam dirinya. Andai ia tidak melakukan kesalahan yang fatal di masa lalu mungkin ia akan merasakan situasi ini setiap hari.
"Eomma, gomawo" ucap Jiwon memberi satu kecupan di pipi Dara. Dara hanya tersenyum manis pada pria muda itu dengan usapan di kepalanya. Jihyeon melakukan hal yang sama dan mendapat perlakuan sama pula.
Keduanya kembali ke tempat tidur menyerang Jiyong hingga pria itu kembali berbaring di tengah mereka. Dara hanya dapat melihat pemandangan itu dengan nanar. Andai ia bisa melihat pemandangan itu setiap hari.
---
Setelah keduanya terlelap pria itu keluar dengan sangat hati-hati, tak ingin mengganggu dua bocah mengagumkan yang berhasil merebut hatinya dengan mudah. Pria itu berhenti sejenak saat melihat Dara duduk di depan televisi yang menyala. Pria itu dengan mudah menebak bahwa gadisnya tak sedang memperhatikan acara yang tengah disiarkan. Dan pria itu tahu bahwa pikiran gadis itu tengah berkelana ke tempat yang tak ia ketahui.
Dara tersadar dari lamunannya saat sofa berwarna beludru disampingnya terisi oleh seseorang. Ia melirik sampingnya, sebelum kembali menatap televisi di depannya. Jiyong menarik nafas dalam sebelum membersihkan tenggorokannya.
"Apakah rumah ini−" Dara mendahului pria itu berbicara.
Pria itu menelan liurnya cukup sulit, dengan dada yang berdegup kencang ia mengangguk menjawab setengah pertanyaan itu. Tanpa harus dilanjutkan ia tahu kemana pertanyaan itu akan sampai.
"Rumah ini adalah rumah yang aku siapkan untuk kita" ucapnya, "Rumah ini untukmu" lanjut Jiyong menatap Dara. Dara melirik Jiyong dan bertemu tatap dengan pria itu. Dengan suara lembutnya pria itu menyanyikan bait favorite keduanya beberapa tahun lalu.
"So baby I will wait for you
'Cause I don't know what else I can do
Don't tell me I ran out of time, If it takes the rest of my life
Baby I will wait for you
If you think I'm fine it just ain't true
I really need you in my life
No matter what I have to do I'll wait for you"
Dara melihat ketulusan di mata Jiyong. Air matanya kembali terbendung. Ia tak tahu sejak kapan ia begitu sensitif. Berada di sekitar Jiyong memberikan dampak yang merugikan karena dada gadis itu akan terasa sesak dan ia membenci hatinya yang masih berdebar saat bersama pria itu.
"Aku akan menunggumu selama apapun itu" ucap Jiyong setelah menyanyikan sepenggal lagu yang kini mewakili hatinya.
Lagi, hati wanita itu terasa di remas oleh tangan tak kasat mata dengan kuat. Ia hanya dapat menundukkan kepalanya, menyembunyikan air mata yang kini mengalir di kedua matanya. Ia merindukan tatapan mata itu, tatapan mata penuh cinta yang selalu ada saat ia membuka mata di pagi hari dan menemaninya hingga ia terlelap. Namun ia tahu dan sangat mengerti bahwa hari ini bukanlah hari kemarin. Ia tahu sekarang tidak akan pernah sama dengan masa lalu.
YOU ARE READING
We Belong Together
FanfictionSebuah kisah membosankan yang menceritakan tentang kehidupan Sandara dengan dua anak kembarnya. Dan masa lalu yang membuatnya enggan kembali ke negara kelahirannya. Dengan kedua anaknya ia merasa cukup, namun tentu saja keduanya merasa penasaran den...