Jiyong merasa ada yang salah dengan gadis di sampingnya itu. ia hanya dapat memperhatikan gadis itu dalam diam. "Annyeong eomma" ucap Dara membaca surat yang ia dapat dari kedua anaknya.
"Kami minta maaf karena kami hanya dapat memberikan kado ini kepadamu. Aku sangat yakin kalian akan memberikan kado yang sangat indah pada kami. Dan ini salah satunya." Dara melirik Jihyeon dan Jiwon yang menatapnya dengan tatapan harap.
"Terima kasih telah mengabulkan permintaan kami untuk kembali ke Korea Selatan pada akhirnya. Terima kasih telah mengizinkan kami melihat konser Bigbang. Bertemu dengan member Bigbang dan bermain bersama mereka. Terima kasih telah mengizinkan Jiyong appa menjadi appa sementara kami. Aku sangat menyayangimu. You are the best mom ever. I love you mom" Dara menatap keduanya dengan mata haru. Ia begitu terharu pada kedua anaknya ini.
"Aku juga menyayangi kalian anak-anak. Jangan nakal dan jangan tinggalkan aku ne" pinta Dara, mereka saling berpelukan. Dara mencium puncak kepala anaknya dan mengusapnya dengan sayang. Mereka adalah harta berharga baginya. Tanpa mereka, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Jiyong tersenyum hangat menatapnya, desiran itu kembali mampir di hatinya hanya untuk singgah sebentar. Jihyeon melepaskan pelukan dari ibunya, Jiwon selanjutnya, dan kemudian mereka menatap Jiyong penuh harap. "Ah kado ku" ucap pria itu mengambil kado yang mereka siapkan untuknya.
Ia merobek dan terpaku melihat isinya, sebuah figura dengan foto mereka didalamnya. Photobooth mereka yang diambil kemarin saat mereka mengunjungi sebuah taman bermain. Photobooth pertama yang ia ambil bersama Dara setelah sekian lama. Mereka sungguh seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia.
"Apakah kalian memberiku surat juga?" tanya Jiyong. Keduanya mengangguk bersama menandakan mereka juga memberi Jiyong surat sama seperti pada ibunya. Jiyong tersenyum lalu mencari surat yang mereka maksud.
"Annyeong Jiyong appa, kami minta maaf karena kami selalu merepotkanmu. Aku menyayangimu seperti aku menyayangi eomma kami. Ah ya, aku minta maaf karena kami hanya dapat memberikan kado ini" Jiyong melirik keduanya dengan alis menyatu.
"Itu surat yang dibuat Jiwon oppa, ia mencontek suratku" tuduh Jihyeon menunjuk Jiwon, matanya menipis dengan tatapan tajam yang mengintimidasi.
"Ya! Aku bilang aku tidak memiliki ide" bela Jiwon tak ingin kalah, ia mengatakan hal sebenarnya lagi pula, ia memang tak memiliki ide dan telah meminta izin. Walaupun Jihyeon tak mengizinkannya, ia memang tetap menconteknya saat gadis itu terlelap tadi malam.
"Sudah-sudah, aku akan melanjutkannya" ujar Jiyong menengahi, ia lalu kembali memusatkan perhatiannya pada secarik kertas dihadapannya. "Terima kasih telah menjadi appa sementara kami, kami sangat menyayangimu dan menganggapmu sebagai appa kami sungguhan. Aku berharap dapat bertemu appa secepatnya dan bermain bersamanya seperti kami bermain denganmu. Aku tahu eomma mungkin akan marah jika mendengar ini tapi aku benar-benar merindukannya." Jiyong melirik Jiwon sekilas, pria itu tengan memainkan ujung kaosnya, sangat terlihat tak ingin beradu mata dengan siapapun.
"Terima kasih telah menjaga kami dan menemani kami selama berada di Korea Selatan, setelah kami kembali ke Paris aku yakin aku akan merindukanmu. Saranghae appa" Jiyong menutup surat itu dan menatap dua malaikat kecilnya dengan senyum diwajahnya.
Ia begitu bangga pada dua bocah kecil itu. Diumurnya yang masih 5 tahun mereka sudah dapat menulis dengan benar dan cukup rapih walau ada beberapa coretan disana sini. Ditambah, mereka menulis dengan hurup hangul, bukan huruf latin. Dara benar-benar mengajarinya dengan baik. Mereka menjadi anak-anak yang pintar dan cerdas di umurnya yang masih kecil.
"Aku juga berharap kalian bisa segera bertemu dengan appa kalian dan tinggal bersamanya. Aku yakin appa kalian juga merindukan kalian berdua" ucap Jiyong dengan senyum mengembang di wajahnya. Ada getaran yang tak jelas di dadanya, ia merasakan sakit hati itu lagi setelah gadis yang menjadi ibu dua anak ini meninggalkannya.
Tidak! Rasa sakit itu pernah ia rasakan beberapa hari yang lalu. Saat ia kembali melihat Dara. Dan saat kedua anak di hadapannya ini memanggilnya 'eomma'. Ia cukup terkejut dan sakit hati. Ia kecewa pada dirinya sendiri, ia kecewa karena tak bisa memiliki gadis itu lebih dulu.
---
Sesuai janji Jiyong tadi malam, setelah mereka pergi ke gereja untuk melakukan ibadah mereka pergi ke arena Ice Skeating. Mereka bermain sepuasnya dan beberapa kali beradu Ice Skeating bersama. Dara, gadis itu hanya mengikuti dan menjaga kedua anaknya.
Ucapan Jiyong semalam masih terngiang dikepalanya, bagaimana pria itu masih mencintainya. Bahkan pria itu menangis setelah Dara meninggalkannya tadi malam. Darimana ia tahu? Semalam Dara keluar dari kamar Jiyong untuk mengambil minum di dapur. Dan saat melewati ruang tengah, ia melihat pria itu masih berada di tempatnya. Tengah menangis dengan kepala yang tertunduk, isakannya terdengar sangat memilukan, ia tidak percaya bahwa seorang pria bisa menangis karena cinta.
Setelah hampir 3 jam berada di arena Ice Skeating. Mereka melanjutkan perjalanan ke rumah kedua orang tua Jiyong. Ia ingin berkunjung dan membawa Dara dan kedua anaknya berkunjung. Ia tidak begitu yakin bahwa ia akan kembali di terima di keluarganya atau tidak. Tapi paling tidak ia bisa kembali melihat ibunya. Ia begitu merindukan wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya.
"Jiyong" panggil Dara pelan, gadis itu masih terlampau hapal jalan menuju kediaman calon ibu mertuanya, dulu. Dan saat Dara menyadari bahwa jalan itu adalah jalan menuju kediaman keluarga Kwon, gadis itu merasa terkejut. Apakah mereka akan menemui keluarga Kwon?
Jiyong tak menjawab atau bergumam, ia hanya tersenyum kecil. Ia tahu Dara pasti masih mengingat kemana tujuan mereka. Rumah kedua orang tuanya mulai terlihat dan senyum Jiyong semakin mengembang. Meskipun dadanya berdebar kencang, namun ia cukup bersemangat untuk membawa Dara kembali ke hadapan ibunya.
Kedua anak Dara telah terlelap di kursi belakang akibat terlalu lelah dengan aktivitas yang cukup padat hari ini. Dara melirik kedua anaknya memastikan mereka masih terlelap. Ada gemuruh yang cukup asing di dadanya, ia gugup, takut dan malu. Entahlah, tapi yang ia rasakan saat ini adalah ia masih belum berani bertemu dengan kedua orang tua Jiyong dan juga kakak perempuan Jiyong karena ia merasa malu telah meninggalkan Jiyong selama lima tahun ini.
Mereka sampai di depan rumah kedua orang tua Jiyong, pria itu mengatakan bahwa Dami sedang berada di rumah itu. Kakak perempuannya memang selalu menetap di rumah kedua orang tuanya setiap hari Natal dan akan kembali ke rumah nya sendiri keesokan harinya.
Jiyong menggendong Jiwon sedangkan Dara menggendong Jihyeon, mereka menekan bell dengan Dara berada di belakang Jiyong, "Aku akan mengambil tas milik Jihyeon terlebih dahulu" ucap Dara kembali ke mobil, Jiyong hanya mengangguk menanggapinya. Pria itu cukup hapal gerak-gerik wanitanya, ia tahu bagaimana perasaan Dara saat ini.
Saat Dara kembali, Dami telah membukakan pintunya, "Dia siapa, Jiyong?" tanya Dami, mata Dami beralih pada gadis di belakang adiknya, "Dara" ucapnya setengah berbisik. Wanita itu cukup terkejut melihat kekasih dari adiknya itu berada di depannya setelah menghilang selama lima tahun kebelakang.
"Annyeong eonni" ucap Dara sedikit membungkuk, ia cukup kesulitan karena Jihyeon masih berada di gendongannya. Jiyong mundur beberapa langkah sehingga kini Dara lah yang berada di hadapan kakak perempuannya.
"Masuklah" ucap Dami memberikan jalan untuk Dara masuk. Dara membawa tubuh anak perempuan dan dirinya masuk ke dalam meninggalkan Dami yang masih mengerutkan keningnya. Ia mendongak untuk melihat adiknya yang tersenyum bodoh kearahnya, "Apa yang kau tunggu?" tanya Dami.
"Ani" Jiyong menggeleng masih dengan senyum bodoh diwajahnya. Ia lalu berjalan melewati kakak perempuannya dengan menggendong Jiwon di pelukannya.
"Jiyong?" Mr. Kwon yang baru turun bertemu dengan Jiyong yang baru masuk, Jiyong berbalik lalu tersenyum, ia menaruh jari telunjuknya di bibirnya meminta ayahnya itu untuk menutup mulut atau mengecilkan suaranya. Jiyong mengusap punggung Jiwon yang terusik lalu kembali tertidur di pundak pria itu.
-TO BE CONTINUE-
YOU ARE READING
We Belong Together
FanfictionSebuah kisah membosankan yang menceritakan tentang kehidupan Sandara dengan dua anak kembarnya. Dan masa lalu yang membuatnya enggan kembali ke negara kelahirannya. Dengan kedua anaknya ia merasa cukup, namun tentu saja keduanya merasa penasaran den...