Dara duduk bersandar di kursinya. Matanya terpejam bersamaan dengan kenangan pahitnya bersama sang kekasih. Baru beberapa menit yang lalu, matanya tanpa sengaja menangkap foto seorang pria yang dulu sangat ia cintai. Untuk saat ini? Ia masih harus berfikir apakah ia masih mencintai pria itu atau tidak.
Sebuah pintu terbuka bersamaan dengan teriakan seorang anak laki-laki membuat Dara membuka matanya.
"Eommaaaa" teriak anak lelaki itu dengan tangan terbuka lebar. Tak berapa lama sebuah suara tangis anak perempuan terdengar cukup nyaring.
Dara menatap anak lelaki yang berada di sampingnya dengan lollipop bulat ditangannya. "Aigoo eonni, bisakah kedua anakmu ini tidak bertengkar walau hanya satu hari?" keluh Chaerin yang menggendong Jihyeon.
Dara beranjak dari duduknya, menghampiri anak perempuan yang masih menangis di gendongan Chaerin, "Mengapa kau menangis hmm?" tanya Dara lembut.
Gadis kecil di pelukan Chaerin merentangkan tangannya meminta Dara menggendongnya. Dara dengan bibir tersenyum menuruti apa keinginan gadis kecil tersebut, ia mengambil alih gadis kecil itu dan duduk di sebuah sofa.
"Jiwon oppa mengambil lollipop milikku, ia bahkan tidak memberiku izin mencicipi miliknya tadi" adu gadis kecil dipangkuan Dara.
Dara beralih pada anak laki-laki yang masih diam di belakang meja kerjanya. Saat mata mereka bertemu, anak lelaki itu menyembunyikan permen lollipop bulat ke belakang punggungnya. Dara menarik nafas dalam sebelum menurunkan gadis kecilnya ke sofa.
Ia berjalan mendekati anak lelaki yang kini tengah menatap sepatu merah menyalanya. "Apa yang kau lakukan Jiwon-ah?" tanya Dara dengan nada lembut. Dara berjongkok di depan bocah lelaki itu. Bocah lelaki dihadapan Dara hanya dapat menundukkan kepalanya, "Aku bertanya padamu Jiwon Park"
Uh-oh Jiwon tau itu, jika ibunya telah memanggilnya dengan lengkap itu artinya ia akan mendapat masalah, bocah kecil itu mulai mendongak bertemu tatap dengan mata Dara.
"Aku menginginkan permen lollipop ini tapi Jihyeon tidak ingin membaginya denganku, jadi aku mengambilnya dan akan aku kembalikan jika aku telah selesai mencicipinya" Jiwon menggigit bibir bawahnya gugup.
Dara menghela nafasnya, ia tak bisa memarahi anaknya dengan seenaknya. Ia tahu setiap kesalahan yang dilakukan seorang anak bukanlah alasan agar anak itu dimarahi. Sandara dengan nada lembutnya akan mencoba untuk memberi pengertian pada anaknya dan jika itu tetap tak membuatnya berubah, wanita itu akan menghukumnya. Bukan fisik, tapi pelajaran.
"Maukah kau mengembalikannya sekarang dan meminta maaf pada adikmu?" tanya Dara, Jiwon tampak berfikir, ia melirik adiknya yang masih mengatur nafas akibat menangis. Air matanya sudah tak mengalir, tapi matanya merah karena terlalu banyak menangis.
Jiwon menarik nafas lalu mengangguk. Ia berjalan melewati Dara dan menghampiri adiknya, ia mengulurkan tangannya untuk memberikan permen lollipop berbentuk bulat dengan warna yang menarik pada adiknya.
"Maafkan aku dongsaeng-ah. Aku akan berbagi makananku mulai sekarang" ucapnya dengan kepala menunduk.
Jihyeon tersenyum lalu memeluk tubuh kakak laki-lakinya itu. "Jangan lakukan itu lagi oppa, kau seharusnya meminta dengan cara baik-baik. Aku memaafkanmu" ucap Jihyeon di pelukan Jiwon. Dara dan Chaerin tersenyum hangat melihat tingkah keduanya.
Dara kembali ke meja kerjanya. Ia masih harus mengejar deadline minggu ini. Chaerin melirik Dara yang kini berkutik dengan pola dan bahan ditangannya. Mencocokan bahan dan pola yang akan menjadi rancangan selanjutnya.
"Eonni" panggil Chaerin, Dara melirik Chaerin sekilas sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. "Apakah kau tidak memiliki niatan untuk kembali ke Seoul?" tanya Chaerin. Dara menghentikan aktifitasnya sebentar sebelum menggeleng.

YOU ARE READING
We Belong Together
FanficSebuah kisah membosankan yang menceritakan tentang kehidupan Sandara dengan dua anak kembarnya. Dan masa lalu yang membuatnya enggan kembali ke negara kelahirannya. Dengan kedua anaknya ia merasa cukup, namun tentu saja keduanya merasa penasaran den...