Hari ini Erica mengantar Prayly menuju ke sekolah barunya setelah Erica menerima kiriman buku rapor dari sekolah lama Prayly dijakarta karena saat pindah kemarin sekolah telah mengadakan class meeting yang diadakan setelah ujian semester berlangsung. Erica kali ini berencana memasukkan Prayly kesekolah swasta yang menyediakan fasilitas asrama. Dia berkata pada anak tirinya bahwa tidak mungkin Prayly bisa focus belajar jika ia tinggal dikawasan hotel dan resort seperti ini. Prayly pun menyetujui hal itu. Jujur ia senang tinggal terpisah dengan sang Bunda karena dengan begitu ia sedikit terhindar dari sikap kejam Erica yang sering menyakitinya.
🍃🍃🍃
Tidak lama perjalanan mereka sampai disekolah baru Prayly.
Sekolah milik Yayasan Biarawati itu sangat luas dan hening. Saat Prayly melangkahkan kakinya kedalam mengikuti sang Bunda menuju ke ruangan Suster kepala, Prayly merasakan hawa sejuk dan damai dilingkungan ini. Prayly berharap akan betah tinggal disini serta dapat membuat luka batin akan segala kejahatan bundanya itu berangsur-angsur membaik. Sesampainya Erica didepan pintu ruangan Suster kepala, ternyata mereka telah disambut oleh dua orang wanita berseragam Biarawati yang salah satunya adalah Suster kepala disekolah ini.
"Selamat pagi Suster!" ucap Erica menyapa mereka berdua.
"Selamat pagi Ibu Erica, senang berjumpa dengan anda." ucap Suster yang menggunakan kaca mata slinder itu menyapa.
"Perkenalkan Suster ini anak saya Gabriella Prayly Ananta yang saya ceritakan kemarin." ucap Erica berbasa basi.
"Oh... Yah, Hallo Gabriella saya Suster Wilhelmina kepala sekolah disini lalu ini Suster Theresa yang bertugas sebagai Kepala asrama." ucap nya menjelaskan sembari menjabat tangan Prayly.
"Hallo, Suster. Senang berkenalan dengan anda." ucap Prayly sambil tersenyum kikuk menyambut telapak tangan Suster Kepala.
"Mari masuk keruangan saya dulu, Bu Erica." jawab Suster kepala sambil membuka pintu. Suster kepala mempersilahkan Erica, Prayly dan juga Suster Theresa duduk. Suster kepala menyuguhkan beberapa toples camilan dan juga air mineral sambil berucap maaf jika hanya itu yang bisa ia suguhkan. Kemudian ia duduk disisi kanan sofa dengan membawa beberapa berkas ditangannya.
"Untuk sekedar kamu ketahui Prayly dan juga Bu Erica bahwa sekolah ini memiliki beberapa aturan-aturan khusus yang mungkin sedikit berbeda dari sekolah lainnya." kata Suster kepala mulai menjelaskan.
"Aturan itu bisa Prayly baca sendiri dalam kertas ini. Dan jangan lupa saat masuk asrama nanti, kamu tempelkan kertas ini dipintu lemari atau meja belajar yang telah disediakan untuk masing-masing siswi disana." lanjut Suster kepala.
"Baiklah, Suster." ucap Prayly
mengangukan kepala.
"Akan tetapi ada yang perlu saya tekan kan untukmu, Prayly!" kata Suster kepala sedikit tegas
"Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, jam istirahat dilingkungan sekolah serta saat berada dilingkungan asrama sekalipun tidak diperkenankan siswi manapun disekolah ini untuk menggunakan sebuah ponsel. Jika kamu ingin berbicara dengan Ibumu maka saat diasrama nanti, Suster Theresa akan membantumu menghubungi Ibu Erica dengan telepon asrama. Kamu mengerti Prayly?" lanjut Suster kepala.
"Iya, Suster. Saya mengerti." ucapku menganggukkan kepala.
Dalam hati aku bergumam jika saat ini aku tak lagi memiliki benda itu sejak bunda menyitanya minggu lalu.
"Jika kamu ingin mencari bahan referensi belajar? Maka masuklah ke perpustakaan atau lab komputer sekolah. Di sana terdapat akses internet untuk mempermudah urusanmu. Jadi tinggalkan labtop atau benda elektronik pribadimu untuk Ibu Erica simpan dirumah saja." lanjut suster kepala lagi.
"Tenang saja, Suster. Saya sudah menyimpan benda-benda itu sebelum mengantarkan anak saya kemari" jawab Erica menanggapi perkataan suster kepala.
"Baiklah, Suster Theresa tolong antarkan Prayly kekamarnya dan berikan seragam sekolah yang akan dia kenakan mulai besok disini." perintah Suster Kepala pada Suster Theresa.
"Baik Suster Kepala." jawab Suster Theresa lalu kami berempat bangkit berdiri.
Prayly, Erica dan Suster Theresa berjalan disepanjang koridor sekolah menuju asrama siswi yang berada jauh dibelakang sekolah ini. Sepanjang jalan menuju asrama ada banyak kebun sayur dan buah yang sudah siap panen disisi sebelah kiri jalan. Sedangkan disisi sebelah kanan tumbuh subur bunga matahari dan juga lavender. Prayly sudah membayangkan betapa ia akan betah tinggal dilingkungan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)
Chick-LitTulisan pertama beta. Kalau masih berantakan, mohon dimaafkan. Aku selalu sadar bahwa takdir kita manusia hanya ada di tangan sang Empunya dunia. Namun, apakah ini adil Tuhan di saat aku mengandung benih darinya, Engkau malah merenggut nyawany, dan...