Part 12. Pertemuan dan Rahasia ✅

1.9K 153 5
                                    

     Sinar mentari pagi mulai menerobos dalam dinding kamar kecil di kontrakan sempit milik Prayly. Gadis cantik itu sudah selesai mandi dan memakai pakaian kerjanya. Hari ini Prayly seluruh karyawan hotel dan resort tempat ia bekerja akan kedatangan tamu penting dari Jakarta. Prayly sendiri tak tahu menahu siapa gerangan tamu penting yang di ribut kan oleh para karyawan senior itu. Bahkan seluruh tata letak barang mau pun inventaris hotel yang berada di lobby pun ikut-ikutan di ganti oleh para pekerja room boy dan room service hotel atas perintah dan pengawasan langsung dari Pak Wayan Sukardi, Sang Manager hotel sore kemarin.

***

     "Pagi mbak Nita!" sapa Prayly pada Putu Anita yang sudah bersiap-siap untuk pulang.
     "Eh, pagi Ayly! Syukurlah kamu sudah datang. Saya sudah mengantuk berat ingin segera beristirahat." kekeh Putu Anita pada Prayly yang sudah duduk di meja resepsionisnya.
     "Kasihan, ya sudah gih mbak beristirahat lah dengan baik dan benar." balas Prayly sembari ikut tertawa dengan tingkah lucu Putu Anita.
     "Oh iya, Ly. Aku dengar gosip yang beredar dari anak HRD tamu yang bakal datang nanti adalah salah satu CEO perusahaan percetakan baru yang akan di resmi kan di Denpasar nanti loh.
Orang nya masih muda dan tampan. Jadi kamu jangan lupa menyambut mereka dengan ramah yah? Kali aja naksir dia sama kamu." jelas Putu Anita pada Prayly sembari terkekeh geli.
     "Mbak ini, gosip terus yang di ceritain. Lagian masa iya baru ketemu sudah langsung main naksir aja. Orang itu ke sini kan buat mengurus pekerjaannya mbak, bukan cari jodoh." sambung Prayly sembari ikut tertawa dengan semua ocehan lucu mereka di pagi hari.
     "Iya yah, benar banget kata mu itu, Ly. Orang kayak kita kok pagi-pagi sudah menghayal tingkat dewa aja sih. Hehehe... Kalau gitu mbak pulang dulu yah, Ly?" ucap Putu Anita tersenyum sembari berpamitan pada Prayly.
     Prayly pun hanya bisa ikut tersenyum melihat tingkah lucu senior nya itu. Kemudian gadis itu kembali sibuk mengecek layar monitor yang menunjuk kan beberapa data-data para tamu yang semalam menginap atau pun sudah tidak menginap lagi di hotel tersebut.

***

     Sementara itu di Apartement milik Om Andreas. Dua orang Pria tua dan muda itu sedang menikmati sarapan pagi mereka.
     "Kau sudah siap untuk bertemu dengan Prayly, hemm?" tanya Andreas antusias.
     "Aryo gugup, Om. Semoga saja, para Prayly tidak curiga jika niat Aryo datang ke sana bukan untuk bertemu dia. Tapi juga yah sedikit membantu Om dalam membenahi management hotel Om itu." jawab Aryo sedikit kikuk.
     "Hei, anak muda! Aku tak perlu bantuan mu jika hanya untuk urusan sepele seperti ini. Lagi pula kau ini kan seorang lelaki. Tampan dan bahkan sangat berkharisma, untuk apa kau merasa gugup hanya karena seorang gadis." kekeh Andreas.
     "Om terlalu berlebihan menilai Aryo demikian." balas Aryo dengan tersenyum simpul.
     "Kau tak percaya ucapan ku? Bahkan semalam setelah kita pulang makan malam dari Rumah Jonathan Wijaya, pria itu berniat menjodoh kan putri nya Mauren Wijaya itu dengan mu. Jone bahkan mengatakan jika gadis itu sendiri yang memaksa Ayah nya agar aku ikut serta menjodohkan kalian berdua." ucap Andreas panjang lebar.
     "Uhuuukkkk... Uhuuukkkk..."
Aryo tiba-tiba saja tersedak sarapan pagi nya ketika Andreas mencerita kan hal itu kepada nya.
Ia segera menyambar segelas air mineral yang berada di situ lalu menghabiskan isi gelas itu sampai tandas.
     "Apa yang Om kata kan barusan Om? Mauren Wijaya memaksa Ayah nya untuk aku nikahi? Aku tak bisa menikah dengan perempuan yang tidak aku cintai om!" tutur Aryo tegas.
     "Ya ya ya... Aku tahu akan hal itu Aryo. Aku masih waras untuk memberikan seorang calon menantu tangguh keluarga Ananta seperti mu pada orang lain. Kau akan menjadi bagian dari keluarga Ananta, dan aku harap kau tak menyimpan niat untuk menghancur kan keluarga ku seperti Erica si wanita jalang itu. Kau paham!" ucap Andreas tak kalah tegasnya.
     "Aryo janji, Om! ucap Aryo mantap.
     "Akan tetapi ada satu hal yang perlu kau ingat. Jonathan Wijaya adalah sosok pria keji, Aryo. Dia sangat menyayangi Puteri semata wayangnya. Aku harap selama kau manjadi CEO di perusahaan baru ku nanti, kau tidak bermain-main dengan nya mau pun Mauren Wijaya jika kau tak ingin kehilangan Prayly atau bahkan nyawa mu sendiri." tutur Andreas sedikit tajam melihat mata Aryo.
     "Om tenang saja, Aryo tak mungkin berpaling dari Prayly. Apalagi berusaha mendekati Mauren hanya demi keuntungan perusahaan ini. Aryo sendiri yang akan berusaha mencapai tujuan yang Om ingin kan dengan Prayly di sisi Aryo, Om." ucap Aryo tak kalah tegas nya dengan Andreas.
     "Bagus, jika begitu sekarang selesai kan sarapan mu itu. Helikopter yang akan kita tumpangi ke Singaraja sudah menunggu di lantai teratas gedung ini." perintah Andreas seraya membersih kan mulutnya dengan serbet makan.

BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang