Part 7. Resepsionis vs Model ✅

2.3K 185 0
                                    

Suara kokokan ayam menyadarkan Prayly dari tidur panjangnya. Ia kemudian bergegas bangun dan merapikan tempat tidur yang sudah acak-acakan lalu segera masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Mulai hari ini, Prayly akan bekerja di hotel milik Ayahnya dulu. Di hari pertamanya bekerja ini, Prayly menggunakan blouse berwarna pink salmon bahan satin dengan lengan sedikit panjang menutup hingga kesiku lengannya serta rok pensil berwarna pink punch bahan sutra yang juga sedikit panjang hingga menutupi lututnya. Baju dan rok ini adalah hadiah cantik yang diterima Prayly dari sahabatnya Mauren saat ia genap berusia tujuh belas tahun. Prayly mengeringkan rambutnya yang basah, merapikan dengan sisir lalu membiarkan rambut sepunggung itu terurai begitu saja.
Tak banyak riasan yang Prayly bubuhkan di wajahnya. Ia hanya berdandan seminimalis mungkin dengan lipstik pink soft di bibirnya. Selain karena ia tak terlalu mahir dalam merias diri, gadis itu juga tak ingin terlihat menor dihari pertamanya bekerja.

Begitulah adanya. Beberapa hari lalu setelah ia membereskan ijazah dan juga semua berkas-berkas dari sekolah, Prayly dijemput oleh Pak Wayan Sukardi dan Istrinya Ida Ayu Pratiwi untuk tinggal dirumah mereka. Hal itu karena Prayly sudah lulus dan tidak mungkin ia masih tetap tinggal di asrama sekolah. Prayly tinggal sekitar dua hari di rumah Pak Wayan sembari menyiapkan surat lamaran kerjanya. Pak Wayan dan Kak Ida memaksa Prayly untuk bekerja saja dihotel milik Ayahnya dulu. Kak Ida mengatakan bahwa surat lamaran pekerjaan itu hanya akan menjadi sebuah formalitas saja. Kak ida yang adalah seorang Kepala HRD dihotel itu akan dengan senang hati menerima Prayly bekerja disana. Tentu saja hal itu terjadi dengan persetujuan Pak Wayan suaminya.
Prayly pun hanya bisa pasrah saja mengikuti perkataan mereka. Dia menulis surat lamaran itu kemudian pergi menfotocopykan Kartu Tanda Penduduk yang sempat di buatkan oleh Suster Kepala Asrama untuknya saat ia telah berusia tujuh belas tahun. Alhasil surat lamaran itu pun telah dibawa oleh Kak Ida ke ruangan kerjanya di hotel. Kak ida pun menelpon Prayly dan menanyakan apakah untuk saat ini ia mau menempati posisi sebagai seorang resepsionis dulu. Sebab hanya posisi itulah yang kosong saat ini. Prayly pun tak merasa keberatan dengan posisi itu. Baginya pekerjaan apa saja. Saat ini akan dia jalani asalkan itu tidak berbau hal-hal yang negative. Prayly juga mengungkapkan keinginannya agar ia di izinkan untuk bekerja pada pagi sampai sore hari saja. Karena ia akan mengambil kelas malam dibangku perkuliahan.

🍃🍃🍃

Yah, Prayly pada akhirnya mendaftarkan diri disalah satu perguruan tinggi swasta didaerah Singaraja ini. Awalnya dia tak pernah membayangkan akan langsung bisa masuk kuliah sebab dirinya tak memiliki sedikit pun tabungan untuk mengurus segala keperluan administrasi diperguruan tinggi. Akan tetapi saat Prayly berpamitan dan akan keluar dari asrama, Suster Wilhelmina selaku Ketua Yayasan disekolah itu mengembalikan sisa uang yang didepositkan Sang Bunda dulu. Suster Wilhelmina juga menunjukan rincian pembayarannya pada Prayly, kemudian mengembalikan sisa uang deposit sekolah Prayly yang kira-kira hanya tinggal tersisa sekitar kurang lebih delapan belasan juta rupiah saja. Gadis itu tak menyangka jika ternyata Suster Kepala masih berbaik hati padanya.
Prayly menangis dipelukan Suster Wilhelmina sembari berpamitan dengannya. Suster Wilhelmina juga mengatakan bahwa ia melakukan semua ini untuk menunjukkan pada Prayly jika kejujuran adalah hal terpenting dalam dunia ini. Dengan sebuah kejujuran, Suster Wilhelmina yakin Prayly akan selalu bisa menjalani pahit manisnya kehidupan dunia diluar tembok asrama ini. Dengan uang itu pula, Prayly menyewa sebuah kontrakan kecil yang tak jauh dari tempatnya bekerja nanti. Di dalam kontrakan itu hanya terdapat ruang tamu sempit beisikan dua buah kursi kayu berserta meja kaca berbentuk persegi mungil. Sebuah kamar tidur yg berisi ranjang dan tempat tidur queen size dengan lemari plastik susun berukuran kecil juga sebuah dapur kecil yang di dalamnya sudah ada sebuah kompor gas kecil hanya bisa digunakan untuk memasak secara bergantian karna hanya mempunyai satu tungku. Di sebelah kiri dapur kecil itu juga terdapat kamar mandi kecil yang didalamnya terdapat sebuah keran air dan juga pancuran shower tanpa bak mandi atau pun bathup seperti dirumah mewahnya dulu.

BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang