Hiruk pikuk kesibukan sedang terjadi dalam sebuah gedung pertunjukan ditengah pusat ibu kota. Para pekerja sibuk mendekorasi sebuah panggung besar nan megah yang akan digunakan malam hari nanti. Panggung besar itu sudah hampir rampung dibuat, hanya saja tinggal menambahkan memasang tata letak lighting dan juga sedikit mempercantik panggung dengan menempatkan beberapa bunga-bunga agar suasana panggung tampak lebih hidup. Sebuah fashion show mewah yang akan dilaksanakan oleh seorang Desainer kondang kenamaan asal negara ini. Dalam hal ini bukan hanya pekerja panggung saja yang sibuk mempersiapkan segala urusan malam nanti, tetapi para pengisi acara juga sibuk menyiapkan segalanya.
Mulai dari para model yang sibuk berlatih untuk terakhir kalinya diatas panggung yang sudah hampir rampung itu. Para asisten dan pekerja dari Sang Desainer yang sibuk mempersiapkan kostum yang akan diperagakan oleh para model. Juga para pekerja keamanan khusus sewaan dari Sang Desainer yang banyak berseliweran disana sambil memastikan semuanya aman terkendali. Mami Miranda dan Bella sudah tiba disana sejak pagi tadi. Karena tak ingin terlambat, Mami Miranda bahkan mengabaikan ajakan Ricky untuk sarapan pagi bersama. Ricky pun hanya bisa merenggut melihat tingkah Sang Mami yang benar-benar tak peka akan keinginkan anak lelakinya untuk bisa berdekatan dengan Bella. Sejujurnya Mami Miranda bukannya tak tahu apa yang diinginkan anak satu-satunya itu. Bahkan Sang Mami sangat tidak menyangka ketika melihat tingkah Ricky yang memasak tiga piring nasi goreng dengan tambahan omellete dan juga membuat tiga gelas susu untuk sarapan pagi mereka. Karena sudah dikejar waktu, Maminya pun mengisi semua makanan hasil karya Sang Anak kedalam kotak-kotak bekal untuk dibawa ketempat pertunjukan dan hanya bisa menyuruh Bella menghabiskan susu digelas itu. Sebelum pergi Mami Miranda berbisik pada anaknya untuk datang saja membawa mereka makan siang sebagai ganti acara sarapan pagi yang batal ini. Ricky pun hanya mengangguk lalu tersenyum sembari mengerlingkan matanya menggoda Mami Miranda.***
Di tempat lainnya, Aryo sedang sibuk memasang dasi dan merapikan kemeja kerjanya. Sudah seminggu ini Aryo bekerja diperusahaan milik Om Andreas Ananta, Papinya Ricky. Aryo juga sama seperti Bella yang tak berniat melanjutkan pendidikannya dibangku perguruan tinggi sejak Om Andreas memaksa Aryo untuk bekerja saja bersama Ricky memajukan perusahaan yang baru dibelinya.
Perusahaan itu tak lain adalah perusahaan milik Felix Ananta sepupunya yang sudah kolaps akibat ulah Erica sang CEO yang membawa kabur semua dana perusahaan dengan cara licik Edward Smith Suaminya. Perusahaan itu benar-benar membutuhkan kucuran dana besar serta tenaga ahli untuk dapat membuat namanya berkibar lagi seperti dulu. Oleh sebab itu Om Andreas memberi wewenang penuh pada Ricky untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar pantas mewarisi semua harta kekayaan miliknya dan sebagai seorang Papi yang tak ingin menyusahkan Anaknya, Andreas pun memaksa Aryo menemani Ricky dengan memberi jabatan asisten pribadi padanya.
Om Andreas juga bahkan menyuruh kedua lelaki itu mengikuti perkuliahan kelas malam dan mengambil jurusan management bisnis disebuah perguruan tinggi bergengsi untuk mempermudah pekerjaan mereka. Tentu saja hal ini awalnya ditentang habis-habisan oleh Ricky. Tetapi Andreas mengancam akan mencabut semua fasilitas yang diterima Ricky darinya jika ia tak menuruti semua keinginan Sang Papi. Andreas memerintahkan Ricky dan Aryo yang saat itu sedang makan malam dengannya untuk focus dan berhenti sejenak bersenang-senang didunia malam.
"Sudah mau berangkat kerja, Nak?" tanya Mama Aryo pada anaknya yang sudah tampak rapi.
"Emm... Iya Ma. Arya masih dirumah sakit ma? tanya Aryo penasaran.
"Iya, kemarin malam dia menginap jagain Papamu disana." Jawab Nyonya Siska pada anak bungsunya itu.
"Apa Arya jadi kuliah dibali, Ma? Untuk apa dia pergi jauh-jauh kesana, menghabiskan uang saja" gerutu Aryo pada Mamanya dimeja makan.
"Sudah... Sudah... Makan saja sarapan pagimu dari pada kau membicarakan hal buruk. Ingat Aryo! Arya itu Kakak kembar mu." ucap Mama lagi.
"Ma, Aryo bukannya tidak suka Arya kuliah dibali. Tapi kan Mama tau sendiri kalau kondisi keuangan Papa kini semakin menurun. Papa pensiun dini dan harus selalu cuci darah setiap minggu, Ma." ucap Aryo pada Mamanya.
"Jika Arya benar-benar ingin kuliah, sebaiknya ia terima saja tawaran beasiswa dari sekolah dulu untuk kuliah di National University of Singapore itu, Ma. Dengan begitu kuliah dan biaya pengobatan Papa bisa sama-sama kita atasi kan?" ucap Aryo menjelaskan pendapatnya.
"Mama tidak tahu harus bagaimana, Yo. Mama kemarin sudah nyuruh Arya untuk mikirin itu matang-matang. Mama tahu Arya sengaja ingin pergi kuliah dibali sekalian ingin mencari Prayly disana." ucap Nyonya Siska sedih.
Hal itu sukses membuat Aryo yang sedang mengunyah makanannya itu tersedak. Nyonya Siska yang melihat hal itu, buru-buru menuangkan segelas air putih untuk anaknya.
"Apa mama bilang tadi, Ma? Arya akan kuliah dibali karena ingin mencari Prayly anak tetangga depan kita dulu itu?" tanya Aryo penasaran.
"Iya, Yo. Bella yang ngomong sendiri sama Mama waktu ikut nganterin Papa cuci darah dua minggu lalu. Waktu itu Mama minta Bella untuk terus ada didekat Arya karena Mama berharap suatu hari nanti Bella bisa jadi menantu Mama. Tapi Bella malah menangis lalu bercerita jika selama ini Arya tidak pernah sedikitpun berhenti Mencintai Prayly dan berniat akan kuliah dibali agar bisa sedikit leluasa mencari Prayly disana, Yo" ucap Nyonya Siska menjelaskan.
Aryo yang mendengar jika Sang Kakak masih menyimpan perasaan pada Prayly pun geram. Terlebih lagi ia tak menyangka jika Arya akan tega membiarkan Papa dan Mama resah memikirkan biaya kuliah Arya dibali dan membiarkan beasiswa kuliah disingapura itu melayang begitu saja.
"Mama tenang aja yah, Ma? Jangan banyak pikiran. Nanti biar Aryo yang akan ngomong ke Arya. Kali ini Aryo jamin Arya bakal kuliah di Singapura dengan beasiswanya itu ma" ucap Aryo berusaha menenangkan Mamanya.
"Mama harap masa depan Arya bisa lebih baik seperti kamu juga yo." ucap Siska pada anaknya sambil menghela nafas berat.
"Emm... Kalau begitu Aryo berangkat kerja dulu ma. Pagi ini Ricky dan Om Andreas ada meeting dengan Klien dari Malaysia. Aryo ngak enak sama Om Andreas kalau sampai telat ma." pamit Aryo sembari mencium punggung tangan Mamanya.
"Hati-hati dijalan yo, Mama bangga akhirnya kamu bisa berubah jadi yang lebih baik saat ini" ujar Siska sembari berkaca-kaca.
"Sudahlah, ma. Aryo janji kali ini bakal merubah diri Aryo sedikit demi sedikit ma." ucap Aryo tulus.
Beberapa menit kemudian Aryo pun segera meninggalkan rumah menuju ke kantornya dengan mengendarai BMW keluaran terbaru yang ia terima dari Om Andreas sebagai salah satu fasilitas kantor yang akan menunjang pekerjaan-pekerjaan Aryo dikantor. Awalnya sih Aryo merasa risih dengan segala pemberian-pemberian dari Papinya Ricky itu. Terlebih lagi saat Om Andreas berkata sebaiknya Arya tinggal saja di Apartement Ricky untuk dapat sedikit mengontrol sifat pencinta wanita yang ada dalam diri Anak lelakinya itu. Akan tetapi Aryo menolak permintaan itu dengan halus karena saat ini Sang Papa sedang menderita Penyakit Ginjal Akut yang mengharuskan Papanya untuk selalu cuci darah tiga kali dalam seminggu. Aryo takut jika suatu hari nanti ia akan menyesal jika harus kehilangan masa-masa kehangatan bersama keluarga lagi seperti dulu saat ia masih menjadi seorang remaja nakal yang kerap membuat kedua orang tuanya malu. Terlebih lagi disaat Papanya sudah sakit-sakitan seperti sekarang ini. Sesampainya Aryo dikantor, Aryo segera berjalan menuju ke ruangan Ricky.
"Apa Pak Ricky sudah datang, Marsha? tanya Aryo pada sekertaris Ricky.
"Emm... Sepertinya belum, Pak Aryo. Tapi Pak Andreas sudah datang beberapa menit yang lalu. Beliau meminta Bapak untuk segera menemuinya diruang meeting jika Bapak dan Pak Ricky sudah sampai." jawab Marsha dengan senyum ramahnya.
"Oke, terima kasih. Jika Pak Ricky sudah datang sampaikan juga pada Beliau hal ini nanti." perintah Aryo pada gadis itu.
"Baik, pak." jawab Marsha singkat.
Sesampainya diruang meeting, Andreas menyambut kedatangan Aryo dengan sumringah.
"Kemarilah, Aryo. Ada yang ingin saya tanyakan padamu." ucap Andreas sambil menunjuk kursi kosong disebelahnya.
Aryo menghampiri Om Andreas lalu duduk dikursi kosong yang ditunjuk tadi.
"Aryo, Kemarin malam Kau dan Ricky pergi kemana saja?" tanya Om Andreas penasaran.
"Ehh... Aryo tidak pergi kemana-mana Om. Sepulang kerja Aryo langsung pulang kerumah karena kemarin Aryo lembur sampai pukul sepuluh malam." jawab Aryo jujur pada Boss besarnya itu.
"Apakah Ricky juga lembur sama denganmu?" tanya Andreas lagi.
"Maaf, Om. Tapi Ricky sudah pulang sejak pukul lima sore. Katanya sih akan langsung ke bandara menjemput seseorang." balas Aryo lagi.
"Shit... Jadi benar Perempuan itu sudah kembali ke sini? Emm... Baiklah kali ini memang harus benar-benar ku musnahkan." teriak Andreas sakratis.
"Lihat baik-baik foto ini Aryo!" ucap Andreas sambil mengeluarkan beberapa lembar foto perempuan cantik dari dalam saku jasnya.
"Perempuan ini bernama Karenina. Dia adalah mantan sekertaris Om dulu. Om dan Karenina pernah menjalin hubungan terlarang hingga kurang lebih hampir empat tahun lamanya. Hal ini membuat rumah tangga Om dan Tante Miranda hancur berantakan, hingga mengakibatkan Ricky menjadi anak yang salah pergaulan seperti yang kau lihat sejak dia SMP. " cerita Andreas pada Aryo.
"Tapi kemudian keadaan berangsur-angsur mulai membaik setelah Karenina berkhianat dengan rekan bisnis Om dari Jepang. Dia lari dan meninggalkan Om. Sejak itu Om dan Tante Miranda mulai memperbaiki hubungan kami yang rusak." jelasnya lagi.
"Tadi malam, Tante Miranda menangkap basah Ricky yang hampir saja berbuat mesum dengan Karenina di apartement milik Om yang biasa ia gunakan untuk berpesta dulu. Kamu tahu kan tempat itu?" jelas Andreas sekaligus bertanya pada Aryo.
"Iy... Iya Om. Aryo tahu tempat itu." jawab Aryo sedikit kikuk mengingat tempat laknat saat ia pertama kali kehilangan keperjakaannya itu.
"Bagus! Tugasmu saat ini adalah kau harus menyingkirkan Karenina jauh-jauh dari hadapan anakku Aryo. Lakukan apa saja sebisamu agar jalang itu tak mendekati Ricky lagi. Karena Om tahu Ricky memiliki gairah seks menyimpang dengan suka bersenang-senang bahkan tidur dengan wanita yang jauh lebih tua dari usianya. Bukan begitu kan Aryo?" tanya Andreas sedikit meninggi.
"Aa..Aryo tidak tahu Om." jawab Aryo dengan gugupnya.
"Sudahlah Aryo, kau tak perlu menutupi kebenaran itu. Om dan Tante bahkan sudah mengetahuinya." jawab Andreas sedikit melunak.
"Om dengar dari Tante Miranda yang membawa seorang Model asuhannya ke apartement semalam, Ricky pernah punya perasaan khusus untuk model itu sejak kalian dulu sama-sama bersekolah. Apa itu benar Aryo?" tanya Andreas penasaran.
"Model? Maksud Om, Angeline Isabella Gunaldi itu?" tanya Aryo lagi.
"Emm... Om tidak tahu siapa dia Aryo. Tapi yang pasti kau mungkin sangat mengetahui tentang perasaan Ricky pada perempuan itu. Jadi om harap, kau kerjakan tugasmu menjauhkan Karenina sialan itu dari Ricky serta berusahalah mendekatkan anak ku dengan perempuan seusia kalian yang bernama Isabella itu." perintah Andreas pada Aryo.
"Satu lagi! Jauhkan Saudara kembarmu terlebih dahulu dari model itu, Aryo. Karena kata Tante Miranda, model itu sering menceritakan tentang perasaan sukanya pada Kakakmu. Aku tak ingin anak ku terus menerus memiliki kelakuan menyimpan seperti ini. Seperti apapun asal usul Isabella aku tak perduli, jika memang Ricky mencintainya maka bantu dia menyingkirkan semua yang menghalangi jalannya mendapatkan gadis itu. Kau sudah paham sekarang kan, Aryo?" Andreas bertanya sembari menatap Aryo tajam.
"Ba...Baiklah, Om. Akan Aryo lakukan apapun permintaan Om." jawab Aryo gelagapan.
"Taa... Tapi Om. Apa boleh Aryo bertanya satu hal yang sangat pribadi Om?" tanya Aryo dengan perasaan takutnya.
"Hemmm... Kau ingin bertanya? Atau kau ingin mengajukan syarat, Aryo?" balas Om Andreas sembari mengangkat sebelah alisnya.
"Aryo hanya ingin bertanya dan memastikan sesuatu Om." jawab Aryo menatap mata Andreas.
Andreas menatap manik mata hitam milik Aryo lekat-lekat, sejenak pria tua itu mencoba mencari kebohongan dari mata anak muda itu. Tapi sayangnya Andreas tak menemukan sebuah kebohongan disana.
"Baiklah, katakan apa yang ingin kau tanyakan padaku?" ucap Andreas tegas.
"Apakah Om Andreas mengetahui dimana keberadaan Gabriella Prayly Ananta? Kalau tidak salah dia Keponakan Om Andreas kan? Apa om tau dimana dia sekarang?" tanya Aryo tetap dengan mata yang tak henti menatap mata Andreas.
"Hahahahaha..."
Seketika itu juga Andreas tak dapat menahan gelak tawanya. Ia tertawa lepas sembari menatap wajah Aryo yang terlihat sangat lucu dimatanya. Aryo yang melihat hal itu hanya bisa terdiam dengan wajah bingungnya.
"Jadi kau mencintai keponakan bodohku itu, hem?" tanya Andreas dengan wajah yang kembali datar.
"Asal kau tahu Aryo, jujur saja aku sangat mengasihani jalan hidup Kakakku yang harus di bodohi oleh dua orang wanita Kakak Beradik yang tak lain adalah Ibu kandung dan Ibu tiri Prayly itu." ucap Andreas lagi.
"Sebelum ku beritahu kau dimana Prayly sekarang berada? Aku sarankan kau untuk berpikir dua kali jika benar kau ingin mendapatkannya." ujar Andreas tajam.
"Maaf Om. Aryo sudah sangat lama menyimpan perasaan ini dan Aryo tak ingin Arya mencuri start duluan untuk menemukan Prayly. Tolong bantu Aryo kali ini, Om. Apa pun akan Aryo lakukan untuk membantu Ricky mendapatkan Bella yang juga mencintai Arya seperti halnya Prayly, Om" ucap Aryo pasrah di depan Andreas.
Pria tua yang baru mengetahui jika Prayly juga menyukai saudara kembar Aryo itu pun sedikit geram dibuatnya.
"Baiklah, aku akan membawa mu menemuinya nanti. Saat ini ia bekerja di hotel milik ku. Hotel itu dulunya adalah milik Kakakku, Ayah kandung Prayly. Tapi setelah kematiannya yang mengenaskan akibat sabotase licik dari Erica, Isterinya sendiri. Hotel tersebut berpindah tangan menjadi milik Ibu tiri Prayly yang kejam itu." lanjut Andreas menjelaskan segala hal tentang Prayly pada Aryo.
"Tapi karena kelicikan wanita iblis itu. Ia menjual hotel, aset termasuk perusahaan ini setelah dengan sengaja membuat semuanya terlihat bangkrut." jelas Andreas lagi.
"Dan kau tau apa Aryo? Gadis bodoh mu itu bahkan harus terkurung selama hampir empat tahun lebih dalam sebuah sekolah berasrama, tanpa ia ketahui jika seluruh harta Ayahnya sudah di bawa kabur Ibu tiri dan suami barunya. Parahnya lagi, anak itu tak pernah tau jika selama ini wanita licik itu bukanlah Ibu Kandungnya, melainkan hanya seorang Tante Kandung yang turun ranjang saat Ayahnya menikahi wanita itu." ucap Andreas lirih.
Seketika itu juga Aryo merasakan jantungnya seperti hampir terlepas. Ia tak menyangka jika selama ini Prayly berada dalam keadaan menyedihkan seperti itu. Terlebih lagi Aryo juga baru mengetahui jika Prayly di simpan Ibu Tirinya dalam sebuah Sekolah berasrama. Pantaslah jika Arya tak dapat berkomunikasi dengan Prayly selama empat tahun belakangan ini. Tapi Aryo bersyukur sebab dengan adanya kejadian ini, Arya dan Prayly tidak bisa saling mengabarkan satu sama lain. Aryo pun berpikir menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Prayly dan merebut hatinya dari Arya. Jadi saat ini, ia hanya perlu memastikan jika Arya akan menerima beasiswa kuliah di Singapura dari sekolahnya dulu.
Sehingga bukan hanya Prayly yang akan lebih mudah Aryo miliki. Tapi juga tugas dari Om Andreas untuk mendekatkan Bella dan Ricky akan dapat ia lakukan dengan baik jika Arya berada di Negara orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)
Literatura KobiecaTulisan pertama beta. Kalau masih berantakan, mohon dimaafkan. Aku selalu sadar bahwa takdir kita manusia hanya ada di tangan sang Empunya dunia. Namun, apakah ini adil Tuhan di saat aku mengandung benih darinya, Engkau malah merenggut nyawany, dan...