Part 20. Kerikil Tajam

1.6K 104 7
                                    

     Siang itu seperti yang direncanakan oleh sepasang pengantin baru Arya dan Prayly, mereka kembali bertolak ke Denpasar untuk melanjutkan semua aktivitas yang tertunda selama seminggu ini. Setelah berpamitan dengan seluruh keluarga serta para kerabatnya, mereka berdua berangkat memakai jasa penerbangan domestik karena tak ingin merepotkan Andreas jika diantar oleh jet pribadi pria baya itu. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 2 jam 30 menit itu pun akhirnya membawa pasangan pengantin baru itu kembali pulau Dewata, Bali. Adik sepupu mendiang Ayah kandung Prayly itu sudah mewanti-wanti mereka agar setelah sampai di Denpasar, maka keduanya harus tinggal di apartement mewah tersebut. Alhasil, disini lah mereka berdua sekarang. Berdiri di depan pintu apartement dengan dua koper kecil yang berisi barang-barang keperluan pribadi masing-masing.
     "Huft... Rasanya begitu sangat amat melelahkan, Sayang!" ucap Aryo yang langsung merebahkan badannya ke atas sofa panjang diruang tamu itu.
Prayly yang baru saja kembali dari kamar untuk menyimpan koper mereka itu pun kemudian duduk di sofa single sembari mengambil remote AC dan menghidupkannya.
     "Kamu enggak mandi dulu sayang? Apa mau aku siapin air hangat di bathup?" tanya Prayly pada suaminya.
     "Mandinya sekalian, yah?" ucap Aryo sembari menarik tangan istrinya menuju kamar mandi dan Prayly pun hanya bisa pasrah dengan kelakuan suaminya tersebut. Setengah berselang mereka berdua pun sudah rapi berpakaian casual. Prayly dan Aryo berencana akan jalan-jalan menyusuri beberapa tempat wisata di pulau Dewata itu kemudian belanja bulanan dan makan malam romantis berdua seperti biasanya. Lalu sisa hari yang indah itu pun mereka habiskan berdua hingga malam berganti pagi. Aryo dan Prayly berusaha memupuk dan saling menerima semua takdir cinta yang sudah Tuhan berikan pada mereka.

🍃🍃🍃

     Suara khas penyanyi lawas Shania Twain mengema dalam mobil hitam metalic milik Aryo Bramantyo. Setelah kemarin ia dan Prayly hanya bersantai saja menikmati masa-masa quality time berdua, hari ini mereka berdua kembali disibukkan dengan rutinitas pekerjaan. Saat ini pasangan suami istri baru itu tengah menuju ke kantor baru mereka.
     "Aku harap kamu enggak merasa canggung dengan pekerjaan baru mu ini, Sayang!" ucap Aryo sembari meraih telapak tangan Prayly, sang Istri.
     "Aku enggak merasa canggung, Yo. Hanya saja mungkin aku harus bisa secepatnya menyesuaikan diri dengan semua tugas-tugas asisten pribadi itu." jawab Prayly seraya membalas genggaman tangan suaminya.
     Aryo pun menoleh ke arah Prayly kemudian tersenyum hangat. Setelah itu ia kembali melihat ke arah lampu merah yang ternyata sudah berubah menjadi lampu hijau pertanda kendaraan dijalanan sudah boleh bergerak kembali. Tak berapa lama kemudian keduanya sampai dipelataran parkir kantor percetakan itu. Aryo keluar dengan cepat lalu berputar dan membukakan pintu mobil untuk sang isteri. Prayly pun kemudian mengapit lengan Aryo. Mereka berjalan beriringan menuju lobby kantor tersebut. Di dalam lobby, ternyata Wilfed sudah mengumpulkan semua karyawan untuk menyambut kedatangan sang CEO dan juga isterinya. Sebuah spanduk berukuran sedang dengan tulisan selamat datang, balon-balon serta kertas warna warni menghiasi lobby kantor tersebut. Aryo dan Prayly yang baru saja melangkahkan kaki mereka disana pun langsung dihadiahi tepuk tangan dan juga teriakan selamat datang ditambah dengan beberapa suara terompet kecil. Wilfed pun menyunggingkan seutas senyum diwajah nya. Aryo yang melihat hal itu pun segera menarik tangan Prayly dan mendekat ke tengah lobby.
     "Selamat datang Pak Nathaniel, Ibu Gabriella! Saya berserta para karyawan berharap Bapak dan Ibu bisa membimbing kami dalam bekerja serta dapat memajukan perusahaan ini dengan baik." ucap Wilfed seraya membungkukkan sedikit badannya.
     "Terimakasih Pak Wilfed, saya cukup terharu melihat penyambutan yang Bapak dan para karyawan lakukan ini.
Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan Perusahaan kita ini." ucap Aryo tegas didepan Wilfed, Prayly dan juga seluruh karyawan perusahaan itu.
     "Perkenalkan, Pak. Ini Claudya Ananstasya Kusuma. Dia akan menjadi sekertaris Bapak nanti." ucap Wilfed pada Aryo.
Aryo kemudian mengernyitkan kan kedua alis sembari menajamkan pandangan matanya melihat sosok perempuan cantik tersebut. Lelaki yang baru saja menyandang status sebagai seorang suami itu kaget hingga membuka sedikit mulutnya. Aryo berusaha mengingat apa benar Claudya Ananstasya Kusuma ini adalah perempuan yang dulu sempat berkencan semalam dengannya, ketika mabuk bersama Ricky di sebuah pesta anak-anak borjuis dan kala itu ia masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA? Dan yah, kenyataannya memang begitu yang terjadi. Saat Tasya mengulurkan tangan dan menyapa Aryo, wajah lelaki itu kemudian merah menyala bagaikan api.
     "Sialan! Mengapa Tasya bisa sampai ada di Bali dan akan bekerja sebagai sekertaris ku?
Bukan kah dia sudah pindah ke Australia? Tidak... Tidak! Hal gila ini tidak boleh terjadi. Bagaimana jika sampai perempuan ini menceritakan kesalahan yang pernah kami lakukan dulu. Aku harus melakukan sesuatu." gumam Aryo dalam hatinya.
     "Saya tak membutuhkan Sekretaris, Pak Wilfed.
Ibu Gabriella akan mengerjakan semua pekerjaan sekertaris dan seruangan dengan saya." ucap Aryo ketus.
Aryo menarik tangan Prayly kemudian membawanya pergi menuju lift khusus para petinggi di perusahaan tersebut. Kejadian itu sontak membuat Wilfed sedikit bingung. Pria paruh baya yang bertugas sebagai wakil pimpinan di perusahaan tersebut merasa ada hal aneh dalam diri Aryo. Namun ia cepat-cepat menepis pikiran itu dengan berfikir mungkin saja Aryo ingin hanya Prayly lah yang mengurus semua urusan pribadinya dikantor tanpa campur tangan siapa pun. Pak Wilfed kemudian membubarkan kerumunan karyawan yang masih berada disana dengan alasan mereka harus segera bekerja.
     "Nona Claudya! Tolong jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan anda." ucap Wilfed menatap Tasya dengan tatapan iba nya.
     Pria paruh baya itu sedikit kasihan atas perlakuan yang di terima Tasya dari pimpinan nya barusan. Sehingga ia kemudian berinisiatif untuk menempatkan Tasya pada divisi keuangan sesuai dengan riwayat pendidikan terakhir sang wanita.
     Claudya Ananstasya Kusuma sebenarnya adalah warga negara Indonesia yang saat ini berdomisili di Negeri Kanguru, Australia. Beberapa bulan lalu, Tasya saja menyelesaikan kuliah disana. Ia kemudian bekerja mengurus perusahaan tekstil ayahnya yang hampir gulung tikar akibat terlilit hutang dengan perusahan seorang Edward Smith. Pria licik itu kemudian memberi pilihan sulit bagi Tasya dan keluarganya, yaitu menyuruh Tasya untuk bekerja di perusahaan percetakan baru milik Andreas Ananta yang dipimpin oleh Aryo Bramantyo. Jika Tasya tidak mau, maka Edward mengancam akan segera memenjarakan sang ayah dan akan membuat hidup keluarga Tasya yang lain menderita. Sebagai seorang anak sulung Tasya tak ingin ayah, ibu serta sang adik yang masih kuliah menjadi gelandang di Negeri kanguru. Oleh sebab itu, ia pun menerima tawaran seorang mafia narkotika seperti Edward Smith dan isterinya, Erica untuk berkomplot bersama mereka mencari tau informasi sebanyak mungkin tentang perusahan baru tersebut. Di samping itu pula, Edward meminta Tasya merayu Aryo seperti dulu lagi. Saat mereka masih berada dalam usia labil. Tasya tak mau melakukan hal busuk seperti itu, karena kini Aryo sudah menjadi suami. Entah dari mana Edward mengetahui jika ia pernah terlibat kencan semalam yang notabene-nya mereka otomatis saling mengenal satu sama lain. Yang pasti Tasya hanya ingin agar keluarganya dapat terbebas dari belenggu hutang piutang dengan Edward Smith, itu saja.

BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang