"Aku bilang anak yang kamu kandung sekarang ini adalah cucu dari Mama aku, Ly. Aku juga bilang kalo dia keponakan aku karena aku om kandungnya. Tapi aku mau kamu. Dari dulu sejak kita masih sama-sama. Aku mau dia lahir dan besar dengan mengenal ku sebagai Ayahnya. Bukan hanya sebatas om aja. Jadi apa kamu bisa mewujudkan keinginan aku, Ly? Keinginan untuk bisa memiliki kamu selama-lamanya sampai maut memisahkan kita berdua? Menikahlah dengan ku, Gabriella Prayly Ananta!"
Aryo berkata-kata sekian banyak kata di depan Prayly. Mereka saling berhadapan dan juga memandang satu sama lain. Bahkan jari jemari Prayly sudah sangat erat berada dalam genggaman telapak tangan Arya. Perempuan itu takjub sekaligus bingung dalam waktu bersamaan. Sebab dari sekian banyaknya kata yang Arya sebut tadi, kalimat bernada permintaanlah yang membuatnya seperti sekarang ini, diam termangu dengan pandangan mata kosong. Sementara disekeliling mereka berdua, sorak sorai tepuk tangan dan sedikit teriakan sudah terlontar ke udara hingga membuat wajah cantik Prayly tiba-tiba saja bersemu merah.
"Teriiimaaa... Teriiimaaa... Teriiimaaa..."
Suara para penonton live show lamaran laki-laki bernama lengkap Emmanuel Arya Bramantyo itu makin lama semakin keras terdengar. Mereka melakukan hal itu agar sekiranya Prayly yang diam di tempat tanpa mengeluarkan sepatah kata sejak tadi, akan benar-benar bisa bersuara barang sedikit untuk menentukan sikapnya atas lamaran pemuda tampan. Kontan saja Prayly memutar kepalanya ke kiri dan kanan untuk menyaksikan berapa banyaknya para penonton disana yang bertepuk tangan tadi. Ia merasa sangat canggung dalam kondisi seperti itu.
"Ly, will you merry me?"
Dan sekali lagi dengan wajah berharap, Arya kembali bertanya. Lelaki itu terlihat cemas karena Prayly nyatanya hanya menatap tanpa memberi jawaban apa pun juga. Bahkan saat suara tepuk tangan riuh dari orang-orang yang tadi memberi dukungan pun tak jua membuat Prayly segera menentukan sikapnya. Tapi kemudian beberapa detik ketika Arya Bramantyo akan melepaskan genggaman tangan itu? Sebuah jawaban Prayly di sana. Wanita berbadan dua itu, menganggukkan kepalanya ke atas dan kebawah sebagai bentuk penerimaannya tanpa ada suara sedikit pun juga. Tapi Arya yang tau jika itu adalah tanda bahwa lamarannya diterima tidak perduli jika Prayly tak bersuara. Ia bahkan kini sudah menarik tubuh mungil Prayly dan membawanya melayang di udara.
"Terima kasih, Sayangggg... Terima kasih sudah menerima kuuuu..."
Arya berkata masih sambil memutar tubuh Prayly disertai tepuk tangan dari para pengunjung Bandara Soetta yang tadi sempat memberi dukungan itu. Bahkan ada yang sampai memeluk pasangan mereka seketika saat mereka melihat tingkah romantisnya kedua pasangan anak cucu Adam tersebut.
Selang beberapa menit setelah itu, mereka berdua pun kembali melangkah menuju area parkir Bandara, tempat si Abang sopir tadi menunggu dan kemudian hilang diantara kuning kecemasannya langit senja Ibu Kota.🍃🍃🍃
"Cantik, apa kabar? Duh, Mama udah enggak sabar nunggu kamu dari kemarin-kemarin. Ayo masuk dulu. Haus yah? Kamu mau minum apa, hemmm? Atau ada yang pingin kamu makan, Sayang? Kasih tau ajah nanti Mama bikinkan. Dulu nih yah waktu Mama mengadung Arya dan Aryo, setiap saat enggak bisa berhenti nguyah. Ada aja yang pingin dimakan. Iya kan, Pa?"
Siska begitu antusias menyambut kedatangan Prayly. Sampai-sampai kebawelannya datang seketika saat melihat Wajah cantik Prayly. Wanita itu sangat senang karena menantu yang pernah ia musuhi kini berada dekat dengannya dan sedang mengandung cucu kandungnya. Lalu hanya dengan melihat bentuk perut Prayly yang sudah sedikit membuncit di usia kandungannya yang ke tiga bulan saja, wanita itu sudah bisa memprediksi jika memang ucapan Suminya tempo hari adalah benar. Bahwa memang anak yang ada dalam kandungan Prayly itu berjumlah dua orang alias kembar. Entah itu sepasang cewek, sepasang cowok atau sesuai harapan kedua bakal calon Opa dan Oma tersebut jika cucu mereka nanti adalah cowok dan cewek.
"Ma, apaan sih? Ayly kan baru sampai. Mama malah nyerocos panjang lebar kayak kereta. Kasihan tuh calon mantu Mama pengen istirahat. Iya kan, Sayang?"
Mendengar perkataan itu, kontan saja Nyonya Siska Bramantyo langsung membelalakkan matanya. Ia bahkan dengan kembali penuh antusias bertanya berbagai macam pertanyaan yang membuat Prayly tersenyum.
"Benarkah? Astaga! Ini berita besar. Kapan kalian jadian? Lalu bagaimana dengan pemberkatan nikahnya? Kali Mama tak akan ketinggalan moment sakral pernikahan kamu, Ya. Mama akan bikin kebaya baru dengan warna soft biar ngak kalah sama Jenk Miranda, wali kamu itu, Nak."
Arya yang melihat tingkah lucu sang Mama pun akhirnya terbahak sembari menautkan jari jemarinya di ruas jari Prayly. Ia sudah menduga jika wanita kesayangannya itu akan sangat senang mendengar berita tersebut. Dalam hati Ia juga bersyukur karena sudah berani mengucapkan semua isi hatinya pada perempuan yang sudah sangat lama menjadi pemeran utama dalam setiap cerita di dunia khayalnya itu. Arya berharap kedepan nanti ia bisa membuat Prayly bahagia dengan semua kerja kerasnya. Karena membuat perempuan yang kini sedang ia genggam jarinya itu bahagia adalah janji yang sejak remaja dicita-citakannya. Janji didepan danau pelangi saat mereka masih memakai seragam putih biru.
"Ma, udah dong Prayly mungkin mau istirahat sebentar tuh. Kasihan cucu Papa mungkin jetlag dipesawat tadi."
Pria paruh baya yang sedang duduk diatas kursi roda itu kini kembali menyadarkan sang Isteri yang mungkin tengah berkhayal sampai ke langit ke tujuh. Sehingga saat Dewi sadar, ia dengan cepat memasang muka masam sembari menjawab omongan Suaminya.
"Papa tuh, emang yah? Enggak bisa liat Mama senang dikit aja. Gangguin aja deh."
"Lah, Mama sih mimpi kok disini. Sana tidur, biar bisa lanjutin mimpi manisnya lagi."
Mendengar dialog antara kedua pasangan suami Isteri itu, Prayly ikut tertawa lebar sembari menatap wajah tampan Arya. Dalam hati Ia berharap jika kelak wajah Arya yang juga terlihat seperti wajah Aryo itu bisa kembali membuat dirinya tersenyum hingga kulitnya tua dan mengeriput. Tak hanya sesaat seperti halnya kebahagiaan yang ia rasakan bersama Mendiang Ayah dari anak dalam kandungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)
Chick-LitTulisan pertama beta. Kalau masih berantakan, mohon dimaafkan. Aku selalu sadar bahwa takdir kita manusia hanya ada di tangan sang Empunya dunia. Namun, apakah ini adil Tuhan di saat aku mengandung benih darinya, Engkau malah merenggut nyawany, dan...