Part 21. Ini Cinta

1.6K 98 0
                                    

     Aryo membukakan pintu mobil untuk Prayly dan setelah Isterinya masuk, ia pun dengan segera berlari memutar dan ikut masuk kedalam kendaraan beroda empat itu. Mimik wajahnya masih saja suram, dingin dan tak terbaca. Hal itu jelas membuat Prayly yang duduk disamping Aryo menjadi sedikit kesal. Bukan itu saja, bahkan laju kecepatan mobil yang dikendarai Aryo kini berada sudah sangat melebihi batas kecepatan rata-rata. Untung saja malam itu jalanan kota Denpasar tidak terlalu ramai dan macet seperti di Jakarta, kota kelahiran mereka.
     "Apa yang kamu pikirkan hingga kita harus bertaruh nyawa dengan menaiki mobil yang melaju secepat ini, Yo? Apa kau sedang bernostalgia dengan cita-cita menjadi pembalap mu tak terwujud?" ucap Prayly panjang lebar menyindir Suaminya.
     Perlahan tapi pasti, Aryo pun semakin menurun kan laju kecepatan mobil yang ia kendarai itu. Matanya sesekali melirik ke arah kursi penumpang disampingnya. Ia melihat Prayly duduk melipat kedua tangan didada sembari menatap lurus kedepan tanpa mau menoleh sedikit saja padanya. Aryo paham jika saat ini Prayly kembali ngambek dan marah atas tingkah childishnya. Tak ingin berlama-lama dalam kondisi perang dingin seperti ini, ia pun kemudian memutar mobil nya ke arah kiri dan masuk di pelataran sebuah restaurant uang langsung berhadapan dengan pantai kuta. Setelah memarkirkan mobilnya, Aryo diam beberapa menit sembari memegang kemudi. Ia menolehkan kepala nya ke kursi penumpang yang sedang di duduki oleh Prayly, Isterinya. Aryo kemudian mengambil telapak tangan wanita itu dan langsung mengecupnya.
     "Sayang, kalo aku punya salah tolong maafin yah? Jangan siksa aku dengan diam seperti ini." ucap Aryo sembari membawa dagu Prayly ke depan pandangan matanya.
Kedua bulir air mata Prayly pun lolos mengaliri pipi mulus nya. Ia sedih dengan keadaan labil yang ia rasakan pada diri Aryo. Labil karena begitu Aryo melihat atau pun berpapasan dengan Tasya, maka lelaki itu langsung saja berubah mute menjadi kacau tak terbaca. Lebih tepatnya kesedihan yang kini meliputi hati Prayly itu adalah salah satu bentuk kecemburuan nya pada Tasya. Namun ia berusaha untuk menekan perasaan itu agar hubungan yang baru seumur jagung tetap berjalan dengan baik tanpa ada kesalah pahaman.
     "Aku enggak papah kok, Yo." ucap Prayly sembari menyeka air matanya.
     "Ayly, jangan pernah ragukan perasaan ku. Kita menikah atas dasar aku mencintai mu dan aku tau kau pun sama seperti ku.
Iya kan, Sayang?" ucap Aryo sembari menatap manik mata hitam bening milik Isterinya.
     Prayly pun langsung menghambur ke pelukan Suaminya tanpa bisa berkata apa pun lagi. Dalam hati ia selalu berusaha menyakinkan diri jika semua ucapan Aryo benar adanya. Sepersekian detik kemudian lelaki itu menanggupkan kedua telapak tangannya di wajah cantik sang Isteri dan tak lama bibir lembut Aryo sudah mendarat ke bibir pink soft Prayly. Aryo rupanya sudah tak sabar lagi menunggu Prayly selesai melamun dan menjawab pertanyaannya.
     "Kamu apaan sih, Yo. Ngagetin aja." ucap Prayly sekenanya.
     "Maaf, Sayang. Yuk kita turun.
Udah lapar kan?" jawab Aryo mengajak Isterinya untuk masuk ke dalam restaurant tersebut.
     Mereka berdua pun turun dari mobil dan memasuki tempat mewah yang tak hanya menyajikan berbagai macam makanan nikmat, tapi juga menawarkan panorama pantai nan indah dengan kerlap kerlip lampu laksana kunang-kunang di malam hari. Setelah memesan menu makanan, Prayly dan Aryo menunggu beberapa saat seraya duduk bercengkerama satu sama lain. Disitu Prayly mencoba menanyakan kegundahan hatinya pada Aryo.
     "Yo, boleh aku tanya sesuatu?" ucap Prayly bertanya lirih.
     "Kamu mo nanya apa, sayang?" jawab Aryo sembari menatap manik mata hitam Isterinya.
     "Apa benar perasaan kamu ke Tasya udah enggak ada sama sekali? Entah mengapa setiap kali kamu berpapasan dengan dia, sifat kamu berubah jadi sangat kekanak-kanakkan dan emosional." ucap Prayly sedikit ketus.
Aryo pun menghela nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan Prayly. Ia sedikit sedih karena sang Isteri masih meragukan semua perkataan Aryo tentang rasa cinta dalam hatinya.
     "Aku benar-benar tidak menyimpan perasaan apapun pada Tasya, Sayang. Mungkin aku hanya merasa sedikit bersalah karena telah menodainya dulu." ucap Aryo hampir tak terdengar.
     Prayly pun kembali diam seribu bahasa. Ia pikir saat Aryo bercerita mereka pernah berkencan semalam bersama, Tasya bukan seorang gadis perawan. Akan tetapi kali ini ia sudah paham dengan sikap kikuk Aryo maupun Tasya yang sering salah tingkah saat tak sengaja berpapasan. Prayly sendiri dapat merasakan bagaimana perasaan seorang gadis perawan yang kehilangan kesuciannya. Dia sendiri saja sampai tak rela melepaskan Aryo pergi meninggalkan dirinya yang telah lelaki itu nodai untuk menikah dengan perempuan lain, meskipun jujur saja bayangan janji masa kecil antara ia dan Arya sering menghantui.
     "Ayly! Kamu marah?" tanya Aryo lagi.
     "Enggak, Yo. Aku rasa aku sudah tau jawabannya. Aku harap semua omongan kamu tentang perasaan terdalam mu itu bukan hanya sekedar kata tanpa makna." ucap Prayly mengambil telapak tangan Aryo dan menggenggamnya erat.
Aryo pun membawa punggung tangan Prayly agar berada tepat di bibirnya sembari mengecup punggung tangan itu, Aryo juga semakin menguatkan diri jika dalam raga dan jiwanya hanya ada Prayly tidak yang lain. Sejak manik mata mereka pertama kali bertemu ketika di toko buku itu, Aryo sudah sangat yakin bahwa tujuan hidup nya adalah memiliki Prayly dan membuat ia bahagia hingga maut datang menjelang.

BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang