Sinar mentari menerobos masuk melalui celah jendela kamar violet Prayly dan dengan lancang membangunkan prayly yang masih asik bermimpi di balik selimut hangatnya.
Sesaat kemudian Prayly sadar jika semalam ia tidur tanpa menganti seragam sekolah yang kemarin ia pakai saat mengunjungi danau pelangi bersama Arya.
"Deg... Arya!!!"
Prayly tersadar jika ia belum mengabari Arya tentang keadaan nya setelah lelaki itu mengantar ia pulang kemarin.
Prayly bangkit dari tidur lelah nya sembari menyingkap selimut tebal dan sibuk merogoh tas sekolah yang ia pakai kemarin.
Ia sibuk mencari keberadaan benda pipih persegi panjang nya. Lalu tak lama senyum terkembang di wajah cantik nya saat melihat ada banyak pesan dan puluhan kali panggilan tak terjawab dari Arya.
Gadis itu langsung menekan tombol panggilan pada telepon genggam nya dan beberapa detik kemudian terdengar suara serak seorang pria khas bangun tidur.
"Emm... Hallo, Ly!!!"
Elo semalam ngak papah kan?
Bunda lo ngak mukul lagi kan?
Ly... Ayly... Jawab gue dong, Ly.
Gue takut lo kenapa-napa karena aku, Ly" ucap Arya bertubi-tubi serasa seperti anak ayam yang akan ditinggal ibu nya pergi."Haaahhh..." Prayly menghela nafas berat mendengar semua pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Arya di minggu pagi yang cerah ini.
Segaris senyum tulus pun terpatri di wajah cantik Prayly mengingat-ingat seperti apa ekspresi wajah bingung Arya yang pasti akan terlihat lucu saat ini.
"Ngak kok, Ya.
Gue ngak papah.
Semalam mungkin gue cuman kecapean doang, jadi begitu rebahan langsung bobok deh." ucap Prayly sedikit berbohong pada Arya.Gadis itu tak ingin Arya tahu jika kemarin malam ia dan Bunda nya sempat bertengkar hebat karena masih saja bergaul dengan Arya.
Bagi Prayly, Arya adalah segala nya saat ini sebagai tempat untuk dia bersandar dan mencurahkan segala kesedihan-kesedihan hati nya sejak kepergian Ayah tercinta setahun yang lalu.
"Oh syukur lah kalau lo ngak kenapa, Ly.
Gue takut lo di masukin ke dalam gudang lagi seperti kemarin itu.Lo udah sarapan belom, Ly?
Kita sarapan bubur Mang Asep di depan lapangan yuk?Gue traktir deh yah? yah? yah? mau yah?"
Elo paling doyan bubur nya Mang Asep itu kan, Ly?" ucap Arya terus mengoceh.Lelaki itu berusaha membujuk Prayly agar mau bertemu dengan nya pagi ini.
Sementara di ujung telepon Prayly terdiam beberapa detik memikirkan tawaran mengiurkan Arya.
Diri nya kemudian bangkit dari duduk dan dengan cepat berjalan menuju meja rias. Di pandang nya kedua mata sembab nan bengkak akibat menangis semalam itu.
"Sial... gimana mau pergi mata gue bengkak kayak bakpao gini." ucap Prayly mengumpat dalam hati melihat pantulan diri nya dicermin.
"Aduh, Ya. Maaf banget hari ini gue sibuk jadi ngak bisa ketemu lo dulu.
"Lo tahu kan Bunda itu cuma ada di rumah weekend gini?
Gue pengen usaha biar bisa deket lagi ma Bunda kayak dulu, Ya.Lo ngak marah kan, Ya?" ucap Prayly bertanya pada pria yang masih berada di ujung telepon itu.
"Ohhh... ya udah gue ngak papah kok kalo hari ini lo pengen ngabisin waktu berdua aja di rumah ma Bunda.
Gue malah seneng denger lo bicara kayak gini.
Gue harap semuanya bakal kembali baik-baik aja seperti harapan lo, Ayly." ucap tulus Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)
Literatura FemininaTulisan pertama beta. Kalau masih berantakan, mohon dimaafkan. Aku selalu sadar bahwa takdir kita manusia hanya ada di tangan sang Empunya dunia. Namun, apakah ini adil Tuhan di saat aku mengandung benih darinya, Engkau malah merenggut nyawany, dan...