Part 16. Cinta Tak Bertuan

1.6K 119 7
                                    


     Hari ini Andreas, Aryo dan Prayly kembali ke Jakarta dengan Jet pribadi. Segala urusan pembukaan perusahaan percetakan itu sudah selesai digelar kemarin pagi dengan sukses tanpa ada tanda-tanda mencurigakan yang berarti. Para kolega bisnis Andreas pun begitu antusias dengan prospek perusahaan itu kedepannya setelah mendengar visi misi maupun presentasi yang dibawakan oleh CEO-nya sendiri, Nathaniel Aryo Bramantyo. Bahkan sejak awal hingga akhir acara itu digelar, CEO muda tersebut selalu menjadi buah bibir dari setiap tamu undangan yang berada disana. Entah itu mengenai penampilan fisik Aryo yang terasa sangat sempurna dibalik setelan suit hitam. Lalu pembawa dirinya saat berada di depan banyak pasang mata kala ia menjelaskan presentasi tadi. Sampai-sampai urusan pribadi Aryo tentang rencana pernikahannya dengan Puteri mendiang Xaverius Felix Ananta, yang dikenal oleh para pengusaha-pengusaha besar di Indonesia sebagai Mantan Raja Minyak Asia itu pun tak luput menjadi buah bibir mereka.
     Hal ini tentu saja membuat Andreas terlebih lagi calon Isteri Aryo, Prayly Ananta sangat bangga padanya. Andreas bangga pada Aryo karena kondisi saham perusahaan yang baru saja di buka itu melonjak naik secara drastis. Dalam hatinya pria baya itu meyakini jika orang yang sengaja dia incar selama ini, siapa lagi kalau bukan Edward Smith sudah pasti lambat laun akan tergiur untuk bekerja sama di perusahaan senjata ilegal berkedok percetakan tersebut.
     "Hallo, Nak! Papi sudah mendarat dengan selamat. Kamu benar akan ke bandara jemput, Papi?" ucap Andreas pada Ricky, Puteranya.
     "Ini Ricky udah di depan pintu masuk keberangkatannya kali, Pi. Sama Mami dan Bella juga malah."
     "Apa? Sudah di depan? Sama Mami dan Bella juga? Wah kebetulan sekali, Prayly pasti senang bisa bertemu Bella lagi." ucap Andreas sembari melirik ke arah Prayly yang sedang bergelut manja di lengan kekar Aryo.
      "Ciee... Udah jadian beneran ternyata. Ricky pikir bohongan. Keren deh si Papi. Cepetan lah, Pi. Ricky udah enggak sabar pengen gangguin Aryo. Hahaha..."
     "Hahaha... Baiklah, tunggu yah? Papi sedang on the way ke sana. Klik." ucap Andreas seraya mematikan sambungan telepon itu.
     "Ayo cepat Ayly! Tante Miranda, Ricky dan calon Isterinya Ricky sudah ada di depan menjemput kita." ucap Andreas sedikit memerintah.
     "Calon Isteri? Siapa Om? Memangnya Ricky juga akan menikah dalam tahun ini?" tanya Prayly sedikit penasaran.
Andreas dan Aryo pun saling bertatapan dengan wajah yang sudah saling menahan senyuman mereka.
     "Sayang, Ricky dan calon Isterinya bahkan akan menikah bersamaan dengan pernikahan kita." ucap Aryo melembutkan suara nya.
     "Haaahhh... Kamu serius yo?" tanya Prayly terlonjak kaget.
     "Iya, Ayly. Ricky dan Bella akan menikah bersamaan dengan kalian nanti." ucap Andreas menegaskan.
     "Bella? Aryo! Jangan bilang kalau Bella yang Om Andre maksud itu Angeline Isabella Gunaldi, Sahabat aku!" ucap Prayly yang sangat kaget mendengar ucapan Andreas tadi.
     "Hehe... Kamu ini lucu sekali, Sayang. Memangnya kenapa kalau Bella sahabat mu itu yang akan menikah dengan Ricky? Toh mereka berdua saling mencintai." ucap Aryo menjelaskan.
Kepala Prayly tiba-tiba terasa berdenyut hebat mendengar hal tersebut. Selama ini, jauh di dalam lubuk hati, ia berpikir jika Bella akan menjadi kekasih hati atau bahkan menjadi istri seorang Arya Bramantyo.
Karena yang ia tahu sejak dulu, Bella selalu menunjukkan perhatian lebihnya pada Arya. Walau pun hal itu tak pernah disadari oleh Arya sendiri. Prayly juga berpikir jika beberapa tahun setelah kepergiannya ini, Arya bisa menerima perasaan Bella terhadapnya. Tapi ternyata semua pemikiran Prayly salah besar. Bella, sahabat lamanya itu malah kini akan menikah dengan Ricky yang tak lain adalah saudara sepupunya sendiri.
    "Lalu apa tadi yang di katakan Aryo? Cinta? Mereka saling mencintai? Apa benar mereka saling mencintai?"
      Pikiran Prayly pun terus berkutat disatu tempat. Prayly takut jangan sampai Bella rela dinikahi Ricky hanya karena ingin melampiaskan rasa sakit hatinya pada Arya. Jika hal itu benar terjadi maka alangkah sedihnya rumah tangga mereka berdua nanti.
     "Sayang, kok diam? Ayo sini?" ucap Aryo membuyarkan semua benang kusut yang ada dalam benak Prayly tadi. Aryo lalu menggenggam jemari lentik Prayly kemudian menyelipkan ke lima jarinya disana. Prayly sukses membuatkùunya kembali merona dengan sebuah kecupan lembut di puncak kepala Prayly.
     "Ayly kenapa, Sayang? Ayo dong Om Andreas udah jauh tuh. Apa mau ku gendong aja?" ucap Aryo yang merasa aneh dengan tingkah calon istri nya itu.
     "Eh... Ak...ku enggak kenapa-napa kok. Yuk jalan!" ucap Prayly sembari melangkah cepat.
Aryo yang melihat tingkah Prayly pun kemudian terkekeh geli sembari berpikir tentang semua persiapan pemberkatan dan resepsi pernikahan mereka nanti. Sebenarnya Aryo merasa sedikit risih jika ia dan Prayly harus menikah dengan cara massal, seperti layaknya acara reality show salah satu stasiun televisi swasta di tanah air yang menikah kan banyak pasangan pengantin hanya karena pasangan itu tidak mempunyai biaya. Akan tetapi semua pemikiran itu berusaha ia tepiskan ketimbang harus mendapat banyak ocehan dan ceramah panjang lebar dari calon Ayah mertua nya, Om Andreas Ananta itu.
     Pria baya itu berkata jika ia hanya ingin melihat kedua anak nya, Ricky dan Prayly yang sudah ia anggap sebagai putri kandung nya itu bahagia dengan pasangan mereka masing-masing. Dan ingin mengadakan sebuah acara besar dan mewah untuk mereka berdia juga untuk seluruh keluarga besar Ananta yang beberapa tahun ini dirundung kabut duka mendalam akibat kepergian Felix Ananta. Maka Aryo dan Ricky yang saat itu sedang berbincang ditelepon pun hanya bisa pasrah dengan semua rencana besar Andreas tadi. Lalu kali ini disinilah Aryo dan Prayly sekarang. Kembali ke Jakarta untuk memulai semua kehidupan baru mereka dengan semua harapan cinta dan kasih sayang di hati keduanya.

BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang