Part 18. Tentang Rasa

1.8K 132 2
                                    

Sebuah pesta resepsi pernikahan megah dan super duper mewah tengah berlangsung disalah satu ballroom hotel berbintang lima kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan. Sesuai dengan arahan Tuan pesta, para undangan yang masuk ke dalam ballroom hotel mewah itu pun wajib menunjuk kan Id Card kecil berbentuk kartu pipih pada para bodyguard yang berjaga di depan pintu masuk. Kartu pipih itu terselip dalam undangan pernikahan yang sudah di bagikan kepada mereka masing-masing. Tak lupa pula, para tamu undangan itu pun diwajibkan datang ke pesta pernikahan dengan menggunakan dresscode berwarna hitam dan putih. Bahkan dalam undangan itu pula, tertulis jika para tamu tidak diperkenankan membawa kado atau hadiah dalam bentuk apa pun juga. Karena Tuan Fidelis Andreas Ananta, si penyelenggara pesta ingin menjadikan peristiwa itu sebagai ajang silahturahmi dan juga kumpul-kumpul bagi para kerabat, sahabat serta kolega bisnisnya. Sehingga ia tak mau di repotkan dengan keharusan dari tamu yang datang untuk memberikan kado dan hadiah pada kedua anak-anaknya.
Andreas juga menyelipkan akomodasi berupa dua tiket pesawat kelas bisnis serta voucher menginap di hotel yang saat ini mereka gunakan sebagai tempat acara pernikahan, bagi para sahabat dan juga kolega bisnis nya yang berada diluar kota Jakarta. Hal ini tentu karena Andreas sangat menghargai para sahabat dan juga kolega bisnis sebagai salah satu subjek terpenting dalam karir berbisnis yang selama ini di bangunnya. Andreas juga secara terang-terangan mengirimkan sebuah undangan berserta seluruh akomodasi tadi pada Bunda tiri Prayly yang tak lain adalah tante kandungnya itu. Andreas ingin Erica dan tentu saja Edward mengetahui perihal pernikahan Prayly dengan Aryo. Ia berharap dengan begitu, keduanya akan terpancing untuk kembali lagi mencari tau keadaan Prayly berserta keluarga besar Ananta. Sehingga rencananya menjatuh kan Edward bisa lebih cepat terlaksana tanpa menunggu waktu yang lama.
Kedua pengantin yang menjadi raja dan ratu sehari itu tak mempermasalahkan semua aturan maupun keinginan yang sudah dibuat Andreas dalam pesta resepsi mereka tersebut. Aryo dan Ricky justru terlihat sangat antusias dengan dresscode para tamu undangan itu pakai. Mereka cekikikan berdua sembari bercerita diatas pelaminan bahwa saat ini keduanya seperti sedang melihat Zebra dipadang sabana Afrika.

🍃🍃🍃

Sementara itu disebuah kamar high class hotel berbintang lima tempat di adakan nya acara resepsi pernikahan mewah tersebut, sepasang suami isteri tengah bersiap-siap turun ke bawah dan ikut berbaur dengan tamu undangan lain.

"Apa kau yakin kita akan pergi ke resepsi pernikahan itu, Sayang?
Andreas ada disana, ia pasti tidak akan membiarkan mu lolos begitu saja kali ini." ucap Erica dengan wajah khawatirnya.
"Tentu saja aku akan datang, Sayang. Apa yang harus aku takut kan dari seorang Andreas? Bukan kah sudah pernah ku katakan kepada mu berkali-kali, jika dia dan aku adalah seorang mafia yang handal. Dia boleh saja bersembunyi dari jeratan hukum akan kasus penyelundupan minyak mentah nya selama bertahun-tahun ini yang terback up dengan baik tapi saat perusahaannya akan di kelola oleh Ricky nanti? Maka disitulah celah kita masuk dan memainkan pion penting kita." ucap Edward Smith si Mafia Narkotika itu.
"Aku harap begitu, aku ingin Prayly berhenti bahagia, Sayang! Aku benci harus dimusuhi oleh keluarga Wibisono dan Ananta hanya karena dia. Ayah dan Ibu bahkan memusuhi ku saat itu karena aku selalu berlaku kasar padanya. Dulu saat masih kecil Kak Erina yang selalu dibanggakan mereka. Sekarang saat ia sudah mati? Anaknya lagi yang selalu di banggakan Ayah dan Ibu. Prayly... Prayly... dan Prayly..." ucap Erica ketus.
"Tenanglah, Sayang. Ini tidak akan lama. Aku janji padamu." ucap Edward merengkuh tubuh Erica, Isterinya. Mereka pun segera turun menuju ballroom hotel untuk mengikuti resepsi pernikahan mewah itu.

🍃🍃🍃

"Ya... Arya!" ucap Mauren memanggil yang baru saja selesai mandi.
Gadis itu ikut menyusul Arya yang duduk di Ayunan depan rumahnya.
"Egh... Apa, Ly?" ucap Arya menjawab sapaan Mauren.
"Hemmm... Sudah aku duga. Prayly lagi... Prayly lagi... Kenapa sih, Ya. Kamu enggak move on aja dari Ayly. Dia itu sudah menikah dengan Aryo, Adik kembar kamu.
Lagian nih yah, harusnya tuh malam ini kita ikutan berbaur menikmati pesta pernikahan mereka berempat.
Daddy saja sejak tadi mencari ku disana. Hufftt..." ucap Mauren menggerutu.
"Dinda sudah yah? Aku kan sudah bilang sejak tadi siang, kalau aku enggak bisa lagi datang dan melihat wajah Prayly. Kalau kamu mau pergi yah sudah pergi saja. enggak usah ikutan seperti aku." ucap Arya tak kalah ketusnya.
"Arya, aku ngak mungkin pergi ke sana tanpa pasangan, ya. Apa kata Aryo nanti? Aku jelas-jelas akan terlihat seperti si pinggul merindukan bulan. Huh....!" desah lirih Mauren yang hampir tak terdengar.
"Pungguk merindukan bulan?" tanya Arya sembari mengernyitkan kedua alisnya.
"Iya, apa lagi. Apa kau lupa cerita tentang aku yang pernah meminta Daddy menjodohkan Aryo dengan ku, namun ditolak mentah-mentah olehnya karena akan menikah dengan Prayly? Tentu saja jika aku kesana saat ini tanpa pasangan maka aku akan terlihat seperti si pungguk merindukan bulan." ucap Mauren merajuk kesal.
"Emmm... Maaf, Din. Aku lupa dengan cerita itu!" ucap Arya yang berusaha menahan senyumannya.
"Cih lupa! Kemana perginya IQ tingkat tinggi mu? Aku jadi ragu dengan beasiswa ke Singapore mu itu." ucap Mauren sedikit mengejek.
Arya pun hanya bisa terkekeh mendengar semua ocehan gadis di sebelahnya itu sejak tadi. Sedangkan Mauren yang melihat hal itu pun ikut merasa senang dan lega.
"Thanks God, ternyata Arya tak serapuh yang aku kira. Dia bahkan masih bisa tersenyum semanis ini. Aku akan mencoba menyelami hati nya dan ku rasa batu karang di lautan pun akan hancur bila terus terkena ombak, jadi bersemangatlah, Mauren!" gumam gadis itu dalam hati.

BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang