Hari ini seluruh anak-anak angkatan terakhir dari yayasan biarawati itu berkumpul diruang aula sekolah. Mereka menghadiri acara wisuda kelulusan dan merayakan perpisahan setelah selesai menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Prayly, Mauren dan juga seluruh civitas akademika dalam lingkungan yayasan tersebut turut berpartisipasi mengambil bagian untuk menjadi pengisi acara. Tak lupa pula seluruh orang tua dari para wisudawati itu juga turut diundang menghadiri acara tersebut.
***
Prayly meminta bantuan Suster Theresa untuk menghubungi Erica sang Bunda beberapa hari yang lalu ternyata nomor telepon itu sudah tidak dapat dihubungi. Akhirnya dengan berat hati Suster Theresa mengizinkan Prayly untuk pergi menemui Erica di hotel and resort mereka. Prayly segera pun bergegas pergi dengan menaiki taxi menuju hotel dan resort ayahnya yang terletak tak jauh dari pantai lovina itu. Sesampainya dipelataran parkir, Prayly sempat bertemu dengan Pak Nengah sopir hotel yang pernah menjemput Prayly dan Erica saat mereka tiba di Denpasar 4 tahun silam.
Pak Nengah kaget dan terkejut melihat kedatangan anak mantan majikannya itu. Segera Pak Nengah menghampiri Prayly lalu bertanya ada gerangan apa Prayly datang kemari. Prayly pun mengatakan dengan jujur jika ia ingin bertemu dengan Bundanya. Namun sayang seribu sayang, Pak Nengah malah memberikan kabar mengejutkan bahwa Erica sudah lama sekali tak berada di hotel ini lagi. Bahkan Pak Nengah juga mengatakan bahwa pemilik hotel itu juga bukan lagi Ibu Erica majikannya terdahulu.
Berita itu sukses membuat Prayly melongok bingung membuka mulut dan matanya lebar-lebar. Air mata Prayly pun lolos begitu saja keluar dari mata coklat tua miliknya itu. Tak ingin banyak berbasa basi, Prayly lalu meminta bantuan dari Pak Nengah agar ia dapat langsung dengan Manager hotel. Pak nengah pun menyanggupi permintaan Prayly. Ia berkata bahwa Manager hotel ini masih orang yang sama dengan yang dulu menyambut mereka dulu. Sesampainya mereka didepan ruangan sang Manager, Prayly memberanikan diri mengetuk pintu kayu didepannya itu. Tak lama berselang pintu ruangan itu terbuka, keluarlah sang Manager berserta istrinya yang tak lain adalah Ida Ayu Lakmini staff HRD yang dulu juga ikut menyambut kedatangan Prayly.
"Astaga, Prayly!" ucap Ida Ayu sembari memegang pundak Prayly.
"Iya, Kak. Ini Prayly." jawab Prayly sendu.
"Kamu ngapain kesini,
Dek? Liburan disini?" tanyanya lagi
Tapi Prayly hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu segera memeluk Ida Ayu dan menangis tersedu-sedu dalam peluknya.
"Pak Nengah, terima kasih sudah mengantarkan Prayly bertemu dengan saya. Bapak bisa kembali ke pekerjaan bapak lagi." ujar Manager yang bernama I Made Wayan Sukardi itu.
"Baiklah Pak, Bu. Saya permisi dulu. Non Prayly, Bapak kembali kedepan dulu." pamit Pak Nengah.
"Bawa dia masuk ke dalam dulu Laksmi." kata Sukardi pada Isterinya itu.
Mereka bertiga lalu masuk kedalam ruangan itu bersama-sama. Ida Ayu mengambilkan minuman dingin dari dalam lemari pendingin dikantor itu kemudian membukanya lalu menyuruh Prayly minum. Setelah minum dan tangis Prayly sedikit mereda. Ida Ayu menanyakan perihal apa yang membawa Prayly sampai datang kemari. Prayly pun bercerita tentang segalanya pada mereka berdua tanpa ada yang ditutup-ditutupinya lagi. Prayly menjelaskan bahwa dua hari lagi ia akan diwisuda dari sekolahnya yang ternyata juga baru diketahui oleh mereka berdua jika selama ini Prayly masih berada di Singaraja.
Wayan Sukardi dan Isterinya tak dapat menyembunyikan kesedihan serta kegeramannya pada Erica sang mantan majikan. Mereka menceritakan pada Prayly semua kejadian serta kenyataan yang sebenarnya terjadi. Wayan Sukardi mengatakan bahwa perusahaan Ayah Prayly berserta rumah serta aset-aset lainnya dijakarta telah habis dijual Erica yang bekerja sama dengan Pengacara Ayahnya demi melunasi hutang-hutang perusahaan yang terkesan fiktif. Begitu pula dengan Hotel dan Resort ini pun telah berbalik nama menjadi milik Om Andreas Ananta, ayah Ricky Ananta sepupu Prayly. Gadis cantik itu pun hanya bisa pasrah mengangguk-anggukan kepalanya saat Pak Wayan Sukardi menjelaskan hal tersebut.
"Lalu sekarang dimana Bunda Erica berada, Pak?" tanya Prayly lagi.
Pak Wayan Sukardi pun menarik nafas panjang sebelum ia bersuara lagi. Ia menatap kearah sang istri yang masih setia duduk disebelah Prayly. Ida Ayu pun hanya menganggukan kepalanya tanpa bersuara.
"Maaf sebelumnya jika hal yang saya ucapkan ini akan menyakitimu Prayly." ujar Pak Wayan Sukardi.
"Ibu Erica menikah dengan salah satu Klien yang menanamkan modal besarnya di perusahaan dan juga Hotel Ayahmu ini dulu." lanjut Pak Wayan Sukardi lagi.
"Apa Bapak bilang tadi pak? Menikah? Lalu sekarang mereka dimana Pak?" tanya Prayly dengan kembali mengucurkan air matanya.
"Saya tidak tahu pasti dimana Ibu Erica dan Suaminya berada sekarang Prayly. Tapi yang pasti Suaminya itu adalah seorang warga negara berkebangsaan Australia yang memiliki beberapa perusahaan serta usaha-usaha lain disana" jelas Pak Wayan Sukardi menerangkan.
"Jadi tak menutup kemungkinan jika saat ini Ibu Erica berada bersamanya disana" sambung Pak Wayan Sukardi.
"Bunda benar-benar jahat kak, apa salahku padanya." lirih Prayly menatap ke arah Ida Ayu sedih.
"Bersabarlah, Prayly. Kakak yakin kau bisa melalui semua cobaan ini dengan baik." Ida Ayu berkata sambil merengkuh Prayly kedalam pelupukannya.
"Jika kau butuh bantuan kami, jangan segan-segan datang kemari Prayly." Pak Wayan Sukardi pun berucap tulus.
"Kau mencari ibumu untuk menghadiri acara wisuda Sekolah Menengah mu di Yayasan Biarawati itu kan?" kata Ida Ayu.
"Kau tenang saja, Kakak dan Suami Kakak akan menyediakan waktu kami menggantikan posisi kedua orang tuamu Prayly" sambung Ida Ayu lagi.
"Benarkah itu, Kak?" Prayly melepaskan pelukan Ida Ayu sembari menatap ke arah sepasang suami istri tersebut.
Pak Wayan Sukardi menganggukan kepalanya dan kembali bertanya.
"Kapan acara itu berlangsung Prayly?"
Prayly lalu membuka tas selempangnya, mengeluarkan lalu menyerahkan undangan yang dibagikan oleh pengurus yayasan sekolah pada para calon wisudawati ketangan Pak Wayan Sukardi. Laki-laki itu membuka dan membaca isinya sambil sesekali menatap kedua wanita dihadapannya itu. Kemudian menyerahkan lagi undangan itu pada sang Isteri.
"Baiklah kami akan datang, Prayly. Tapi ada satu hal yang ingin saya tanyakan terlebih dahulu kepadamu dan kau harus menjawabnya dengan jujur Prayly." kata Pak Wayan Sukardi lagi.
Prayly pun mengiyakan ucapan Pak Wayan Sukardi lalu membenarkan posisi duduknya.
"Apakah kau sudah punya rencana kemana kau akan pergi setelah keluar dari asrama itu nanti Prayly?" tanya Pak Wayan Sukardi.
Prayly termanggu diam tak bergeming. Ia tak tahu harus melanjutkan hidupnya entah kemana lagi. Sementara barusan Pak Wayan Sukardi menjelaskan bahwa semua aset Ayah telah dijual oleh Erica, termasuk rumah tinggal Prayly dijakarta dulu.
"Aku tak tahu harus kemana lagi setelah aku keluar dari asrama itu nanti, Pak." jawab Prayly menundukkan kepalanya.
Pak Wayan Sukardi sudah dapat menebak dalam hatinya apa jawab yang akan terlontar dari mulut Prayly.
"Kalau begitu. Setelah semua urusan sekolahmu beres, kami akan menjemputmu dari sana Prayly." Ida Ayu berkata mendahului suaminya.
"Tinggal saja dirumah kami. Buat CV dan surat lamaran pekerjaan. Kakak dan Pak Wayan akan membantumu bekerja disini" lanjut Ida Ayu lagi.
"Tapi aku takut bertemu dengan Om Andreas, Tante Miranda dan juga Ricky jika suatu waktu mereka datang berlibur kemari nanti, Kak" ucap Prayly menatap mereka bergantian.
"Seluruh keluarga Ananta membenci diriku dan berkata jika akulah penyebab meninggalnya Ayah 5 tahun lalu." lanjut Prayly kembali berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)
Chick-LitTulisan pertama beta. Kalau masih berantakan, mohon dimaafkan. Aku selalu sadar bahwa takdir kita manusia hanya ada di tangan sang Empunya dunia. Namun, apakah ini adil Tuhan di saat aku mengandung benih darinya, Engkau malah merenggut nyawany, dan...