"Aku akan menjodohkan mu dengan Prayly dan segera menemui Miranda untuk mengurus pernikahan kalian agar aku tak perlu khawatir lagi dengan masa depan prayly. Karena aku yakin kau akan melindungi gadis pujaan hati mu itu kan?" ucap Andreas disertai senyum terbaiknya.
"Apaaa... Omm???" ucap suara halus seorang perempuan tiba-tiba menggema mengisi seluruh ruangan itu.
Andreas dan Aryo menoleh ke arah sumber suara itu secara bersamaan.
"Sayang! Kau sudah bangun, Nak?" ucap Andreas menghampiri tempat tidur Prayly.
"Jangan mendekat, Om! Jawab pertanyaan Ayly! Om bilang apa sama Aryo barusan? Prayly dengar Om akan menjodohkan Aryo dengan aku kan, Om?" tanya Prayly bertubi-tubi.
"Sayang, kau masih lemah. Semua itu akan kita bicarakan secara baik-baik nanti di rumah Oma." jawab Andreas sembari membujuk Prayly.
"Enggak, Om! Prayly capek hidup dengan semua kebohongan yang di ciptakan keluarga ini!
Belum selesai Om menjelaskan tentang Bunda Kandung Prayly, Kematian Ayah karena Bunda Erica, sekarang Prayly harus mendengar lagi perkataan Om yang akan menjodohkan Prayly dengan dia, Om?" ucap Prayly kasar sembari menunjuk ke arah Aryo.
Lelaki yang melihat Prayly menunjuk dan menatapnya seperti itu pun merasa sangat terpukul. Aryo seperti melihat Prayly begitu jijik bila harus bersanding dengan dirinya diatas Altar nanti.
"Prayly, Om harap kau tenang dulu. Semuanya akan Om jelas kan secara detail. Sekarang beristirahat dan minum obat mu dulu. Penyakit Maag akut mu kambuh lagi, Nak. Hemoglobin dalam darah mu juga sedang dalam keadaan dibawah normal." ucap Andreas masih berusaha menenangkan keponakan cantiknya itu.
Prayly pun hanya bisa pasrah mengikuti kehendak Pamannya itu. Ia berharap agar setelah bangun tidur nanti, Om Andreas akan menjelaskan semua hal yang selama ini keluarga besar Ananta sembunyikan.
🍃🍃🍃Sementara itu beberapa jam setelah Andreas dan Aryo beranjak dari kamar yang dipakai Prayly untuk beristirahat, kedua pria itu kini sibuk berdebat diruang kerja Andreas. Para pengawal yang berada disana pun sedikit bergidik ngeri melihat perdebatan dari kedua pria berbeda usia itu
"Sudah, Om!!! Aryo tak ingin menyakiti Prayly dengan perjodohan yang Om rencana kan itu!" ucap Aryo sedikit kasar pada majikannya itu.
"Diam, Aryo! Aku yang tahu seperti apa kondisi keluarga ku! Kebahagiaan Prayly akan terwujud jika ia menikah dengan lelaki tangguh seperti mu dari pada menikah dengan Kakak mu yang lemah itu!" ucap
Andreas sembari membentak Aryo dengan mata tajamnya.
"Kau sudah berjanji padaku, bukan? Kau berjanji akan melakukan apa pun demi kesembuhan Papamu, kan? Jadi jangan membantah apapun perkataan ku. Aku menjodohkan mu dengan gadis yang kau puja selama ini, bukan dengan gadis lain. Jadi kau cukup menjaga dan melindungi keponakan ku dari Erica dan Edward yang aku yakin suatu hari nanti akan mencelakakan dia! Ucap Andreas setengah berteriak.
Aryo hanya bisa diam menghela nafas beratnya. Ia bertekad setelah perdebatan kecil ini berakhir, ia akan menemui Prayly dan mengatakan dengan jujur tentang perasaan dalam hatinya. Lelaki muda itu tak ingin Prayly mengira dia memanfaatkan kekayaan keluarga Ananta dengan menyetujui perjodohan itu nanti. Aryo merasa tanpa kekayaan dari siapa pun itu, ia dapat menghidupi Prayly dari hasil kerja kerasnya sendiri.🍃🍃🍃
Andreas datang mengunjungi Prayly di ikuti oleh pelayan wanita yang mengenakan seragam hotel dan membawa meja beroda yang berisi beberapa menu makanan. Pelayan tersebut menata semuanya di atas meja tamu yang berada dalam kamar eksklusif nan mewah itu. Prayly yang baru bangun tidur pun, mengedip-gedip kan penglihatannya beberapa kali. Ia melihat Andreas sedang berdiri menghadap ke luar kamar mewah itu, tak lama kemudian pria itu membalik kan badannya.
"Ah, kau sudah bangun?" ucap Andreas menghampiri tempat tidur Prayly.
"Emm... Prayly baru saja bangun, Om" ucap Prayly menatap Andreas.
"Baiklah, jika begitu mari ikut Om!" Ucap Andreas seraya mengulurkan tangannya membimbing Prayly.
"Banyak sekali Om." celetuk Prayly saat ia melihat meja kaca yang di penuhi makanan.
"Ayo kita makan malam dulu, Nak. tegur Andreas lagi.
"Om, Aryo enggak ikutan makan bareng kita? tanya Prayly sedikit lirih.
"Kau mencari Aryo? Dia sedang dikamarnya. Tadi sudah Om ajak kemari, tapi katanya belum lapar. Sedangkan kau masih dalam kondisi recovery. Jadi yah, Om harus menemani mu disini agar makanan ini benar-benar masuk ke perut mu." ucap Andreas sedikit terkekeh.
"Prayly sudah sedikit baik kok, Om. Setelah makan nanti Prayly berencana untuk pulang ke kontrakan Prayly." ucap Prayly tersenyum.
"Prayly, untuk apa kau pulang lagi ke kontrakan mu itu. Malam ini, temani saja Om disini. Akan Om ceritakan semua kebenaran-kebenaran yang belum kau ketahui serta seluruh rencana hidup yang harus kau jalani. Sebagai wali. Om dan tante tidak ingin kau bekerja dengan posisi seperti ini, nak." ucap Andreas sembari duduk dan mulai menyendokkan makanan itu ke piring makannya.
"Tapi Prayly ini bukan boneka atau benda mati lainnya yang tak punya perasaan, Om. Bagaimana bisa Om dan Tante merencanakan sebuah perjodohan untuk ku dengan orang yang Prayly belum kenali hatinya." tutur gadis itu ketus.
Andreas menghela nafas berat, ia berfikir sebaiknya ia katakan saja saat ini seperti apa perasaan Aryo yang sebenarnya.
"Makanlah, Aku tak ingin melihat anak Kakak ku ini berubah menjadi jelek hanya karena kurang makan." ucap Andreas sembari terkekeh geli.
"Om ini ada-ada saja." jawab Prayly sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Mereka makan sambil sesekali bercerita tentang keadaan Oma, Miranda, Ricky juga keluarga mereka yang berada di Jakarta. Di tengah acara makan malam paman dan keponakannya itu, Aryo tiba-tiba datang ke sana. Mengetuk pintu kamar kemudian masuk ke dalam.
"Aryo, datang juga akhirnya." ucap Andreas menyapa.
"Emm... Iya Om, tadi Aryo masih mempelajari berkas perusahaan percetakan baru itu." ucap Aryo sedikit berbohong.
Sebenarnya Aryo enggan datang ke kamar inap Prayly. Hanya saja ia sudah bertekad akan mengatakan isi hatinya pada gadis cantik yang terlihat sedikit pucat itu. Hanya saja ia tak mengira jika Andreas juga berada disana bersama Pryly.
"Kalau begitu, ayo ikut makan. Apa lagi yang kau tunggu?" ajak Andreas.
"Sudah Om, tadi Aryo sempat turun ke restaurant bawah bersama Bli Wayan." ucap Aryo lagi.
Mereka bertiga pun akhirnya duduk dalam diam beberapa saat. Andreas dan Prayly sibuk dengan aktivitas makan malam mereka, sedangkan Aryo duduk memainkan telepon genggamnya sambil sesekali melirik ke arah wajah cantik Prayly yang sedikit pucat itu. Setelah selesai makan, Andreas pun pamit keluar sebentar mengangkat telepon dari Miranda yang saat itu sedang menelponnya. Ia sangat mengerti apa yang akan Aryo bicarakan dengan Prayly. Oleh sebab itu, ia mengedip kan sebelah matanya pada Aryo sebelum akhirnya melengos pergi dari kamar itu.
Suasana canggung pun terjadi dalam kamar inap Prayly sesudah kepergian Andreas dan juga pelayan wanita yang datang mengambil peralatan makan malam mereka tadi.
"Ayly, aku minta maaf atas sikap Om Andreas tadi siang. Perjodohan itu, memang semua dirancang oleh Om Andreas sendiri. Aku tak memintanya menjodohkan kita berdua." ucap Aryo mulai berbicara.
"Aku mengerti, Yo. Aku paham seperti Om Andre karena dia adalah adik sepupu Ayah satu-satunya." jawab Prayly sedikit gugup.
"Tapi tidak semua hal itu bohong, Ayly. Aku memang tak mengharapkan sebuah perjodohan terjadi di antara kita akibat dari paksaan Om Andreas, tetapi aku mengharapkan perjodohan itu terjadi atas dasar kehendak Tuhan Ayly." ucap Aryo lirih.
"Yo, maksud kamu" tanya Prayly sedikit bingung.
Aryo bangkit dari sofa single yang ia duduki itu kemudian berlutut di depan Prayly yang duduk disofa panjang dengan menggenggam kedua telapak tangan Prayly.
"Iya, Ayly. Aku sudah sejak lama menyukai mu. Aku menyayangi mu sejak dulu namun tak berani mengatakan apa pun tentang perasaan ku ini. Aku merasa tak pantas mendekati mu dengan keadaan keluarga ku yang tak sebanding dengan keluarga mu. Terlebih lagi saat itu, aku adalah anak nakal dan berandalan di sekolah. Aku bahkan berteman dengan sepupu mu, Ricky. Dia selalu membully diri mu di depan ku tanpa bisa aku cegah sedikit pun. Ditambah lagi, Arya selalu ada bersama mu kemana pun kalian bertiga pergi saat itu. Hal itu semakin membuat Aku enggak tahu bagaimana cara mendekati kamu. Aku merasakan perasaan suka ini pada mu, ketika kita berdua berada dalam toko buku dan melanjutkan obrolan kita di kedai ice cream itu. Jadi ku mohon pada mu, Ly. Terimalah perjodohan ini. Aku cintai kamu, Gabriella Prayly Ananta! Aku janji enggak akan membuat hidup mu sedih lagi, aku janji akan selalu bekerja keras demi membahagiakan mu dan anak-anak kita nanti." ucap Aryo panjang lebar sembari menatap sendu wajah gadis cantik itu.
Prayly hanya bisa tercengang dengan semua ungkapan cinta dari seorang Nathaniel Aryo Bramantyo. Gadis itu tak menyangka jika Adik dari seseorang yang sangat ia rindukan ternyata sangat mencintainya. Dua bulir air mata pun sukses luruh dari kedua kelopak matanya. Orang yang sama sekali tak ia cintai, kini datang berlutut menyatakan perasaannya. Sedang orang yang sangat ia rindu kan tak pernah sedikit pun berusaha datang mencari tahu keadaannya. Ia malah mendengar jika Arya saat ini sedang melanjutkan kuliahnya di Singapura atas rekomendasi beasiswa dari Sekolah Menengah Atas tempat Arya menuntut ilmu dahulu.
"Bangun, Yo. Jangan seperti ini. Duduklah disofa dan kita akan bicarakan perihal perjodohan yang Om Andreas katakan tadi siang dengan kepala dingin." ucap Prayly sembari menepuk-nepuk sofa disebelahnya.
Aryo kemudian bangkit dan ikut duduk bersama Prayly disofa panjang itu.
"Yo, maafkan aku jika sikap dan tutur kata ku tadi siang mungkin sedikit kasar. Jujur saja aku sangat shock mendengar perkataan Om Andre.Ditambah dengan kenyataan lain yang ia katakan tentang Bunda Kandung ku yang meninggal saat melahirkan aku, lalu sabotase kebakaran yang menewaskan Ayah dan semua kebangkrutan perusahaan Ayah ku karena ulah licik Bunda Erica.
Adik perempuan Bunda Kandung ku sendiri. Ini begitu mengejutkan untuk ku Yo. Sekarang kamu datang dengan sejuta perasaan cinta mu pada ku. Oh... Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang, hemm?" ucap Prayly menatap Aryo sembari bertanya.
Hal itu pun tentu saja membuat hati seorang mantan preman sekolah seperti Aryo luruh tak dapat berkata apa-apa. Aryo mengangkat dagu Prayly lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah cantik gadis itu sembari menghapus air mata Prayly yang terus mengalir deras. Aryo kemudian menarik tubuh Prayly dan memeluk perempuan rapuh itu dengan erat. Prayly yang terkejut dengan apa yang Aryo lakukan itu hanya bisa pasrah. Ia malah semakin menangis sesenggukan di dada bidang milik Aryo, seolah menumpahkan segala kepedihan hidupnya selama ini. Aryo pun hanya mampu mengelus rambut panjang Prayly dan sedikit berusaha menenangkan gadis itu dengan kata-kata penghiburan yang keluar dari mulutnya. Setelah puas menangis, Prayly berniat melepaskan pelukan Aryo padanya. Namun tanpa sengaja kedua bola mata mereka bertemu dengan jarak yang teramat dekat. Entah setan dari mana yang datang merasuk, bibir Aryo pun sudah mendarat di bibir Prayly. Gadis yang baru pertama kali merasakan bibir laki-laki itu pun kaget dengan apa yang Aryo lakukan. Pria tampan itu mencium bibir gadis pujaannya dengan sangat lembut. Aryo menyalurkan segala perasaan cintanya yang begitu mendalam pada Prayly. Sedangkan Prayly hanya diam terpaku tanpa bisa membalas ciuman Aryo. Akan tetapi hal itu tak berlangsung lama. Ketika Prayly memejamkan matanya, ia melihat bayangan wajah Arya melintas begitu saja. Perlahan tapi pasti, prayly membuka mulutnya dan bergerak membalas ciuman Aryo yang kian menuntut. Aryo memainkan lidahnya dan mencoba mengajak Prayly untuk ikut dalam permainannya. Akhir dari adegan panas itu, Prayly mulai melingkarkan tangannya di leher Aryo. Sedangkan Aryo mulai sibuk menggerayangi tubuh Prayly dari atas hingga ke bawah. Lalu terjadilah kegiatan panas di antara manusia berlainan jenis itu.
Aryo yang memang sangat lihai dan berpengalaman dalam hal meluluhkan hati para wanita pun, saat ini nyatanya juga telah membuat Prayly takluk dalam dekapannya. Aryo lantas bertekad akan segera menikahi Prayly secepatnya. Ia tak ingin Prayly merasa dilecehkan dengan apa yang tengah mereka lakukan saat ini.🍃🍃🍃
Fajar pagi telah menyingsing condong ke arah timur di langit Kota Singaraja. Kokokan ayam jantan pun sudah sejak beberapa jam lalu mulai riuh terdengar. Deburan ombak yang terus berpacu dari laut ke arah pantai Lovina pun sayup-sayup ikut memeriahkan suasana pagi yang masih terasa dingin menusuk kulit. Aryo dan Prayly masih terlelap diatas tempat tidur King size yang berada dalam kamar inap itu. Sesekali Aryo merasakan pergerakan kecil dari tubuh Prayly yang berada dalam pelukannya. Lelaki itu sudah terjaga sejak beberapa menit yang lalu. Hanya saja ia masih enggan membuka kedua kelopak matanya yang masih terasa berat akibat waktu tidur singkatnya. Ia juga tak ingin membuat Prayly terbangun jika ia menggeser tubuh kekarnya.
"Ehhh.... Hoam! suara kantuk seorang wanita tiba-tiba terdengar di telinga Aryo.
"Cup..." sebuah kecupan mendarat cepat dan sekilas dibibir cantik Prayly.
"Emmm... Aryo!" ucap Prayly memukul pelan dada bidang Aryo dengan tersipu malu.
"Calon Isteri ku udah bangun, hemm?" tanya Aryo sembari mengesekan hidung mancungnya di pipi kanan Prayly.
"Em... Kamu sudah bangun dari tadi yah?" tanya Prayly balik.
"Enggak kok, aku juga baru bangun sekitar beberapa menit lalu. " ucap Aryo menjelaskan.
Beberapa saat kemudian wajah Prayly terpaku memandang sosok Aryo yang berada dihadapannya. Sekilas ia seperti melihat potongan wajah Arya disana. Gadis itu bergumam dalam hatinya, ia bertanya apakah yang ia lakukan ini salah? Siapa yang sebenarnya ia cintai? Mengapa bayang wajah Arya selalu muncul saat ia menatap Aryo. Sedangkan harta berharga yang selama ini telah ia jaga, sudah dia berikan kepada Aryo. Walaupun sebenarnya hal memalukan itu bisa saja di elak Prayly, tapi entah mengapa raganya seperti terhipnotis dengan semua kata-kata dan peringai panas Aryo tadi malam.
"Yo, bagaimana jika aku nanti hamil?" ucap Prayly tiba-tiba.
"Kita akan menikah segera, Sayang. Aku tidak akan membiarkan sesuatu hal yang buruk menimpa diri mu lagi." ucap Aryo sembari merengkuh tubuh Prayly dan mengecup lama kening wanitanya .
Ada kenyamanan yang Prayly rasa kan saat ia berada dalam pelukan Aryo. Rasa nya sangat berbeda dengan pelukan Arya kala itu. Apa mungkin karena saat itu mereka masih dalam usia remaja atau mungkin Arya hanya menganggap diri nya hanya sebatas sahabat? Prayly tak tahu jawabannya. Kedua anak cucu adam itu saling berpelukan memberi kehangatan satu sama lain. Aryo yang sudah tak kuasa menahan gejolak cintanya yang terbalaskan itu, segera merengkuh bibir manis Prayly. Aryo merasa bibir Prayly itu semakin lama semakin seperti candu dalam dirinya. Lama kelamaan, Desahan dan lengkuhan bergema mengisi seluruh sudut kamar hotel yang mereka tempati. Aryo berharap semua ini bukan hanya mimpi disaat ia beranjak keluar dari pintu kamar itu nanti. Sedangkan Prayly hanya bisa pasrah memantapkan hati, bahwa mungkin Aryo lah jodoh yang selama ini selalu menjadi pertanyaan dalam doa-doa panjangnya pada Sang Pencipta.🍃🍃🍃
"Apa kau bilang? Jadi Aryo dari semalam belum keluar dari kamar ku yang dipakai Prayly, Jack?" tanya Andreas sedikit terkejut.
"Iya, Tuan. Sesuai perintah Tuan saya dan Mike terus berada di depan pintu kamar itu hingga pagi ini. Saat Tuan menelpon saya tadi, Mike masih berada disana. Tapi Pak Aryo masih juga belum keluar dari sana." ucap pengawal pribadi Andreas yang bernama Jacky itu.
"Hahahahaha... Sudah ku duga! Anak laki-laki itu pasti bisa aku andalkan dalam segala hal, termasuk membalaskan dendam keluarga Ananta pada wanita jalang dan suami barunya yang licik itu." ucap sambil terus terkekeh geli.
"Apa kau mendengar sesuatu dari balik pintu kamar itu, Jack?" tanya Andreas sembari tertawa lepas.
"Ma..maaf, Tuan! Kami tak mendengar suara apa pun dari dalam sana. Sebab saya yakin hotel milik Tuan ini kedap suara." ucap Jack sedikit gugup dan bingung dengan tingkah Tuannya yang terus tertawa.
"Bawa semua Paper bag itu, Jack!!! Tunggulah beberapa menit setelah sampai disana baru kau boleh mengetuk pintu dan menyerahkannya. Aku tak ingin mengganggu olahraga pagi calon menantu ku." perintah Andreas masih tersenyum senang.
"Baiklah, Tuan. Saya permisi dulu!" pamit Jack melangkah keluar dari kamar inap mewah yang ditempati Andreas semalam.🍃🍃🍃
"Hemmm... Aku pikir Prayly akan susah menerima Aryo menjadi calon suaminya, Kak. Ternyata Anak itu masih saja sama, ia seorang gadis cantik yang penurut. Tidak jauh beda seperti Kakak. Anak mu bahkan merelakan dirinya pada lelaki itu sebelum aku mengiringi dia naik ke altar. Calon anak menantu mu memang sangat tangguh dalam menghadapi situasi apapun, Kak. Jadi percayalah, Kak. Jika pilihan ku tidak akan salah untuk menyatukan mereka berdua. Terlebih lagi Aryo sangat mencintai Puteri cantik mu. Bila suatu hari Aryo sampai berani menyakiti Puteri kesayangan mu dan seluruh keluarga kita seperti Erica? Aku pasti kan kedua tangan ku ini yang akan mencabut nyawanya dan menghancurkan seluruh keluarga mereka kelak! Hahaha..."
Suara lirih menakut kan itu berasal dari mulut seorang Fidelis Andreas Ananta pada gambar wajah mendiang Kakaknya Xaverius Felix Ananta.🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
BALI, LOVE & SACRIFICE (MASIH LENGKAP)
ChickLitTulisan pertama beta. Kalau masih berantakan, mohon dimaafkan. Aku selalu sadar bahwa takdir kita manusia hanya ada di tangan sang Empunya dunia. Namun, apakah ini adil Tuhan di saat aku mengandung benih darinya, Engkau malah merenggut nyawany, dan...