Adel terpaku. Melihat sepasang makhluk yang tak jauh darinya berdiri. Berbagai pertanyaan yang sedang bergemul di kepalanya saat ini.
Adel mencengkram roti yang ia genggam dengan kencang hingga membuat bungkus roti tersebut menjadi kusut.
"Harus bisa. Anggap aja gak ada." Adel berjalan dengan menghela nafas, "harus bisa, ambil beberapa susu kotak dengan rasa vanilla abis itu pergi." Adel tak akan seperti sinetron yang bakal nangis dan langsung pergi begitu saja, ah daripada seperti itu baginya susu dan keju lebih penting.
Akhirnya Adel berhasil saat mengambil beberapa susu kotaknya, tetapi saat ingin pergi seseorang meneriaki namanya dengan suara yang sangat ia kenal.
Adel tak perduli, ia hanya terus berjalan menuju ke kasir untuk segera menemui Rey.
Adel menoleh dan melihat orang itu melambaikan tangan ke arahnya dengan senyuman ceria khas dirinya.
Dan itu cukup membuat Adel merasa malas dengan sedikit rasa sakit disana.
Kapan ia bisa lepas dari perasaan ini?
Apakah ia perlu menjauh darinya? Menjauh dengan kata lain pindah dari kota ini?
Atau ia akan lupa sama perasaan ini kalau ia sudah lulus dari sekolah itu?
***
"Kamu kenapa tadi agak tergesa gitu?" Tanya Rey bingung dengan mata tetap fokus ke jalan raya.
"Gak pa-pa," Adel mendesah lelah "Bang mau kemana?"
Rey melirik Adel yang ternyata tengah meminum susunya "kamu mau kemana?"
Adel tampak sedang berpikir dengan sedotan susu kotak yang masih melekat di bibirnya "nonton?"
Rey mengernyitkan jidatnya "nonton apa?"
"Dear Nathan, Danur, FF8--- eh tapi Dear Nathan udah turun layar sih." Adel kembali menyedot susu kotaknya.
"Jadi mau apa?"
"Danur deh."
"Tapi abang mau FF8."
Adel melirik sinis ke arah Rey, entah kenapa ia ingin menjabak saudara tuanya satu itu, "kalau gitu kenapa nanya! Ngeselin banget sih jadi abang!!" Dengan geram Adel menjabak rambut Rey kencang. Akhirnya!
Rey terkejut dengan perlakuan tiba-tiba adiknya itu "aw-aw ah ish." Rintihnya.
"Abang.... jangan desah!!!" Adel semakin menarik rambut Rey kuat.
"Ah, aw, ini beneran sakit Adel... Ah ah mau copot astaga Adel, rambut abang... Nanti abang gak ganteng lagi..." Rey menahan sakit di kepalanya yang seakan-akan rambutnya akan tercabut dari akarnya dengan paksa, sungguh menyakitkan.
Dengan masa bodoh Adel tetap menjabaknya "ngeselin!!!"
"Lu abis kesel sama siapa? Jangan sama abang dong heh! Sakit gila! PMS ya lu?!" Rey memekik dengan tertahan dengan sudah menggunakan kata lu-gue terhadap Adel.
Adel melepaskannya setelah itu ia menyemprot wajah Rey dengan susu kotaknya "abang kasar sama Adel!"
Rey membulatkan matanya sempurna, "astaghfirullah, apa dosa hamba kepada adik hamba ya Allah," ucap Rei melankolis "untung Rey penyabar." Rey mengelap wajahnya dengan tissue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk And Cheese?
Teen Fiction#253 in TeenFiction 03-08-17 Ketika aku yakin bahwa semua ini hanyalah sebuah pilihan, maka aku takkan pernah ingin memilih dimana aku salah meletakkan hati. Layaknya kau memilih antara keju dan susu. Kau lebih suka keju atau susu? Menurutku, jika...