64. Rumah Sakit

1.2K 69 10
                                    

Katanya, jika sudah bersahabat hingga mencapai 7 tahun, maka persahabatan itu akan abadi...

Apakah itu benar adanya?
Ataukah hanya bualan belaka?
.
.
.
.

___________________________________

Adel terlihat gelisah dalam tidur lelapnya, keringat dingin terus mengucur di seluruh tubuhnya akibat beberapa kejadian buruk yang terlintas cepat di dalam mimpinya.

Ia mendengar bunyi tamparan keras, dobrakan pintu, darah dimana-dimana, dan juga tali terikat.

NITTTTTTTTT!!!

DUK!!

Adel pun terbangun dengan tersentak serta keringat dingin yang sudah membasahi seluruh permukaan tubuhnya.

Nafas yang begitu menderu sesak membuatnya terengah-engah.

Jantungnya pula berdegup begitu kencang.

Hal tersebut membuat Rey yang berada di sampingnya terkejut karna Adel tiba-tiba bereaksi seperti itu.

"Shh..." Adel langsung memegang kepalanya yang langsung berdenyut nyeri.

Bau khas obat-obatan langsung tercium masuk ke pernapasannya.

"Del..." panggil Rey lembut serta mengelus wajah Adel yang sudah tidak pucat dari waktu pertama kali di bawa ke rumah sakit ini.

Adel melihat ke arah jendela dan mencoba mengingat kembali kejadian yang tak menyenangkan beberapa waktu lalu, apakah ini sudah berakhir?

Ia kembali memejamkan matanya, dan menarik napas berat.

Ia menoleh ke arah dimana terdapat abangnya yang tengah duduk dengan tersirat wajah kekhawatirnya.

"Kamu mimpi buruk?" Tanya Rey dengan mengelus-ngelus rambut Adel sayang.

Adel kembali menghela napasnya, "Ga kok."

"Beneran?"

"Iya..."

"Kamu laper gak?"

"Mungkin." Jawab Adel tak yakin.

"Ini ada bubur, mau makan?"

"Nanti aja. Cio mana bang?"

"Ya sekolah, ini kan masih pagi, kamu makan aja ya, emangnya gak laper seharian lebih gak sadar."

Adel terkejut, "apa?!" Teriaknya cukup membuat Rey terkejut saat ingin mengambil bubur di sampingnya.

"Apanya apa sih? Kamu tuh teriak aja kerjaannya."

"Itu abang bilang seharian lebih aku gak sadar gitu maksudnya? Berarti...." Adel terdiam sejenak mencoba mengingat kembali sekelabat kejadian  buruk waktu itu dan menghitung hari menggunakan jarinya.

Adel tersentak kembali saat bayangan sebelum ia tak sadarkan diri terlintas di kepalanya.

"Bang..."

"Hm?" Rey membuka tutup mangkuk buburnya.

"Syahm... mana?"

Rey mengangkat kepalanya, "ada."

"Di---mana?"

"...."

"Bang?" Adel berusaha untuk bangun namun ditahan oleh Rey.

"Nanti aja ya bahasnya. Kamu makan dulu. Pentingin diri kamu sendiri, baru orang lain." Kata Rey tiba-tiba serius dengan nada suara yang dalam.

Adel hanya bisa diam tak membantah, "iya..."

Milk And Cheese?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang