Adel mengerutkan keningnya.Ini...
Dari siapa?
Adel masih duduk di tepian kasur dengan memegang surat di tangannya, dan tengah memikirkan siapa si sang pemilik surat yang di tulis menggunakan tinta hitam tersebut.
Ia menoleh saat mendengar suara deritan pintu kamarnya, pertanda ada seseorang yang masuk.
Dan itu ternyata adiknya sendiri. Cio datang dengan aura dinginnya dan berdiri tepat di depan Adel.
Adel mendongak menatap wajah adiknya tersebut.
"Kenapa?"
"Lu yang kenapa?"
Adel mengerutkan keningnya, "apanya kenapa?" Tanyanya balik.
Cio mendengus pendek, "lu disakitin siapa kali ini? Syahm?" Tanya Cio yang membuat hati Adel merasa tertohok.
Padahal ia sudah mendengarnya di tempat kejadian pada malam itu, namun ia hanya berpura-pura untuk tidak tahu, karna hingga kini ia belum membicarakan hal ini kepada Adel.
Adel hanya diam tak menjawab, bahkan ia tak lagi memandang wajah adiknya itu.
"Diam berati iya."
"Apa urusannya sama lo? Yang sakit gue."
"Berhenti jadi lemah bisa?"
Adel memgerutkan keningnya saat mendengar kata itu, "lu yang kirim ini?" Tunjuk Adel ke arah barang-barangnya, karna perkataan Cio mirip seperti apa yang disuruh oleh si penulis surat.
Cio memperhatikan barang-barang itu, "bukan."
"Lalu siapa?" Cio mengangkat bahunya tak perduli. Ia terus memandang Adel memperhatikan setiap gerak-geriknya.
"Stop ngesakitin diri lo sendiri, jangan cuma diam walaupun lo udah ngerasa sakit."
Adel melipat suratnya dan memasukkannya ke dalam kotak tadi, ia mengabaikan omongan Cio terhadapnya.
Cio menghela nafasnya lelah melihat kelakuan kakaknya ini, "Gue liat lo keknya udah baik-baik aja, yaudah gue pergi---"
Adel menatap Cio dengan wajah lugunya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bahkan Cio sangat tau, di dalam wajah lugu itu, tersimpan penuh luka yang selama ini ia pendam sendiri tanpa mau terbuka terhadap orang lain.
"Baju jangan lupa ganti, acara lo bentar lagi mulai." Sambungnya.
Setelah berkata seperti itu, Cio berjalan pergi meninggalkan Adel yang masih setia dengan posisi awalnya. Adel menghembuskan nafasnya.
Terlihat baik di luar, belum tentu baik juga di dalamnya.
Haruskah aku menggunakan topeng kebahagiaan untuk menutupi kepedihan di dalamnya?
***
Adel menghembuskan nafasnya, kenapa orang-orang yang datang jadi seramai ini?
Ini pasti ulah Mama atau abangnya. Adel menggaruk keningnya, gue benci keramaian.
Adel hanya menggunakan minidress 5cm diatas lutut bewarna navy, heels hitam yang tingginya hanya 5cm dan mempoles mukanya sedikit, tidak berlebihan, masih terlihat natural.
Adel melihat sekelilingnya, disana, di sudut halaman belakang ada keluarganya berkumpul, dan disitulah tempat acara bertiup lilin akan berlangsung nanti.
Adel berjalan memghampiri keluarganya.
Astaga, bahkan banyak yang tak ia kenal yang datang saat ini. Dan kenapa kado sudah sebanyak itu di samping meja? Astaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk And Cheese?
Jugendliteratur#253 in TeenFiction 03-08-17 Ketika aku yakin bahwa semua ini hanyalah sebuah pilihan, maka aku takkan pernah ingin memilih dimana aku salah meletakkan hati. Layaknya kau memilih antara keju dan susu. Kau lebih suka keju atau susu? Menurutku, jika...