"DEKK!! ADEKKUU SAYANG!! WHERE ARE YOU NOW! I NEED YOU BABY!!"
Adel menutup kupingnya saat mendengar teriakan tiba-tiba itu.
Abang kampret, gak jelas, absrud, otak random. Makinya dalam hati.
Adel melihat ke arah pintu utama disitulah ia melihat sosok abangnya yang sangat, ehm aneh?
Semua orang menatap ke arah Rey tersebut dengan dia yang menggunakan celana kain seatas lutut, kaos hitam yang telah kotor, rambut diikat jadi satu bagaikan air mancur, dan muka serta tubuh yang penuh dengan tanah.
"Eh? Ramai orang ternyata, maaf ya, aku membutuhkan adik tersayangku dulu ini, yang tengah ngidam." Rey berucap seperti itu sambil menghampiri Adel.
Adel yang melihat itu bergidik ngeri melihat abangnya yang super aneh itu.
"Abang abis berendam di tanah? Siapa lagi yang lagi ngidam." Tanyanya malas saat Rey telah berada tepat di depannya.
Rey tertawa renyah "ikut ke taman belakang yuk? Bantuin."
Adel mengangkat sebelah alisnya "ngapain?" Semua menatap ke arah Rey kepo, termasuk Cio yang mencoba kepo tapi tetap stay cool.
Rey tersenyum misterius "ada deh, yuk semuanya ikut!"
Rey langsung menarik tangan Adel yang membuat Adel mau tak mau ikut menarik tangan Zahra yang berada di dekatnya serta Zahra yang juga ikut menarik tangan Elen. Ah jadi tarik-menarik tapi itulah kenyataannya, spontan dari gerakan tubuh mereka.
Rawnie yang melihat itu menggandeng Cio dan menariknya membuat Cio menatap datar ke arah teman kakaknya itu.
"Ayok ikut mereka!" Ajak Rawnie semangat yang memandang ke arah Cio memohon.
Cio menggeleng "lu aja."
"Ah gak asik! Ayok!" Paksanya dengan terus menarik tangan Cio, Cio yang diperlakukan seperti itu membuatnya mau tak mau ikut berdiri juga.
Rawnie tersenyum senang.
Tetapi senyumnya luntur begitu saja saat Cio melepaskan tangannya dari lengan Cio.
"Lu aja, gue males." Setelah itu Cio berjalan menuju ke kamarnya meninggalkan Rawnie yang tercengang disana.
"Dasar sok sejuk lu!" Pekiknya kesal. Rawnie menghentakkan kakinya setelah itu ia menyusul teman-temannya yang telah meninggalkannya.
Cio hanya mengangkat bahunya tak perduli, toh itu juga gak ada gunanya bagi dia kalau ujung-ujungnya disana ia akan terus berdiam diri.
***
Rawnie memonyongkan bibirnya kesal dengan menghentakkan kakinya, tetapi saat melihat pemandangan di depannya rasa kesalnya menjadi hilang begitu saja saat melihat Rey yang tengah memanjat pohon kelapa serta Adel d.k.k teriak menyemangati di bawah.
Rawnie berlari ke arah mereka.
"Jadi kesini mau ngambil buah kelapa?" Tanya Rawnie saat tiba disana.
"Iyalah lu gak liat gua lagi manjat ni---- poh---hon, hah hah hah...." nafasnya bagaikan tersendat-sendat setelah akhirnya Rey tiba dan ia segera memetik buah kepala tersebut, ah maksudnya kelapa.
"Kenapa gak beli aja? Lebih praktis, kenapa mesti repot gini?" Tanya Rawnie lagi.
"EH BEKICOT BULU! BANYAK TANYA YE, GUE YANG AMBIL JUGA NGAPA LU YANG REPOT!" Teriak Rey dari atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk And Cheese?
Jugendliteratur#253 in TeenFiction 03-08-17 Ketika aku yakin bahwa semua ini hanyalah sebuah pilihan, maka aku takkan pernah ingin memilih dimana aku salah meletakkan hati. Layaknya kau memilih antara keju dan susu. Kau lebih suka keju atau susu? Menurutku, jika...