65. Sabda Rindu

1.2K 75 5
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Di suasana sunyi nan mendung, Adel sembari berjalan pelan di jalan setapak dingin itu.

Raut wajah kesedihan jelas tersirat di wajah manisnya.

Selagi ia berjalan ia sempat beberapa kali mengetatkan jacket hitam-nya dengan satu tangan, agar terpaan angin dingin tidak menembus bersentuhan lembut dengan kulitnya.

Di tangan satunya lagi ia memegang 1 bucket bunga asli campuran yang masih segar, dan membawanya ke dalam pelukannya.

Langkah demi langkah ia melewati beberapa rumah terakhir seseorang di dunia fana ini.

Ia berjalan seorang diri hingga akhirnya ia tiba ke tempat tujuannya yakni dimana orang yang sempat mengisi kebahagiaannya.

Adel jongkok dan mulai membersihkan rumput-rumput liar dan bunga-bunga yang sudah layu diatas tundukan tanah tersebut.

Ia pun meletakkan bucket yang ia pegang ke atas-nya yang tak lagi basah itu.

Raut wajah kesedihan tak luput dari wajah manisnya.

"Maaf, Adel baru datang, kejadian-kejadian akhir-akhir ini membuat Adel resah, tapi Adel tetap coba untuk kuat..."

"Kek... Gimana kabarnya? Kakek udah bahagia kan disana? Kakek jangan khawatir, Adel gak pa-pa, Adel kuat..." Adel menghela nafasnya dalam.

"Adel udah mau masuk kuliah loh kek, katanya kakek mau kuliahin Adel..." Adel sempat terdiam, bibirnya bergetar, tak terasa cairan bening itu pun berhasil menerobos begitu saja keluar dari pelupuk matanya.

"Adel kuat..." lirihnya sambil mencoba menahan air matanya, namun tak bisa, malahan cairan bening itu semakin merembes jatuh dengan hebatnya.

"Adel.... Adel ternyata bisa melewati rentetan kejadian demi kejadian yang sekarang meninggalkan bekas..." Adel menghela napasnya.

"Adel selalu mendoakan orang yang Adel sayang..."

Adel mendongak dan melihat langit-langit sore yang sudah semakin gelap akibat pertandanya akan turun hujan di petang ini.

Adel menghela nafasnya dan mengelap air matanya.

"Kek... Nanti Adel datang lagi." Adel sempat mengelus batu nisan tersebut dengan tersenyum tipis.

Ia pun berdiri. Dan mulai berjalan kembali namun ia sempat berhenti dan menoleh ke salah satu kuburan lain dengan cukup lama.

Tetapi ia mengabaikannya dan kembali terus berjalan menembusnya dinginnya hari.

***

Adel hanya berdiam di kamar saat telah pulang dari pemakaman.

Akhir-akhir ini Adel memang lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamarnya, karna memang ia butuh waktu untuk kembali menata hati.

Bukan karna patah hati, hanya saja apakah dia sanggup kembali bertarung dengan hidup nanti?

Betapa lucunya hidup.

Betapa lucunya semesta.

Betapa bingungnya ia terhadap takdir yang selalu mempermainkannya.

Milk And Cheese?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang