Sinar mentari pagi bersinar cukup terik hari ini. Membuat udara yang semula dingin, menjadi hangat. Kicauan burung membuat suasana pagi menjadi semakin sejuk tatkala embun masih menetes diantara dedaunan. Alika melangkahkan kakinya ringan. Hari ini ia mendapat panggilan dari kantor Chandra Music Entertainment untuk datang lebih pagi. Karena Alika baru saja diterima sebagai manager salah satu band mereka, Alika harus menaati peraturan yang berlaku.Halte bus sudah penuh dengan orang-orang yang hendak berangkat sekolah, kuliah maupun kantor. Untung saja Alika sudah terbiasa menjalani aktifitasnya sedemikian rupa, alhasil dia tidak mengeluh seperti yang dilakukan anak-anak SMA yang hendak naik busway namun ternyata penuh.
Butuh waktu kira-kira 1 jam bagi Alika untuk sampai kantor produksi tepat waktu. Selain terbiasa dengan keadaan jalan raya ibukota, Alika juga sudah terbiasa memikirkan waktu yang tepat supaya ia tidak telat karna macet.
Alika membuka pintu kaca saat sebuah wanita cantik dibalik meja resepsionist menyapanya. Alika mengangguk tersenyum sambil melangkah mendekat."Saya mau bertemu dengan Mbak Fara dan Pak Adit."
"Oh mbak Alika ya? manager barunya Wild Band?" Alika mengangguk sembari menatap wanita tersebut dengan ramah. Alika memperhatikan wanita yang ia tahu bernama Jenny itu sedang menelfon salah satu diantara dua orang yang ia sebutkan tadi. "Selamat Pagi Mbak Fara, ini Mbak Alika nya udah dateng. Saya suruh datang kemana ya?"
Alika melihat Jenny menganggukkan sebelum menutup telfon dan tersenyum lagi kearahnya. "Mbak Alika bisa langsung menuju ruangannya Mbak Fara di lantai 3." Alika mengangguk dan berlalu setelah mengucapkan terimakasih pada Jenny.
Alika mengetuk pintu berwarna coklat dihadapannya. Ia tidak tahu kalau rumah produksi mempunyai ruangan yang banyak. Ia kira hanya beberapa band saja yang diproduksi, namun ada beberapa artis juga yang ikut management Chandra Music Entertainment. Setelah menunggu beberapa saat, pintu coklat tersebut terbuka. Pertama kali yang Alika lihat adalah wajah sumringah milik Fara.
"Alika! Masuk yuk, Pak Adit sama yang lain udah pada nungguin."
"Tunggu, Mbak! Yang lain?"
"Iya, yang lain. Hari ini kan hari pertama kamu jadi manager, hari ini juga kamu harus kenalan sama band yang kamu urus. Mereka ada di dalam. Mereka seru-seru lagi orangnya, yuk." Fara menarik tangan Alika kedalam saat semua mata memandang kearahnya. Alika melihat Pak Adit yang duduk di balik meja besar, Gavin yang duduk di sofa dan satu lagi laki-laki yang Alika tidak tahu namanya, sedang sibuk memainkan ponsel. "Nah, ini manager baru kalian."
Laki-laki yang memainkan ponsel tadi mendongak dan menatap kearah Alika. Membuat Alika melemparkan senyum tipisnya. Laki-laki itu tersenyum lebar kearahnya.
"Itu namanya Naufal. Dia Bassist di Wild Band. Yang ini-"
"udah kenal kok." Gavin menatap Alika dengan menarik kedua ujung bibirnya. Membuat Fara yang tadinya hendak mengenalkan, menjadi diam. "Dia salah satu pelayan caffe yang selalu gue datengin." Fara mengangguk paham.
"Oke Alika, sebenarnya personil Band ini bukan cuma mereka berdua. Ada satu lagi, tapi nggak tau deh kemana. Vin, Erga kemana sih?" tanya Fara pada Gavin. Gavin sendiri hanya mengangkat bahunya dan menggeleng pelan. "Ngelayap mulu deh. Yaudah lah nggak usah dipikirin, sekarang gue tunjukin ruangan lo aja."
Alika mengangguk. Ada sedikit rasa lega saat mendengar Fara mengganti panggilan 'aku-kamu' dengan 'lo-gue'. Itu artinya Alika tidak perlu bersikap terlalu formal pada perempun yang mungkin hanya terpaut 2 tahun dengannya. Fara melangkah terlebih dahulu saat pintu ruangan tersebut terbuka. Menampilkan seorang laki-laki dengan jaket coklat dan sebuah kantung plastik ditangannya. Tadinya Alika tidak tahu pasti siapa laki-laki itu karna ia memakai kacamata hitam. Dan mata Alika seketika melebar kala mendapati bahwa laki-laki itu adalah laki-laki yang memarahinya kemarin dan tempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Croire
Teen FictionDekapan itu hangat. Namun tak lebih hangat dari pelukan pengiring senja pada suatu waktu. Tak lebih hangat dari lekuk senyum kala rembulan berpendar dilangit cakrawala. Tak lebih hangat dari kenangan yang lebih dari berjuta kali disingkirkan, namun...