16

47 7 0
                                    


Gavin menutup layar laptop yang ada di pangkuannya sebelum mengusap wajah. Hari ini ia harus menghadiri beberapa pertemuan dengan para produser yang berhasil diterima oleh pihak managament. Dilihatnya jam tangan yang menunjukkan pukul 10 pagi saat seorang perempuan memasuki ruang lobby dan berdiri tepat di meja recepsionist. Perempuan itu berbicara sebentar dengan Maya sebelum Maya menunjuk kearahnya yang diikuti wajah perempuan tersebut. Gavin yang masih menatap keduanya hanya melemparkan tatapan bingung.

Sebelum pertanyaan di otaknya terjawab, perempuan dengan rambut pirang tadi duduk di hadapannya. Tersenyum dan mengulurkan tangan untuk mengajaknya berjabat tangan.

"Gavin kan?" Dengan ragu, Gavin membalas uluran tangan tersebut sambil menganggukkan kepalanya. "Gue Dara. Temennya Erga, sahabatnya Alika." Gavin mengerutkan dahinya saat mendengar nama Erga.

"Erga?" Dara mengangguk mantap sembari melepaskan genggaman tangannya. Gavin memperhatikan Dara sampai gadis itu mengeluarkan dua kotak tempat makan ke atas meja. "lo kesini mau ketemu Erga apa Alika?"

"dua-duanya. Gue bawain makan siang buat mereka. Kira-kira, mereka ada di kantor nggak ya?" Gavin melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 pagi.

"Harusnya Alika udah di ruangannya. Kalau Erga, kayaknya belum. Gue belum liat mobilnya masuk." Dara mengangguk pelan.

"boleh gue tahu ruangan Alika?" tanya Dara yang dibalas anggukan oleh Gavin. Gavin bangkit sembari membawa laptopnya di tangan kanan. Diliriknya Dara yang membawa dua kotak makan tadi dan mengikutinya dari belakang. Pintu lift terbuka. Memperlihatkan seorang pegawai yang menyapa Gavin dengan senyum penuh hormat. Tepat ketika tombol lift berbunyi, pintu terbuka. Gavin melangkahkan kaki menuju ruangan yang sudah ia hapal. Diketuknya pintu dan terdengar suara halus dari dalam.

"Al? Ada temen lo nih nyariin." Alika yang tengah serius memperhatikan layar laptopnya, mendongak. Dara yang semula berada di belakang Gavin, langsung menyembul dan masuk ke dalam ruangan.

"Dara? Ya Ampun lo ngapain kesini? Gue kira lo ada kelas."

"tadinya sih ada. Tapi gue dapet kabar kalo dosen gue nggak masuk. Makanya gue kesini. Eh iya gue bawain makan siang buat lo nanti." Dara duduk di hadapan Alika sembari menaruh dua kotak makan tersebut keatas meja.

"Gila lo! Jangan bilang ini disuruh Ibu?"

"Enggak gue bikin sendiri."

"ini makannya sama lo kan? Nggak mungkin gue ngehabisin dua kotak makan begini."

"Enak aja. Jatah lo ya satu. Yang satu buat satu orang lagi."

"Satu orang lagi?" Alika mengerutkan dahi menatap Dara yang menatap Alika penuh binar kebahagiaan. Tatapan Alika beralih ke Gavin yang masih berdiri di ambang pintu. "vin bisa tolong kasih berkas jadwal terbaru kalian ke Pak Adit?" Gavin mengangguk sembari menerima berkas tersebut. Gavin tahu, perempuan perlu ruang khusus untuk bercerita satu sama lain. Dan dengan keberadaan Gavin disana, hanya akan membuat Alika canggung.

"oke, lo utang cerita sama gue tentang someone whatever who's that."

"Erga."

"Erga?" Alika memajukan tubuhnya. Mencoba meyakinkan diri kalau pendengarannya tidak salah. Sahabatnya, dan seseorang yang selalu membuatnya kesal. Pantas saja beberapa bulan yang lalu ia bertemu Erga di caffe yang sama. Dan Dara, memanggil nama cowok itu. "Lo pacaran sama Erga?!"

"Nggak! Dengerin cerita gue dulu." Alika menumpukan kepalanya. Memperhatikan Dara bercerita adalah hal yang ia rindukan untuk sekarang. Mengingat intensitas pertemuannya yang sangat minim.

"Lo tahu kan pertemuan pertama gue sama dia? Dari situ gue tahu kalo dia orangnya perhatian banget. Dibalik kecuekannya dia, dia adalah orang yang paling pengertian. Udah sebulan ini gue deket sama dia. Gue nggak tahu dia nganggep gue apa, tapi jujur Al, gue kayaknya suka deh sama dia."

"tunggu. Suka? Suka dalam hal?"

"dalam hal apa aja. Gue suka cara dia nganggep gue. Gue suka cara dia natap gue. Gue suka gimana cara dia memperhatikan gue. Gue merasa diperhatikan. Dan apapun cara dia ke gue, gue selalu suka. Gue nyaman sama dia. Dan kenyamanan itu yang bikin gue, sayang sama dia." Alika menatap Dara tajam. Mencoba menelusuri arti dari binaran mata tersebut. Meskipun ia masih kesal dengan Erga, mendengar Dara begitu bahagia dengan segala ceritanya, kekesalannya sedikit meluntur. Ia hanya ingin melihat Dara menikmati setiap titik kebahagiaannya.

Alika menghela napas panjang. "Gue mendukung apapun yang bikin lo bahagia. Tapi, janji sama gue. Kalo suatu saat dia bikin lo kesel, nangis atau patah hati sekalipun. Bilang gue." Dara tersenyum lebar dan mengangguk. Alika membalas senyuman itu sambil menarik kotak makan yang ada di atas mejanya.


****


Erga melangkahkan kakinya ringan saat sebuah suara memanggil namanya. Erga membalikkan badannya dan mendapati Gavin yang tengah mendekat kearahnya. Erga berhenti dan menunggu sampai Gavin berdiri di hadapannya. Hari ini sebenarnya Erga tidak ada jadwal ke kantor, tapi karna ia bosan terus-terusan di dalam apartemen, alhasil ia singgah ke kantor siang ini.

"Ada yang nyariin lo tadi. Cewek." Erga mengerutkan keningnya mendengar kalimat yang dilontarkan Gavin.

"Cewek? siapa?"

"Bentar gue lupa," Gavin mencoba mengingat nama cewek yang baru saja bertemu dengannya di lobby. "Ah, Dara. Katanya dia temen lo sama Alika." Erga menaikkan alisnya dan membuka kembali layar ponsel yang semula ia matikan.

"sekarang orangnya kemana?" tanya Erga sembari menatap layar ponselnya.

"ruangannya Alika. Jadi bener itu temen lo?" Erga mengangguk saat ia mengangkat ponsel dan terdengar suara perempuan dari seberang. Gavin menatap Erga dengan alis terangkat.

"Ada Dara diruangan lo?" Gavin menyilangkan kedua tangannya di depan dada saat tahu kalau Erga sedang menelfon Alika. "Masih disana kan? Gue kesana sekarang." Setelah Erga mematikan sambungan telfon, laki-laki itu memutar tubuhnya dan pergi keruangan Alika. Meninggalkan Gavin yang masih berdiri di tempat yang sama.

Erga menatap pintu coklat bertuliskan Alika's office dari kejauhan. Tepat ketika ia berada 5 cm dari pintu, diputarnya gagang berwarna emas itu dan membukanya. Hal pertama yang Erga lihat ialah Alika yang sedang melahap makanannya. Cewek itu tidak menyadari kedatangan Erga sampai Dara yang melihatnya duluan.

"Erga?! Akhirnya kamu dateng juga. Sini sini, kita lunch bareng yuk!" Dara bangkit dan menghampiri Erga saat tatapan laki-laki itu tak sengaja bertabrakan dengan tatapan Alika yang datar. "Tadi aku ketemu temen kamu di bawah. Katanya, kamu belum dateng. Jadinya, aku ke ruangannya Alika dulu." Erga duduk dihadapan Alika yang kembali menatap penuh perhatian pada makanannya.

"Tapi ini kan masih jam setengah 12. Belum masuk jam lunch." Erga memperhatikan Dara yang mulai menyiapkan makanan untuk Erga.

"Nggak apa-apa. Yang penting makan." Erga menghembuskan napas panjang dan mengalihkan pandangannya pada Alika yang menikmati makanan Dara. "Al, lo akhir pekan sibuk nggak?" Dara duduk di samping Erga yang mulai melahap makanannya.

"Kenapa?" tanya Alika sembari merapikan tempat makan yang terlihat berantakan diatas mejanya.

"Gue mau ngajak lo buat dateng ke acaranya anak Sastra. Kan udah ada pamfletnya di mading. Jangan bilang kalau lo nggak sempet liat?" Alika mengangkat kedua bahunya. "Duh Al, lo cuek banget sih jadi orang. Tapi mau kan? Kita berangkat bertiga."

"Nggak ah. Ntar gue jadi obat nyamuk lagi. Mending gue di rumah ngerjain skripsi."

"Yah, kok gitu sih Al. Gue kan juga butuh temen."

"Kan ada Erga. Dia mau kok ngikutin lo kemanapun. Ya kan?" Tanya Alika pada Erga yang masih sibuk mengunyah makanan Dara. Kebetulan perutnya memang sedang lapar. "Lagian gue masih nggak tahu, gue ada kerjaan atau nggak. Kalaupun nggak, gue juga harus cepet-cepet ngelarin skripsi biar taun depan bisa lulus."

Dara menghela napas panjang dan mengangguk lesu. "Yaudah deh."

"Kenapa lemes neng? Iyadeh, sebagai gantinya selasa depan gue temenin lo seharian. Gimana?" Senyum Dara mengembang dan mengangguk bersemangat.

"janji lo ya. Gue nggak mau di-PHP-in."

"berdua doang, janji deh," jawab Alika yang sekilas melirik Erga yang tengah menatapnya.

CroireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang