BSD City terlihat ramai malam ini. Lebih ramai dari hari biasanya. Bagaimana tidak, setelah spanduk-spanduk iklan yang ditempelkan di berbagai jalan raya mulai terpajang, para pecinta Fashion dan penikmat lagu pun berbondong-bondong datang. Alika mengintip tirai merah yang menutup bagian belakang panggung dengan arena luar. Banyak sekali penonton yang mau meluangkan waktunya untuk menikmati ajang pemilihan Gadis Sampul Majalah Remaja tahun ini. Kebanyakan dari mereka adalah para remaja, mahasiswi dan ibu-ibu."ngeliatin apa sih?" Alika tersentak kaget saat suara berat milik Gavin menyusup telinganya. Alika memegang dadanya untuk menetralkan degup jantung dan menatap Gavin kesal.
"ngagetin aja sih."
"ya lagian, ngeliatin penonton gitu banget." Alika menatap Gavin yang merapikan dasi pita yang melingkar di lehernya. Membuat Gavin terlihat lebih tampan dan keren. Perlu Alika akui kalau Gavin adalah laki-laki ter-maskulin yang ia kenal di Wild Band. Dan pesona nya pun membuat Alika terkadang menjadi salah tingkah. "gue keren ya?"
"Dih, pede banget sih. Erga sama Naufal mana? Udah siap semua kan?" Gavin mengangguk saat Erga muncul dari belakang punggung Gavin dan terlihat sedang memperbaiki dasi pita yang tak kunjung rapi di lehernya.
"Gue boleh nggak nge-skip dasi beginian? Ribet banget tau nggak sih." Alika mendengus pelan sebelum meletakkan papan kertas yang berisi jadwal manggung Wild Band keatas bangku kosong tak jauh darinya. Alika mendekat dan mencoba membantu Erga yang masih kesusahan merapikannya.
"Jadi orang sabar dikit kenapa si. Kalo lo nggak sabar, nggak bakal bisa jadi apa yang lo mau." Alika menghentikan gerakan tangannya saat tidak lagi terdengar suara siapapun selain suara yang berasal dari luar panggung dan orang-orang yang hilir mudik di sekitar Alika. Alika mendongak dan mendapati bola mata hitam milik Erga tengah menatapnya. Ia juga baru sadar kalau jarak mereka sangatlah dekat.
Sontak Alika menarik tubuhnya dan berkacak pinggang sembari berpura-pura mengamati dasi milik Erga. Ia menganggukkan kepalanya sembari menyambar papan yang ia letakkan diatas kursi tadi.
"Kalian siap-siap gih. Sebentar lagi kalian naik. Goodluck, boys." Alika tersenyum sembari melayangkan kepalan tangannya keatas. Membuat Gavin yang berdiri di dekatnya ikut melayangkan kepalan tangan. Erga yang menatap keduanya hanya mengangkat bahu dan duduk di kursi yang tergeletak tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Gue ke belakang dulu ya." Gavin mengangguk. Laki-laki itu menyusul Erga yang duduk di kursi tunggu setelah punggung Alika menghilang.
Gavin menatap tirai yang bergerak karna hembusan angin mulai berdatangan. Malam hampir tiba. Laki-laki itu memejamkan matanya sebentar, sebelum akhirnya membukanya kembali saat suara berat milik Erga menyusup telinganya.
****
Erga menemukan Alika tengah terlelap di bangku ruang make up artis saat tak sengaja ia kembali untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Guratan letih dan pucat tergores di wajah tenang Alika. Perlahan, Erga mengambil jaket miliknya yang tersampir di sofa dan direntangkannya jaket tersebut untuk menutupi tubuh Alika yang terlihat kecil. Ada pergerakan sedikit saat kehangatan jaket tersebut menyelimuti tubuh Alika. Erga menjajarkan kepalanya untuk melihat wajah pucat Alika.
"Keras kepala sih lo." Erga bangkit dan segera meninggalkan ruang make up setelah menyambar ponsel yang tergeletak di samping Alika.
****
Alika menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku saat dirasakannya sebuah benda tebal menyelimutinya. Alika menyipitkan mata sedikit karna cahaya yang masuk ke matanya terlihat begitu silau. Dilihatnya jaket berwarna hitam yang menyelimuti tubuhnya dan tidak ada seorang pun didalam ruang make up selain dirinya. Buru-buru ia bangun dan meletakkan jaket tersebut ke sandaran sofa sebelum melangkah keluar.
Alika melihat Gavin tengah berbincang dengan seorang gadis yang Alika yakin, gadis itu salah satu fans Gavin. Karna detik selanjutnya, Alika melihat Gavin menanda tangani buku dan kaus putih gadis itu sebelum akhirnya berfoto bersama dan pergi. Alika mendekati Gavin saat laki-laki itu berdiri sendirian.
"cantik ya cewek-ceweknya. Beruntung juga punya tampang ganteng. Banyak cewek cantik yang ngefans." Gavin menolehkan kepalanya dan tersenyum malu saat tertangkap basah memperhatikan gadis-gadis yang bersamanya tadi, melompat-lompat kegirangan.
"kalo tampang sih menurut gue bonus ya. Yang perlu dibanggakan itu karyanya."
"oke, jadi sekarang kalian udah naik buat lagu yang ke berapa?" tanya Alika yang sontak membuat Gavin menoleh kearahnya dengan tatapan heran.
"lah kok tanya gue? emang daritadi kemana aja?" Alika yang ikut bingung dengan pertanyaan Gavin sontak memicingkan matanya.
"gue ketiduran tadi di ruang make up. Lo nggak tahu?"
"pantes aja daritadi nggak keliatan. Ketiduran? makanya jangan begadang." Alika mengangkat salah satu alisnya karna merasa aneh dengan kejadian jaket yang ada di tubuhnya dan Gavin yang tidak tahu menahu kalau dia ketiduran. Padahal, Alika hampir menebak kalau orang yang memberinya jaket tersebut adalah Gavin.
"jadi bukan lo yang ngasih jaket pas gue tidur tadi?" Gavin mengerutkan dahinya dan menggeleng. "trus siapa dong yang ngasih jaket ke gue?" Alika menatap Gavin yang mengangkat bahu saat Erga datang dan berdiri di samping Gavin.
"mungkin Erga tahu, soalnya dia tadi habis dari ruang make up buat ngambil hp." Erga lantas menatap keduanya saat namanya terpanggil. Ketika pandangannya bertemu dengan Alika, laki-laki itu memalingkan wajah dan menghela napas panjang.
"habis ini naik jam berapa?" tanyanya tanpa menatap Alika lagi.
"setelah 2 kali penyanyi solo," jawab Alika yang masih menyimpan pertanyaan pada Erga. "Ga,"
"Gue kesana dulu ya. Ada janji sama orang." Gavin mengangguk sedangkan Alika menatap Erga kesal karna panggilannya terabaikan begitu saja.
"udah, emang gitu orangnya. Maklumin aja lah. Mungkin lo bisa tanya dia nanti, kalo ada waktu longgar."
"iya juga sih. Lagian, nggak penting juga."
****
Erga menghembuskan napas lega saat dilihatnya Alika dan Gavin yang tidak lagi ada di sekitarnya. Bukan karna Erga masih kesal dengan Alika atau karna Erga yang tidak suka berada di antara mereka berdua, hanya saja Erga gengsi kalau Alika tahu dirinyalah yang memberikan jaket untuk menyelimuti tubuh Alika. Bagaimana kalau Alika kepedean dengan menganggap Erga tertarik padanya dan menyukainya. Hal tersebut sontak membuat Erga menggelengkan kepalanya.
Tepat ketika Erga ingin melangkahkan kaki menuju ruang make up saat sebuah suara memanggil namanya. Erga menolehkan kepalanya dan mendapati Dara dengan jaket denim dan jeans hitam mendekat kearahnya. Erga melemparkan senyum lebarnya ketika Dara berhenti tepat di hadapannya.
"telat 2 jam. Itu artinya, traktir aku 2 kali ya?"
"enak aja. Emang situ tau kalo aku telat? nggak kan? Aku daritadi didepan panggung kok."
"trus kenapa baru sekarang ke backstage nemuin aku?" Dara berpikir sebentar sebelum melemparkan kekehannya.
"Pengen liat dari depan aja. Lagian, aku sekalian nyari Alika kok, kalau aku kesini tadi, aku nggak bisa ketemu dia dong. Kan dia lagi sibuk-sibuknya."
"sibuk apaan orang tidur di ruang make up." Erga menggigit bibirnya ketika baru saja ia keceplosan kalau dia melihat Alika tertidur di ruang make up. Erga melihat Dara yang telah menaikkan sebelah alisnya. "maksudnya, tadi ada yang bilang kalau dia tidur di ruang make up. Kan nggak fair aja gitu, kita lagi manggung eh dia tidur."
"yaudahlah ya, namanya juga orang capek. Ketiduran mah biasa. Refleks alamiah. Kayak situ nggak pernah ketiduran aja." Erga baru akan mengelak perkataan Dara saat Naufal muncul dan memberitahukan bahwa mereka harus segera naik ke atas panggung.
"aku ke atas dulu ya." Dara mengangguk dan melemparkan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Croire
Teen FictionDekapan itu hangat. Namun tak lebih hangat dari pelukan pengiring senja pada suatu waktu. Tak lebih hangat dari lekuk senyum kala rembulan berpendar dilangit cakrawala. Tak lebih hangat dari kenangan yang lebih dari berjuta kali disingkirkan, namun...