Krystal dengan gembira menyambut Jessica yang akhirnya pulang ke rumah setelah sekian lama dikarantina.
"welcome home Jess!" teriak Krystal antusias, Jessica hanya menunjukan ekspresi malas tak berdaya—tak bersemangat
"is there anything happened?"
"I'm confused. Really!"
"ceritalah" bujuk Krystal, mengekori kakaknya yang menghempaskan diri di tempat tidur keagungannya. Jessica yang tak berselera untuk mengatakan kegelisahannya akhirnya luluh dengan wajah khawatir Krystal ditambah dirinya sendiri pun berat menahan beban tersebut, setidaknya ia membiarkan Krystal memahami situasinya
"aku pulang weekend ini karena senin besok olimpiade telah dimulai. Yunho bilang minggu tenang, kami dibolehkan pulang untuk meminta restu orang tua" Jessica memulai ceritanya
"jadi karena tak ada omma appa menyambutmu memberikan dukungan kah?" Jessica memutar mata kesal dengan respon Krystal yang tidak seharusnya itu. Walaupun hati kecilnya mengiyakan bahwa itu alah satu alasan kegelisahannya, tapi masih bukan tentang itu
"it's not!" tegas Jessica "ini tentang kompetisinya. Aku tidak mengerti apa yang harus dilakukan, tinggal 2 hari lagi. Sementara Luhan dan Taeyeon yang you know lah mereka adalah pakar olimpiade ini malah sengaja tidak diikutkan. Bebanku semakin berat. Bukan hanya karena sekolah kita sudah dikenal sebagai ksatria olimpiade makanya kami harus menang. Tetapi juga demi Taeyeon" rinci Jessica kemudian menenggelamkan kepalanya kedalam bantal meminmalisasi jeritan lumba-lumbanya.
"Ah ini berat sekali bagi kalian tanpa dua orang itu. Tapi kenapa demi Taeyeon?"
"aku tidak tau sejak kapan aku punya perasaan ini. Aku bersimpati padanya. Anak itu sangat menderita. Jika bukan karena kami, ia sudah pasti diikutkan dalam olimpiade dan menang dan mendapatkan hadiah yang bisa ia gunakan untuk penyembuhan adiknya. Mau tak mau, salah satu dari kami harus memenangkan olimpiade ini"
"ah I see... Jadi adiknya sakit parah dan kalian ingin menang agar bisa menghadiahkannya pada Taeyeon kan? Kenapa tak membantunya langsung saja?"
"dia akan menolak. Tapi sebagai hadiah kemenangan olimpiade, yang mana didalamnya terdapat kontribusinya, kami yakin ia akan menerima"
"kau akan melakukannya dengan baik. Dan jangan pernah menanyakan sejak kapan kau merasakan hal-hal seperti simpati. Eonni ku ini adalah orang yang baik sejak ia terlahir di dunia. Karena kau sudah berusaha, kemenangan itu yakinlah kau akan raih" Krystal menenangkan Jessica dengan mengusap manja suraunya, Jessica menyerap kalimat Krystal barusan, ya iaya tau setiap orang mampu melakukannya dengan baik, tak terkecuali dirinya.
Kata-kata Krystal memang selalu memiliki kekuatan magis bagi Jessica, pelukan erat dihadiahkan kepada Krystal atas kontribusinya membuat kekhawatian Jessica setidaknya berkurang.
"eonni jangan menciumku!" Krystal melarikan diri dari bibir Jessica yang entah bagaimana sudah menempel pada pipinya
"itu bonus untuk keimutanmu"
"ah jinnjjjaaa... sudah kubilang aku itu cantik bukan imut!" protes Krystal membuat Jessica mencubitnya gemas.
Jessica tahu Krystal sangat kesepian akhir-akhir ini tanpa kehadiran Jessica dirumah. Orangtua mereka saja sudah jarang di rumah, bertatap muka adalah hal yang langka bagi keluarga itu. Namun siapa sangka siang itu kedua orang tua mereka datang menengok anaknya di jam yang mana mereka harusnya sibuk se sibuk-sibuknya.
"hari ini ada makan malam penting Jess dengan keluarga Oh" ujar Mama Jung begitu tiba di kamar kedua anaknya. Jessica mengernyitkan dahi bingung, sejenak ia lupa siapa gerangan keluarga Oh itu. Setelah mengingatnya, Jessica mendesah kesal merasa ini sama sekali bukan waktu yang tepat bagi dirinya untuk merayakan hal-hal tidak berguna baginya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD✔️
Fanfiction[SELESAI] Drama para berandal sekolah dimulai disini! Namun cinta segitiga ini lebih rumit daripada ujian Matematika puluhan bab. Kalau kau tak siap, jangan baca!