"Aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku sudah menyukaimu" kalimat itu terus memutar di kepala Yoona, seolah ada tombol putar ulang di rekaman otaknya terkait kejadian barusan. Kejadian yang membuat ia dan Luhan kini terjebak dalam situasi yang canggung.
"Aku mengganggumu yah?" Luhan akhirnya bersuara, dipandangya surai Panjang hitam milik Yoona. Saat ini mereka berada didalam perpustakaan yang dihuni beberapa manusia yang digolongkan sebagai murid nerd-yah yang tidak begitu peduli pada berita Lusica ataupun tertarik pada Luyoon dihadapannya. Beberapa siswa disitu sebenarnya ada yang bukan golongan nerd, mereka terpaksa berada di perpustakaan karena mendapatkan hukuman membantu Nona Kang menata perpustakaan. Itu hukuman ringan yang sebenarnya sangat dihindari, Nona Kang lebih killer dibanding guru BK, maka dari itu orang-orang golongan inj juga tak dapat tertarik pada skandal Luyoonsic, terlalu sibuk menghadapi Nona Kang. Adapun non nerd sisanya terpaksa di perpustakaan untuk menyelesaikan tugas kelas, maka tugas itu menyibukkannya sampai tak begitu pusing dengan keberadaan Luyoon.
"Kau melakukan apapun dengan pikiranmu sendiri!" Maki Yoona. Ia melipat tangannya ke meja dan membenamkan kepalanya di meja beralas tangannya, dengan wajah yang menoleh ke arah kanan.
"Yak! Nona Kang akan membunuhmu jika kau tidur!" tegur Luhan pelan sambil matanya mencari-cari keberadaan Nona Kang. Wanita berkulit putih itu tampak asyik mengomeli dua murid yang sedang dihukumnya di mejanya
"Biarkan saja!" Balas Yoona yang sebenarnya tahu Nona Kang yang sibuk tak akan menyadari kelakuanya. Lagi pula Yoona tak takut pada penjaga perpustakaan yang sudah hampir mendekati 30 tahunan itu. Luhan tak membalas lagi, keduanya kembali dalam mode mute-tak ada suara.
"Aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku sudah menyukaimu" ujar Luhan memeluk Yoona . Yoona semakin membeku, ia bisa mendengar debaran jantungnya sendiri. Dan tentu debaran jantung Luhan pula.
"Jangan bicara bodoh!" Tiga kalimat itu yang akhirnya meluncur dari bibir Yoona, ia melepas pelukan Luhan dan melangkah menjauh dari tempat itu. Ia tahu akan bahaya jika Luhan dan dirinya berlama-lama dalam posisi seperti itu. Banyak biang gosip di sekolahnya. Dan yang pasti ia tak sanggup berlama-lama dalam posisi seperti itu dengan Luhan.
Luhan akhirnya mengikuti langkah Yoona
"Kau tidak suka?" Tanya Luhan, Yoona menghentikan langkahnya karena geram. Muak.
"Aku suka" Yoona menggeleng kemudian meyakinkan dirinya. "Yah, aku menyukaimu juga. Tapi karena ini kau yang bicara tiba-tiba, bagaimana aku bisa mempercayaimu?" tegas Yoona dengan tone yang pelan, itu bentuk pengakuan. Luhan menyunggingkan senyuman puas-yang apabila Yoona melihatnya akan membuat gadis itu pasti semakin berdebar.
"Cukup percaya saja kepadaku" kata Luhan, Yoona masih diam sebenarnya bukan mencerna kata-lata Luhan lebih kepada merutuki pengakuan bodohnya beberapa detik yang lalu. Demi untuk menghilangkan bayangan atas pengakuan yang dianggapnya bodoh barusan, Yoona melanjutkan langkahnya. Ia sudah memutuskan untuk ke perpustakaan saja
"Yaaa, Im Yoon Ah...Bersiaplah! karena sebentar lagi orang tuaku akan segera melamarmu untukku!" Yoona semakin kacau mendengar pernyataan Luhan dibelakangnya. Selalu saja Luhan mengatakan sesuatu mendadak dan tak berpikir tentang Yoona.
Yoona menggelengkan kepala mengusir lamunan soal peristiwa yang membuat ia dan Luhan terperangkap dalam hening saat ini. Banyak yang terjadi dalam dua bulan ini. Ia menghembuskan napas dengan cepat nan kasar, memperbaiki posisi kepalanya agar lebih nyaman, lalu tiba tiba Luhan ikut membenamkan kepalanya tepat disamping Yoona. Mata mereka akhirnya bertemu juga, ada sengatan aneh didalam darah keduanya yang membuat mereka harus saling membuang pandangan. Cara keduanya memandang satu sama lain barusan tampak menyimpan kagum satu sama lain. Mereka tidak kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD✔️
Fanfiction[SELESAI] Drama para berandal sekolah dimulai disini! Namun cinta segitiga ini lebih rumit daripada ujian Matematika puluhan bab. Kalau kau tak siap, jangan baca!