Chapter 2 : •Manifest•

5.6K 759 20
                                    

Crimson sudah kembali ke kelasnya, ia tidak berlama-lama di perpustakaan.
Tidak ada yang mengagumkan hari ini, hanya warna langit abu-abu mengumpul di atas sana sarat akan hujan.

Jalanan penuh dengan genangan air bekas hujan deras tadi malam yang belum sepenuhnya surut dan masih setia berada di sisi-sisi jalan.

Mata Crimson menjelajah melihat orang-orang yang berjalan di trotoar, dan kali ini ada seseorang yang menarik perhatiannya tapi ia tidak bisa menebak apa itu laki-laki atau perempuan. Orang itu berjalan cepat sekali, ia memakai jas hujan berwarna kuning warna itu seakan kontras di tengah-tengah warna monoton dan menciptakan sesuatu yang aneh.

Hari ini hampir semua orang memakai hitam atau abu-abu seperti sudah direncanakan atau mungkin mereka menyesuaikan dengan cuaca hari ini, tapi entah kenapa orang itu tidak. Crimson baru saja akan beranjak dan pergi keluar kelas untuk melihat lebih jelas karena rasa ingin tahunya, tapi sudah terlambat karena Miss Bori sudah berada di ambang pintu kelas yang memaksa Crimson harus mengurungkan niatnya untuk keluar dan kembali di tempat duduknya. Ia mendapati orang dengan jas hujan berwarna kuning itu sudah tidak ada, sudah sangat jelas kenapa orang itu sudah hilang tadi saja jalannya sangat cepat.

Sekolah berjalan seperti biasanya tidak ada yang membuat Crimson sangat tertarik, ia suka dengan kehidupannya yang hambar.
Buku coklat yang tadi ia simpan di dalam laci mejanya pelan-pelan ia taruh di dalam tas, dan sesekali melirik apa ada yang melihat ke arahnya.

"Kau yakin?" tanya Brian bertepatan dengan Crimson yang baru menutup tasnya.

"Apa?" tanya Crimson sedikit terkejut.

"Tidak pergi denganku." ujar Brian.

"Brian, sudah kukatakan, aku punya urusan." katanya berusaha seramah mungkin.

Crimson berlari menuruni tangga dan bergegas turun kebawah untuk pulang. Baru saja ia sampai di pintu gerbang, ia mendengar bunyi sirine entah itu polisi, ambulance atau bunyi dari 2 kendaraan itu yang tumpang tindih di telinganya.

Gadis itu berlari keluar dan langsung disambut dengan terpaan air hujan yang untungnya tidak deras, ia mengikuti bunyi sirine itu, bunyinya tepat berhenti tak jauh dari sekolahnya, lebih tepatnya berhenti di dekat jembatan tepat di bawah sungai.

"Ada apa disana?" kata orang-orang yang berkerumun bergegas menuju ke arah jembatan. Hal tersebut membuat rasa ingin tahu Crimson semakin membuncah ia berlari cepat ke arah jembatan. Sesampainya disana garis kuning telah dipasang, orang-orang berkerumun, berdesak-desakan ingin melihat apa yang sedang terjadi.

Sebuah mobil derek sudah siap disitu seperti menarik sesuatu dari bawah sungai, sepertinya ada yang tersangkut, baru saja Crimson beranjak pergi tapi secara tak sengaja ia melihat jas hujan warna kuning yang basah kuyup tepat ketika tali dari mobil derek itu sudah sampai di atas.

"Ada yang bunuh diri!" Orang-orang yang berdiri di depannya berbisik-bisik.

Crimson menyelinap dari balik tubuh orang-orang itu melihat celah dan berhasil berada di paling depan, tapi ia langsung memundurkan langkahnya pelan.

'Bukankah ini orang yang tadi.' batin Crimson terkejut.

Ia mengerjapkan matanya berulang kali mencoba melihat dengan jelas, gadis itu terkejut setengah mati, ia bahkan menutup mulutnya agar tidak ada teriakan yang lolos dari sana, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, baru 2 jam yang lalu ia melihat orang ini baik-baik saja, dan sekarang...sudah seperti ini.

Polisi melepaskan tali itu dari pinggang orang tadi, badannya sudah pucat dan beberapa bagian sudah membiru, sekarang orang-orang silih berganti meninggalkan tempat itu hanya tinggal 1, 2 orang saja karena mungkin mereka tidak tahan melihat mayat itu, badannya yang pucat mengerut meninggalkan kesan menjijikan. Badannya agak bengkak dan kelihatan seperti adonan kue yang tidak jadi.

Mata gadis itu masih tetap terpaku pada mayat dengan jas hujan kuning itu dan tiba-tiba kaki mayat itu bergerak tidak karuan, tangannya berputar seperti sendi-sendi dan tulangnya tidak ada. Lalu terdengar geraman yang berasal dari dalam tubuh mayat itu tapi wajahnya sama sekali tidak bergerak, bibirnya, wajahnya masih sama seperti tadi, tapi entah kenapa terdengar geraman yang berasal dari mayat itu.

Polisi itu menjauh lalu berbicara sebentar pada petugas medis sementara itu badan mayat tersebut terus-terusan menggeliat lebih lama lebih dekat ke hadapan Crimson membuat gadis itu ketakutan dan mundur beberapa langkah ke belakang. Crimson seperti tidak bisa berpikir, otaknya tidak bekerja sama sekali, ia ingin minta tolong tapi tidak ada suara yang keluar.

Seketika itu juga tubuh orang itu diam, tiba-tiba badannya berputar dan telunjuknya menunjuk ke arah Crimson, membuatnya tidak bisa mengatur napas, jantungnya berdegup kencang, lalu badan orang itu berbalik dan menunjukan wajahnya yang tadi, ia membuka matanya yang semua berwarna hitam, Crimson tidak menemukan bagian putih di matanya, orang itu menyeringai, hanya ada kegelapan di dalam sana.

"Nak, pergi dari sini!" ujar seorang polisi berbadan besar dengan wajah dipenuhi dengan kerutan.

Crimson terbuyar dari pandangannya ia ingin melirik kembali orang tadi, semua kembali normal, ia ingin melihat untuk memastikan lagi, tapi terhalang badan besar si polisi dan ia memutuskan pergi meninggalkan tempat itu. Crimson berlari sekuat tenaga dan hampir menabrak seseorang. Itu Brian.

"Crimson, kenapa kau pucat pasi seperti ini?" tanya Brian.

"Tidak, aku tidak apa-apa." ujarnya sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Kalau begitu hati-hati." kata Brian lalu melepaskan tangannya dari bahu Crimson.

Gadis itu hanya mengangguk dan melewati Brian untunglah bertepatan dengan itu sebuah bus muncul sekarang ia dapat bernapas lega.

"Ini sudah ke-2 kalinya aku seperti ini." Crimson menggigit-gigit kukunya yang bergetar karena rasa takut bercampur bingung.

Crimson berkeringat dingin dalam bus, ia seperti orang kesetanan karena tidak berhenti bergerak, ia seperti cacing kepanasan karena ketakutan menyelimuti dirinya, bahkan bus yang kali berhenti untuk menurunkan penumpang, membuat gadis itu panik dan gemetaran.

Ternyata hanya seorang wanita tua yang hendak turun, wanita tua yang berpakaian coklat memegang pundak Crimson yang sontak membuat gadis itu terkejut dan hampir melompat dari tempat duduknya.

"Tenanglah, kau hanya perlu untuk tenang."

Tangan yang diletakkan di atas bahu Crimson membuatnya lebih tenang, ada sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dari sentuhan wanita tua itu, Crimson mengadahkan kepalanya berniat untuk melihat wajah wanita tua itu.

Tapi sudah terlambat karena wanita itu sudah berjalan turun dari dalam Bus.

Crimson melihat wanita tua itu, berharap sosok tersebut mengadah dan melihat ke arahnya tapi sia-sia, dia terus berjalan ke belakang tanpa menengok.

"Apa maksudnya untuk tenang?" kata Crimson yang sekarang sudah lebih tenang dari tadi, seakan-akan semua ketakutan, bingung, cemas dan bebannya hilang tanpa jejak.

"Wanita aneh."

"Tunggu dulu, kenapa dia tahu?"

Hal itu meninggalkan tanda tanya di dalam diri Crimson.

Apa wanita itu tahu sesuatu?

Crimson diam sebentar, lalu mencubit pergelangan tangannya dengan keras, wajahnya berubah kusam dan lebih muram.

"Semua ini nyata."













================================
Gimana ceritanya?
Vote dan comment ya😘😙😚
Saran dan masukan sangat di terima
Makasih buat yang udah vote dan comment cerita ini❤💙💚💛💜

Ps : kalau ada typo atau kesalahan apapun harap ditandai agar dapat diperbaiki secepat mungkin

Salam kasih
MG

CrimsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang