Chapter 20: •Met•

1.9K 272 5
                                    


"Siapa kau?"

Tiba-tiba ada suara asing yang berbicara kepada Crimson dari belakangnya, membuat gadis itu ketakutan dan dengan cepat langsung menyembunyikan kalung yang ia pakai di balik pakaiannya. Suara itu bertanya lagi kepadanya kali ini dengan nada yang lebih mengintimidasi. Memaksa gadis itu membalikan badan.

"A-aku...aku hanya pendatang disini." ujar Crimson yang setengah panik, ia berusaha dengan keras untuk menyembunyikan kepanikannya agar tidak ada yang curiga.

"Kenapa kau ada disini?" tanya pria itu dengan suara yang sangat mengintimidasi.

"A..aku.. sebenarnya aku..." Crimson baru akan menjawab tapi perhatiannya langsung tertuju pada noda merah yang ada di tangan pria itu.

"Kau berdarah." ujar Crimson dengan polosnya sambil menunjuk tangan pria itu.

"Ini..?" ujar Pria itu lalu mengangkat tangannya seperti ingin menunjukannya dengan jelas kepada Crimson, sontak hal tersebut membuat Crimson bergidik ngeri seumur hidupnya ia tidak pernah melihat darah sebanyak ini secara langsung, tentu saja ia pernah melihatnya di film yang pernah ia tonton, tapi ini 10 kali lipat lebih menakutkan. Pria itu melanjutkan kata-katanya dengan sangat santai "Ini bukan darahku." ujarnya dengan satu tarikan napas.

Pria itu menatap Crimson dengan geli karena menemukan sinar ketakutan dari mata Crimson. Belum sempat pria itu berbicara, tiba-tiba terdengar ada suara yang memanggil Crimson, membuat Crimson memalingkan pandangannya dari pria itu dan segera berlari menuju suara yang memanggilnya.

"Kalian bertiga? aku pikir aku tidak akan melihat kalian lagi." teriak Crimson yang sudah kembali ke jalan utama.

"Aku harus menyingkirkan sihirnya dari mereka berdua terlebih dahulu." ujar Andersen.

"Sihir apa?" Tanya Crimson yang penasaran..

"Aku tidak tahu, tapi yang jelas sihir itu cukup kuat, aku memang berusaha untuk menemukannya tapi sepertinya ada kekuatan lain yang membantuku." ujar Andersen. "Ayo, tempat tujuan kita sudah dekat." lanjutnya.

"Apa maksudmu Andersen?" tanya  Oliver menyelidik, ia memicingkan matanya ketika melihat ke arah Andersen.

"Ehm...maksudku, kapalnya berhenti disini bukan, itu berarti tujuan kita ada disini." ujar Andersen.

"ya, kau pasti benar." ujar Peter.

Crimson dan Andersen berjalan berdampingan di depan, mereka melewati kerumunan orang yang sedang berjualan tanpa ada yang memulai percakapan, sementara itu Oliver dan Peter berjalan di belakang mereka.

"Ada yang aneh, bahkan semalam aku tidak sadar apa yang terjadi." Ujar oliver mengusap kepala kirinya.

"Aku juga, kenapa hanya kita berdua?" ujar Peter yag sama kebingungannya dengan Oliver.

"Bicara tentang itu, sampai kapan kau akan merahasiakannya dari Crimson?" tanya Oliver.

"Ini bukan saat yang tepat, kita harus tetap merahasiakannya, aku pikir aku sudah tahu siapa yang dimaksud Maddam Jeanice waktu itu." ujar Peter penuh arti.

"Kenapa kalian berdua berjalan sangat lama? apa kalian dipengaruhi sihir lagi?" Ujar Crimson.

"Tidak." Jawab mereka berdua bersamaan dan langsung menyusul Andersen dan Crimson.

"Tempat apa ini?" tanya Crimson setelah melihat bangunan megah, dimana orang-orang disekitar tempat ini memakai pakaian-pakaian yang indah. Hal-hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya, terjadi semua disini.

"Ini tempat penguasa Avalon." ujar Andersen, entah kenapa telinganya mendadak menjadi merah, hal itu tidak luput dari pandangan Oliver. Crimson tidak memperhatikannya dan lebih tertarik dengan orang-orang yang lalu lalang di hadapan mereka.

"Apakah ini tempat tujuannya?" Tanya Peter sambil melihat bangunan besar di hadapan mereka.

"Iya..benar." Ujar Andersen.

"Crimson, kau harus menunduk jangan biarkan ada yang melihat wajahmu!" Ujar Peter.

"Kenapa?" tanya Crimson.

"Ikuti saja, itu aturannya!" ujar Oliver menambahkan dengan tegas.

Ketika mereka sampai di ruang utama, Andersen langsung meneyrahkan surat yang mewakili mereka bertiga dan mereka langsung memiliki akses masuk.

"Baiklah kalian boleh masuk, kalian bertiga akan mengikuti penjaga Chain, dan kau akan mengikuti Maddam Grey." Ujar Pria besar dan tinggi di hadapan mereka, sejujurnya bagi Crimson pria itu terlihat seperti raksasa, ia tidak ingat pernah melihat orang sebesar itu di tempat asalnya.

"Sampai bertemu nanti Crim." ujar Peter dengan senyuman hangat.

Crimson mengikuti Maddam Grey, ada banyak sekali pertanyaan di benaknya karena tempat ini begitu megah dan unik tapi terlihat familiar bagi Crimson."

"Ini kamar Sage, kau sebaiknya menyiapkan diri, aku telah menyiapkan pakaianmu, kau sebentar lagi akan menemui seseorang yang penting." ujar Maddam Grey.

"Pelan-pelan Maddam, kau berbicara dengan sangat cepat." Wanita itu agak terkejut pada awalnya tapi kemudian ia tersenyum, respon itu membuat Crimson melanjutkan perkataannya "Dengan segala hormat siapakah yang akan aku temui nanti?" ujar Crimson yang mendapati Maddam Grey berbicara dengan sangat cepat bahkan Crimson yang hanya mendengarkan sampai kesulitan bernapas.

"Kau akan tahu, sekarang bersiaplah." ujar Maddam Grey penuh arti.

Tanpa menggubris panggilan Crimson padanya Maddam Grey langsung menutup pintu itu dan memastikan pintu itu terkunci dari luar, pada saatnya nanti pintu itu akan terbuka. Crimson yang menyadari bahwa pintu itu terkunci dari luar berusaha untuk membukanya tapi sia-sia. Dia juga belum menguasai mantra apapun untuk membuka pintu ataupun menggerakan benda-benda. Akhirnya ia menyerah dan mengikuti keinginan mereka.

Crimson segera bersiap dan setelah itu dia langsung menggunakan pakaian yang telah disiapkan untuknya yang ditempatkan tak jauh dari ranjang. Gaun berwarna biru itu sangat indah, bahkan kainnya sangat lembut dan pasti nyaman untuk dikenakan. Crimson heran kenapa dia harus memakai pakaian itu, bukankah seorang Sage hanya perlu menguasai sihir, berdasarkan apa yang ia baca, baju-baju seperti ini biasanya digunakan untuk kaum bangsawan dan dia bukan kaum bangsawan. Tiba-tiba terdengar suara-suara aneh dari luar, tiba-tiba pintu Crimson terbuka, rambutnya belum dia apa-apakan untung saja dia sudah mengenakan baju yang tadi. Ia hanya menggerai rambut panjangnya dan langsung berjalan ke pintu depan menuju Maddam Grey yang berada di depan.

"Ini tujuanmu Crimson, jaga dia." ujar Maddam Grey

"B-baik.." sebenarnya Crimson tidak mengerti apa yang harus ia jaga, belum sempat melangkah lebih jauh, Crimson dengan cepat membalikan badannya, ia terkejut setengah mati, ia tahu siapa yang berbicara kepadanya.

...

"Ms. Jeanice?"














============================

Halo semuanya, Gimana kabar kalian?

Menurut kalian Chapter ini gimana?
Jangan lupa vote⭐, dan berikan saran ya:)

Ps: kalau ada typo atau kesalahan apapun tolong ditandai agar bisa langsung diperbaiki.

Love you all,💕

Salam Kasih
MG

CrimsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang