Chapter 9 : •Scintillating•

3K 504 9
                                    

"Kenapa kita ada di dermaga ini?" kata Crimson menghentakan kakinya ke tanah dan mengacak rambutnya frustasi.

"Periksa isi amplop itu sekali lagi, he he he." katanya lalu tertawa aneh.

"Aku yakin aku sudah membacanya dengan jelas, kita seharusnya mengambil pesawat jam 11, sekarang sudah 10.46 dan sudah mustahil untuk sampai kesana! Ini semua karenamu" Jelas Crimson terlihat kesal ketika menyampaikannya.

"Coba kau periksa lagi!" perintah orang itu lalu kembali menghisap cerutunya.

"Aku sudah..." lidah Crimson tercekat, ia tidak tahu harus berkata apa karena terkejut dengan isi surat di dalam amplop itu. "Tapi, bagaimana mungkin?"

"Kau sudah harus terbiasa dengan hal-hal seperti ini, bukankah kau sudah menghadapi yang lebih buruk?" ujar orang itu dengan ekspresi datar tapi kemudian agak ngeri karena pria berjas rapi itu menyuruh Crimson untuk pergi dan ia tertawa terbahak-bahak padahal tidak ada yang lucu.

"Kemana?" tanya Crimson bingung.

"Oh, benar, barang-barangmu." Pria jangkung dengan setelan jas rapi itu memberikan barang bawaan Crimson dan dengan susah payah di pegangnya.

"Aku mau kemana sekarang?"  tanya Crimson dengan raut wajah kebingungan.

"Pergi ke ujung dermaga, disitu akan ada tangga, turun kebawah dan kau akan menemukan jalanmu, selamat mencoba." katanya sangat cepat sampai-sampai Crimson yang sesak ketika mendengarnya.

Tawanya yang diiringi dahak mengikutinya masuk ke dalam mobil kemudian melaju pergi dari situ dan sepersekian detik Crimson hanya melihat asap dan mobil itu sudah hilang dari pandangannya.

Derit papan dermaga yang sudah tua membuat Crimson melangkah dengan hati-hati, kabut semakin lama semakin tebal dan udara dingin menembus sampai ke dalam tulang-tulang, Crimson tidak dapat melihat apa-apa disini, bahkan ia sudah tidak tahu ia berjalan sampai mana.

"Hati-hati." kata seorang wanita dari belakang Crimson dan memegang lengannya kuat.

"Mrs. Jeanice." Pekiknya terkejut melihat Mrs. Jeanice.

"Kau akan jatuh Phoenix." katanya lalu melambai-lambaikan tangannya kedepan dan kabut di depan mereka perlahan-lahan menghilang. Crimson baru sadar jika ia melangkah sedikit lagi maka ia akan jatuh ke dalam air untunglah Mrs. Jeanice yang datang entah darimana menahannya tadi.

"Aku Crimson." katanya menyela Mrs. Jeanice yang sibuk melambai-lambaikan tangannya.

"Crimson." katanya lalu diam sebentar karena berpikir kemudian Mrs. Jeanice menarik napas pelan.

"Mundur kebelakangku Phoenix." katanya dan dengan cepat Crimson mengikuti perintah Mrs. Jeanice, ia mengintip dari belakang penasaran apa yang akan dilakukan wanita itu.

Ternyata  mengetuk papan dermaga dengan kakinya.

"Lewat sini."

"Kau mau melewati ai..r?" Crimson terdiam ketika melihat tangga ke bawah Mrs. Jeanice turun lebih dulu ia mengelus Afred dengan kasih sayang seperti biasanya sedangkan Crimson masih diam tidak bergerak saking terkejutnya.

"Apa yang kau tunggu? Sebentar lagi jam 11 dan kau sudah tidak bisa masuk lagi jika menunggu lebih lama."

Lamunan Crimson seketika itu juga buyar, ia mengambil barang-barangnya dengan susah payah dan mengangkatnya menuruni tangga.

"Sangat sempit disini."

"Itu karena pikiranmu yang memaksa berpikir bahwa tempat ini sempit."

"Sudah semakin gelap Mrs. Jeanice, dan sudah tidak ada jalan keluar." kata Crimson melihat sekelilingnya, lubang masuk tadi sudah tidak ada dan itu artinya mereka terjebak.

CrimsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang